Featured Video

Sabtu, 11 Mei 2013

Jakarta, Kuala Lumpur, dan Narkotik

Jakarta, Kuala Lumpur, dan Narkotik



Kasus penyelundupan narkotik yang memanfaatkan tenaga kerja Indonesia (TKI) terjadi setiap tahun. Kasus penangkapan R, TKI asal Sampang, Madura, yang diumumkan petugas Bea dan Cukai Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Rabu lalu, bahkan menjadi yang kedua di sepanjang tahun ini.


Kepala Deputi Pemberantasan Narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN), Benny Joshua Mamoto, mengakui bahwa jumlah kasus penyelundupan itu bisa saja lebih banyak. “Angkanya saya tidak hafal, tapi memang jaringan narkotik internasional memanfaatkan TKI dan mantan TKI untuk memasukkan barang haram itu ke Indonesia,” katanya Kamis 9 Mei 2013 lalu.

Sejumlah kasus yang berhasil diungkap adalah pada 5 Juli 2009, ketika petugas Bea dan Cukai Bandara Polonia, Medan, menangkap TKI asal Aceh yang pulang dari Malaysia dengan narkoba jenis ketamin (bahan baku ekstasi) dan sabu senilai total Rp 2 miliar di antara tumpukan bajunya. Pada 10 Desember 2010, bekas tenaga kerja wanita (TKW) asal Brebes, Jawa Tengah, Nurida, 28 tahun, juga didapati menyimpan sabu seberat 643,8 gram di balik kutang, di gulungan pakaian, hingga dalam kemaluan.

Seorang TKW lainnya, berinisial R, 22 tahun, juga disergap dalam kasus yang sama sepulang dari Malaysia, di Bandara Soekarno-Hatta, pada 28 Desember 2011. Dalam koper milik perempuan yang sedang hamil 6 bulan itu ditemukan barang bukti berupa dua bungkus sabu seberat 300 gram senilai Rp 600 juta.

Pada 27 Desember 2012, giliran TKI bernama Satuna, 37 tahun, ditangkap petugas Bea dan Cukai di Bandara Juanda, Surabaya. Pemuda asal Sampang, Madura, ini hendak menyelundupkan sabu senilai Rp 200 juta dalam sepatunya. Kasus serupa terjadi di Bandara Internasional Hang Nadim, Batam, pada 4 Mei lalu, ketika petugas setempat menggagalkan penyelundupan sabu seberat 1,5 kilogram dengan kurir TKI berinisial SR yang hendak pulang ke Surabaya, Jawa Timur.

"Saya sudah sosialisasikan langsung di hadapan para TKI di KBRI Kuala Lumpur, Hong Kong, Arab Saudi, dan Singapura agar mereka tahu dan lebih waspada atas adanya pemanfaatan ini," ujar Benny.

Direktur Reserse Narkoba di Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Nugroho Aji, pernah mengatakan bahwa Malaysia difavoritkan sebagai rute transit narkotik menuju Jakarta karena pengawasan di negeri itu yang sangat lemah. Selain lewat udara dan disisipkan di muatan TKI, narkotik dari Malaysia dikirim ke pelabuhan-pelabuhan kecil di Medan, Sumatera Utara. Dari sini, narkoba lalu dipasok ke Jakarta dan tersebar ke tangan-tangan pemakai.

BNN menyatakan telah mengantisipasi pula jalur-jalur itu. Juru bicara BNN, Sumirat Dwiyanto, mengatakan, ada pengawasan terhadap 68 titik pelabuhan internasional dan tradisional. “Hampir semua perbatasan itu rawan,” katanya. 

s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar