Featured Video

Rabu, 06 Februari 2013

Asal-usul Khat di Cisarua dari Yaman


Asal-usul Khat di Cisarua dari YamanKOMPAS.COM/ FABIAN JANUARIUS KUWADOWarga penanam khat tengah berdiskusi dengan Kepala Humas BNN Kombes Sumirat di Cisarua, Jawa Barat, Selasa (5/2/2013). BNN menyatakan bahwa khat mengandung bahan narkotika golongan I karena mejadi bahan baku katinon.

 Daun berbentuk oval dengan lancip di bagian ujungnya, berwarna hijau segar dengan tekstur kasar. Masam serta sedikit getir adalah rasa daun itu saat dikunyah. Ada yang memiliki batang berwarna merah, ada pula yang memiliki batang berwarna hijau. Namun jenis yang mana saja, tanaman itu ternyata berbahaya. Tanaman Khat atau yang bernama latin chata edulisadalah tanaman yang belakangan menjadi perbincangan banyak orang.
Bukan tanpa alasan, Badan Narkotika Nasional menemukan zat baru dalam narkotika saat penggerebekan di rumah Raffi Ahmad bernama methylone. Zat itu adalah turunan dari cathinone, hasil ekstraksi dari khat. Namun belakangan baru diketahui, meski turunan dari cathinone, narkoba Raffi berbahan sintesis. Nanang Surantawijaya alias Jack (47), warga Jalan Pasir Tugu, Kampung Inpres, RT 01 RW 05, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, adalah satu dari banyak petani khat. Dengan lahan tidur seluas 300 meter persegi milik orang lain, Jack membudidayakan tanaman tersebut seorang diri.
"Saya dapat pohon ini tahun 2005. Dikasih lima pohon beginian dari orang Yaman, ternyata pas ditanam di sini tumbuh subur," ujarnya saat BNN melakukan kunjungan ke kebun khat yang digarapnya, Selasa (5/2/2013) siang.
Tak disangka, pohon tersebut rupanya dicari oleh turis Timur Tengah, Arab khususnya, untuk dikonsumsi pucuk daunnya. Menurut mereka, sejumlah khasiat berada di daun muda itu, yakni penambah vitalitas bagi pria, obat diabetes dan obat diare. Atas dasar itulah, keberadaan khat di Cisarua mulai berkembang. Tak hanya Jack, warga lain mulai berbondong-bondong menanam tanaman khat tersebut hingga kini, mencapai luas 3 hektar yang berlokasi terpisah di 55 titik.
Untuk harga satu paket plastik kecil pucuk daun khat, para petani memberi harga Rp 300.000, paket plastik medium Rp 500.000 dan paket plastik besar dihargai Rp 1,2 juta. Tak jarang jika musim liburan tiba, petani khat bisa meraup untung Rp 3,5 juta per minggunya. Untuk Jack, pekerjaannya menjadi sopir travel turis asing pun akhirnya hanya menjadi sampingan saja.
"Promosinya relasi saja. Saya kan sopir travel, lalu kalau ada turis Arab kami bawa kesini. Mereka beli, begitu saja," ujarnya.
Namun, proyeksi usaha Jack dan petani khat lainnya tampaknya harus dikubur dalam-dalam. Pascapemberitaan kasus penyalahgunaan narkotika oleh artis terkenal Raffi Ahmad, BNN memberikan garis polisi di sejumlah kebun khat di wilayah Cisarua. Tanaman yang menguntungkan tersebut menurut polisi terbukti mengandung cathinone, zat narkotika golongan I dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Tanaman khat berbahaya
Pakar farmasi-kimia Badan Narkotika Nasional, Komisaris Besar Mufti Djusnir mengungkapkan, hingga saat ini belum ada penelitian resmi yang menyatakan bahwa daun khat memiliki khasiat dalam menyembuhkan penyakit. Zat yang ada di khat hanya terbukti mengandung chatinone. Dalam batas konsumsi yang wajar, ujar Mufti, pucuk daun khat tersebut tak memiliki efek negatif. Namun, dalam jumlah konsumsi tertentu, zat chatinone yang ada dalam daun khat dapat menimbulkan reaksi layaknya zat amphetamine, bahan dasar pembuat sabu atau ekstasi, yakni memiliki efek stimulan dalam jangka panjang.
"Padahal efek itu membuat kerja jantung meningkat, aliran darah meningkat. Kalau tubuh masih bisa toleransi, masih bisa tahan, tapi kalau tidak, pasti jatuh. Artinya, lebih besar negatifnya dari pada positifnya," ujar Mufti.
Kini, Jack hanya pasrah saat BNN memborder "kebun uangnya". Namun, Jack tak menyerah, pria tiga anak tersebut berniat meminta ganti rugi kepada BNN atas tanaman khat yang akan dihancurkan. Ia meminta BNN agar mengalihkan kebunnya untuk ditanami komoditas lain agar dirinya dan petani lain tak mengalami kerugian.
"Harapannya diganti pakai pohon apa saja. Dihancurin nggak apa-apa. Asal saya nggak melanggar hukum," ujarnya.
Kepala Humas BNN, Kombes Sumirat Dwiyanto mengungkapkan, pihaknya akan memprogramkanalternative development bagi para petani khat di Cisarua. Program itu untuk menuntun petani agar tak kembali menanam tanaman berbahaya dan mengambil keuntungan dari komoditi lainnya. Namun, Sumirat belum memastikan kapan target program itu tercapai. Pihaknya harus koordinasi dengan tim pelaksana program tersebut
.

s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar