Featured Video

Kamis, 09 Agustus 2012

“INYIAK BALANG” NAN KIAN PUNAH

“INYIAK BALANG”

Ditulis oleh Teguh


Penyelamatan harimau sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah tanggung jawab TNKS. Sementara di luar TNKS tanggung jawab BKSDA. Meski sudah ada kewenangan seperti itu, harimau sumatera kini di kawasan TNKS tetap mengalami penyusutan akibat perburuan dan penebangan liar.
Kepala Seksi Balai TNKS Pesisir Selatan Kamaruzzaman, Rabu (8/8) menyebutkan, penyebab menyusutnya populasi harimau sumatera adalah akibat aktivitas perburuan dan terjerat di ladang warga. Selanjutnya juga disebabkan pembabatan hutan dan illegal logging.

Diduga hanya ada sekitar seratusan ekor harimau sumatera bertahan hidup di seluruh wilayah TNKS, kondisi ini sudah sangat mengkhawatirkan. Bila dikerucutkan lagi, di TNKS Seksi Pessel populasi lebih sedikit, mungkin hanya tinggal puluhan ekor saja.
Kamaruzaman menyebutkan, pembabatan hutan dan illegal logging tersebut telah menyebabkan terdesaknya habitat alami harimau sumatera. Mereka tidak punya ruang yang cukup untuk bisa bertahan hidup sebagai mana biasanya. Pembabatan hutan mengakibatkan serangkaian tinda­kan ancaman lainnya bagi harimau sumatera. Artinya tidak sekedar membabat, namun adapula kegia­tan tambahan. Misalnya setelah membabat mereka melakukan perburuan, para pelaku illegal logging dan perambah hutan biasa­nya akan melakukan tindakan perburuan terhadap harimau suma­tera dan satwa lain. Pembabatan dan perburuan biasanya serangkai.
“Selain itu, dengan terjadinya pembabatan hutan dengan sendi­rinya habitat dan lingkungan harimau sumatera kian terdesak, demikian pula dengan sumber makanan harimau sumatera juga akan habis. Ini adalah konsekwensi lainnya dari tindakan tidak ber­tang­gung jawab tersebut. Jika wilayah teritorial harimau sumatera telah dibabat atau dirambah, harimau sumatera tersebut menco­ba mencari wilayah kekuasaan lain untuk bisa mencari makanan, namun pada akhirnya ia tidak bisa bertahan hidup di wilayah baru,” kata Kamuruzzaman lagi.
Dikatakannya, pembukaan jalan baru yang melintasi wilayah hari­mau sumatera juga menjadi anca­man bagi hewan yang telah diam­bang kepunahan tersebut. Kondisi tersebut juga mem­persempit wilayah harimau. Pembabatan hutan, illegal logging dan pembukaan jalan selain telah mempersempit ruang gerak harimau, juga telah mempermudah akses bagi pemburu untuk membu­nuh atau menjerat hewan tersebut, sehingga tidak jarang kita mene­mukan sejumlah harimau mati akibat dijerat.
Selanjutnya menurut Kama­ruzaman, konflik manusia dengan satwa satwa di TNKS secara perlahan akan memperburuk kondisi satwa yang menduduki puncak piramida rantai makanan di wilayah TNKS. Manusia memiliki kepen­tingan dan motivasi untuk mela­kukan aktifitas di hutan. Mulai dari sekedar mencari kayu bakar hingga meburu hewan lain yang seharusnya menjadi sumber makanan bagi harimau sumatera.
Meski tidak bisa menaksir kecepatan pembabatan hutan di TNKS yang terlaksana secara massif tersebut, Kamaruzaman berharap perlu menyatukan persepsi bagi penyelamatan TNKS dan seluruh isinya tersebut. Pemerintah kabupaten hingga nagari, kemudian masyarakat memiliki cara pandang yang sama untuk melestarikan hewan langka tersebut. 

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar