Suara gemuruh memecah kesunyian alam perbukitan di tepi Danau Maninjau pada pagi buta itu. Laksana bunyi ombak yang menerpa kerasnya karang. Semakin lama, suara dentuman itu kian membesar.
Hampir lima menit di atas pohon, terjangan lumpur mereda. Suara gemuruh berganti dengan teriakan meminta tolong. Tapi karena suasana masih gelap, Sadri masih belum bisa melihat kondisi kampungnya dengan jelas.Sadri (42) terbangun dari tidurnya. Ia terkejut. Lelaki itu segera menghambur keluar rumah. Saat itu, hari masih gelap, tak terlihat apapun.
Namun firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk tengah terjadi. Ia segera membawa istri dan empat anaknya ke lapangan sepakbola, daerah yang cukup tinggi di kampungnya, Jorong Data Kampung Dadok, Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Minggu (27/1)
Belum sampai di lapangan bola, air bercampur tanah dengan deras meluncur dari Bukik Bawah Parik Panjang. Sekejap, puluhan rumah tertimbun lumpur.
Sadri yang tertinggal di belakang keluarganya, dengan cepat memanjat pohon kelapa.
“Lari taruih ka tanah lapang, bia aman (lari terus ke lapangan, biar aman-red),” teriaknya kepada keluarganya yang sudah berada agak jauh dari tempat longsoran tanah.
Namun firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk tengah terjadi. Ia segera membawa istri dan empat anaknya ke lapangan sepakbola, daerah yang cukup tinggi di kampungnya, Jorong Data Kampung Dadok, Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Minggu (27/1)
Belum sampai di lapangan bola, air bercampur tanah dengan deras meluncur dari Bukik Bawah Parik Panjang. Sekejap, puluhan rumah tertimbun lumpur.
Sadri yang tertinggal di belakang keluarganya, dengan cepat memanjat pohon kelapa.
“Lari taruih ka tanah lapang, bia aman (lari terus ke lapangan, biar aman-red),” teriaknya kepada keluarganya yang sudah berada agak jauh dari tempat longsoran tanah.
Sambil meraba-raba, ia mendekati sumber suara.
“Sia situ?” teriak Sadri.
“Ambo Anto, tolong, tolong,” pintanya.
Setelah dekat, Sadri melihat Sugianto (32) tengah terjebak dalam lumpur. Kepalanya hilang timbul dalam tanah bercampur air karena tak ada pegangan kuat.
Sadri berupaya menariknya. Ia melingkarkan sarungnya di leher Anto.
“Aduh sakit,” pekiknya. Sadri tak peduli. Ia kuatir tanah longsor kembali menerjang.
Setelah setengah badannya keluar dari tanah, Sadri mengalihkan ikatan ke pinggang Anto. Dengan sekali hentakan, ia berhasil mengeluarkan teman sekampungnya itu dari lumpur.
Tubuh Anto yang sudah ditutupi lumpur bercampur darah, segera dibopong ke rumah penduduk yang aman untuk secepatnya dibawa ke rumah sakit.
Anto memang selamat. Tapi istri dan anaknya, Julianti (26) dan Rani (8), tidak seberuntung dia. Mereka menghembuskan nafas terakhir dalam bencana tersebut. Sedang anak lelakinya, Mhd Riyan Pratama (12), selamat, karena malam itu ia tidur di rumah neneknya.
Akan halnya Riyan, seusai magrib, minta izin kepada ibunya untuk tidur di rumah nenek. Maut telah memisahkan ia dengan ibu dan adiknya. Ayahnya kini dirawat di M Djamil, belum sempat ia bezuk. Hatinya luka. Luka hati anak kecil, tak bisa ditirukan oleh orang dewasa.
Usai menyelamatkan Anto, beberapa orang kampung datang ke lokasi. Mereka bahu-membahu menyelamatkan korban tanah longsor.
Banyak korban berhasil diselamatkan, tapi lebih banyak lagi yang tidak. Pada Minggu kelabu itu, 20 orang dinyatakan meninggal, 15 di antaranya sudah ditemukan, sisanya masih terkubur dalam longsoran tanah. Hanya sembilan orang warga kampung itu yang berhasil selamat.
Sudah sadar
Anto yang dirawat di RSUP. M. Djamil Padang mulai sadarkan diri. Meski begitu ia belum terlalu stabil untuk diajak berkomunikasi.
Kemarin, pria berkulit hitam itu terlihat sedang terbaring lemah di tempat tidur bangsal RR rumah sakit milik pemerintah itu. Infus masih terpasang di tangannya. Ia masuk ke RSUP M. Djamil Minggu siang (27/1) sekitar pukul 11.00 WIB. Ia diantar relawan.
“Sampai sekarang belum ada keluarga Anto yang datang membezuk. Saat masuk ia hanya diantar relawan,” ujar Kepala Instalasi Humas dan Pengaduan Masyarakat RSUP M Djamil Padang, Rita Prima Putri, kepada Singgalang, Selasa (29/1).
Menurut perawat di bangsal RR, Anto mulai bisa bicara. Seperti minta ke WC, minum dengan pipet dan lainnya. Namun ia belum bisa berkomunikasi dengan baik. Apalagi menceritakan peristiwa yang dialaminya saat longsor terjadi.
“Pasien kadang masih linglung kadang tidak. Ini diperkirakan karena pembengkakkan di kepalanya bagian dalam. Mudah-mudahan kalau bengkaknya sudah hilang, pasien bisa berkomunikasi dengan baik kembali. Kita doakan saja, semoga kondisinya kembali pulih” sebut Rita.
Dalam berkomunikasi Anto menggunakan bahasa Indonesia, dengan logat Medan. Ia orang Jawa, merantau ke Medan beristri orang Maninjau.
Sementara, satu korban kecelakaan maut di Pasa Usang masih dirawat, atas nama Deni.
Jenazah titipan
RSUP M. Djamil Padang, menerima dua jenazah titipan korban longsor Kerinci pada Minggu (27/1) lalu. Jenazah itu dititip petugas Kerinci yang hendak membawa dua jenazah ke kampung halaman mereka di Jawa Timur. Jenazah itu atas nama Ahmad Saiku, 50 dan Tri Ono, 48.
“Jenazah dititip ke kami hanya semalam saja, Senin pagi (27/1) sudah dibawa ke bandara untuk diterbangkan ke Jawa Timur. Saat ini tidak ada lagi korban dari Kerinci,” terang Kepala Instalasi Humas dan Pengaduan Masyarakat RSUP M. Djamil Padang, Rita Prima Putri.
Saat diterima di RSUP M. Djamil kondisi jenazah sudah divisum dan dikafani petugas RS Kerinci. (Rio dan Yuke)
“Sia situ?” teriak Sadri.
“Ambo Anto, tolong, tolong,” pintanya.
Setelah dekat, Sadri melihat Sugianto (32) tengah terjebak dalam lumpur. Kepalanya hilang timbul dalam tanah bercampur air karena tak ada pegangan kuat.
Sadri berupaya menariknya. Ia melingkarkan sarungnya di leher Anto.
“Aduh sakit,” pekiknya. Sadri tak peduli. Ia kuatir tanah longsor kembali menerjang.
Setelah setengah badannya keluar dari tanah, Sadri mengalihkan ikatan ke pinggang Anto. Dengan sekali hentakan, ia berhasil mengeluarkan teman sekampungnya itu dari lumpur.
Tubuh Anto yang sudah ditutupi lumpur bercampur darah, segera dibopong ke rumah penduduk yang aman untuk secepatnya dibawa ke rumah sakit.
Anto memang selamat. Tapi istri dan anaknya, Julianti (26) dan Rani (8), tidak seberuntung dia. Mereka menghembuskan nafas terakhir dalam bencana tersebut. Sedang anak lelakinya, Mhd Riyan Pratama (12), selamat, karena malam itu ia tidur di rumah neneknya.
Akan halnya Riyan, seusai magrib, minta izin kepada ibunya untuk tidur di rumah nenek. Maut telah memisahkan ia dengan ibu dan adiknya. Ayahnya kini dirawat di M Djamil, belum sempat ia bezuk. Hatinya luka. Luka hati anak kecil, tak bisa ditirukan oleh orang dewasa.
Usai menyelamatkan Anto, beberapa orang kampung datang ke lokasi. Mereka bahu-membahu menyelamatkan korban tanah longsor.
Banyak korban berhasil diselamatkan, tapi lebih banyak lagi yang tidak. Pada Minggu kelabu itu, 20 orang dinyatakan meninggal, 15 di antaranya sudah ditemukan, sisanya masih terkubur dalam longsoran tanah. Hanya sembilan orang warga kampung itu yang berhasil selamat.
Sudah sadar
Anto yang dirawat di RSUP. M. Djamil Padang mulai sadarkan diri. Meski begitu ia belum terlalu stabil untuk diajak berkomunikasi.
Kemarin, pria berkulit hitam itu terlihat sedang terbaring lemah di tempat tidur bangsal RR rumah sakit milik pemerintah itu. Infus masih terpasang di tangannya. Ia masuk ke RSUP M. Djamil Minggu siang (27/1) sekitar pukul 11.00 WIB. Ia diantar relawan.
“Sampai sekarang belum ada keluarga Anto yang datang membezuk. Saat masuk ia hanya diantar relawan,” ujar Kepala Instalasi Humas dan Pengaduan Masyarakat RSUP M Djamil Padang, Rita Prima Putri, kepada Singgalang, Selasa (29/1).
Menurut perawat di bangsal RR, Anto mulai bisa bicara. Seperti minta ke WC, minum dengan pipet dan lainnya. Namun ia belum bisa berkomunikasi dengan baik. Apalagi menceritakan peristiwa yang dialaminya saat longsor terjadi.
“Pasien kadang masih linglung kadang tidak. Ini diperkirakan karena pembengkakkan di kepalanya bagian dalam. Mudah-mudahan kalau bengkaknya sudah hilang, pasien bisa berkomunikasi dengan baik kembali. Kita doakan saja, semoga kondisinya kembali pulih” sebut Rita.
Dalam berkomunikasi Anto menggunakan bahasa Indonesia, dengan logat Medan. Ia orang Jawa, merantau ke Medan beristri orang Maninjau.
Sementara, satu korban kecelakaan maut di Pasa Usang masih dirawat, atas nama Deni.
Jenazah titipan
RSUP M. Djamil Padang, menerima dua jenazah titipan korban longsor Kerinci pada Minggu (27/1) lalu. Jenazah itu dititip petugas Kerinci yang hendak membawa dua jenazah ke kampung halaman mereka di Jawa Timur. Jenazah itu atas nama Ahmad Saiku, 50 dan Tri Ono, 48.
“Jenazah dititip ke kami hanya semalam saja, Senin pagi (27/1) sudah dibawa ke bandara untuk diterbangkan ke Jawa Timur. Saat ini tidak ada lagi korban dari Kerinci,” terang Kepala Instalasi Humas dan Pengaduan Masyarakat RSUP M. Djamil Padang, Rita Prima Putri.
Saat diterima di RSUP M. Djamil kondisi jenazah sudah divisum dan dikafani petugas RS Kerinci. (Rio dan Yuke)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar