Featured Video

Jumat, 11 Januari 2013

Mochtar Naim ‘Gugat’ NKRI


PADANG – Di usia senja, yang sudah menginjak 80 tahun, Sosiolog Mochtar Naim, tak pernah berhenti berkontribusi untuk Sumatra Barat bahkan buat bangsa ini. Betapa tidak, kini dia justru ‘menggugat’ sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dinilai tidak cocok lagi.

“Melihat gelagat ke masa depan, NKRI yang terpusat kiranya tak mungkin dipertahankan lagi. Sekalipun otonomi telah diberikan kepada kabupaten/kota,” tegas Mochtar saat berorasi di sela-sela peluncuran buku ‘Mochtar Naim; Merantau Sepanjang Masa’ di Aula Guber nuran Sumbar, Kamis (10/1).
Menurut mantan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI ini, sudah cukup rasanya melihat kemiskinan dan kesenjangan yang terus terjadi di bumi pertiwi ini. Padahal, Indonesia itu luas, kaya potensi sumber daya alam, SDM melimpah, sementara sebagian besar rakyatnya tetap saja terbelenggu karena sistem kesatuan yang terpusat, lebih ditentukan selera penguasa negara.
Banyaknya kasus korupsi dan masalah-masalah bangsa lainnya hari ini, juga tak lepas dari sistem NKRI yang bersifat vertikal dan sentralistik, yang terkadang mengabaikan keinginan rakyat di daerah. “Kini, saatnya kita harus berani mengambil kebijakan untuk berubah demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Saya melihat, sistem federal yang kebanyakan dianut di negara-negara besar di dunia ini, yang telah memberikan kemajuan dan kemakmuran bagi rakyatnya, tak salah kita juga mengarah berpikir ke sana,” katanya.
Dijelaskannya, di negara federal, sistem wewenang dibagi habis sampai ke daerah-daerah. Kecendrungan masalah bangsa seperti KKN, kiranya bakal bisa diminimalisir, karena setiap daerah ingin berlomba-lomba membangun daerahnya masing-masing. Federalisme berarti kerja besar itu dibagi dan dipersamakan dengan daerah-daerah, tidak diborong habis oleh pusat.
“Kita tidak perlu takut Indonesia ini akan terpecah belah. Soalnya, rasa persatuan dan kerja sama justru akan meningkat di negara federal dibanding negara berbentuk kesatuan. Artinya, NKRI itu saatnya diubah menjadi Negara Persatuan Republik Indonesia (NPRI),” beber Mochtar.
80 tahun Mochtar
Sementara, sebagai persembahan untuk ‘Sang Guru’, mantan mahasiswa Mochtar Naim di Fakultas Sastra atau FISIP Universitas Andalas, membuat buku tentang sosok beliau, “Mochtar Naim; Merantau Sepanjang Masa”.
Buku ini diluncurkan saat usia Mochtar telah 80 tahun. Berisi tentang sosok dan kiprah beliau dari kecil hingga kini, termasuk komentar dan kritikan dari banyak kalangan tentang kehebatan seorang Mochtar tersebut. Digagas dan ditulis oleh sejumlah mantan mahasiswa beliau. Artinya, orasi beliau yang ‘menggugat’ NKRI itu, jelas tak ada dalam buku setebal 382 halaman tersebut.
Hadir Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, kalangan legislatif, pimpinan perguruan tinggi seperti dari Unand, UNP, UBH, IAIN dan lain-lainnya. Peluncuran juga dihadiri, kalangan akademisi, mahasiswa, LSM, dan para tokoh yang berkontribusi menulis dan bicara tentang sosok Mochtar dalam buku tersebut.
Mereka yang menjadi inisiator dan tim penulisan buku itu, seperti Afrinaldi, Affan Delano, Elprisdat, dan Erdi Taufik. Kemudian juga ada nama Wardas Tanjung, Yusuf Hutatinggi, Refni Suryati, Indra Himrat, Imran Rusli, Gusnaldi Saman, dan lain-lainnya.
“Ini adalah kado terindah di usia saya yang ke-80 tahun. Terima kasih semuanya,” ucap Mochtar.
Saat bersamaan juga diluncurkan website www.mochtar-naim.com yang berisi tentang sosok, pemikiran dan tulisan-tulisan beliau yang dapat diakses untuk referensi bagi siapa saja yang membutuhkan.(007)

s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar