Featured Video

Kamis, 10 November 2011

POLISI LAWAN KAUM IBU Dor...Dor... Badaram-daram-Sumbar


SIMPANG AMPEK - SINGGALANG Sepasukan polisi bersenjata lengkap berhadapan dengan 18 orang kaum ibu Maligi, Sasak, Pasbar, Rabu (9/11). Akibatnya sebagian dirawat di rumah sakit, sisanya tak berani pulang.

Yulisman

Mereka memilih mengungsi ke ibukota kabupaten di Simpang Ampek. Tindakan polisi yang seperti menghadapi huru-hara dengan melepaskan tembakan puluhan kali ke udara, mempertontonkan keberpihakan aparat pada investor dengan dalih menjaga keamanan.
Tembakan dor dor dor itu, benar-benar membuat suasana panik. Malah kemudian terjadi bentrok dan badaram-daram, menyurutkan nyali.
Sebagaimana diberitakan Singgalang kemarin, terjadinya rusuh di perkebunan PT PHP atau GMP. Sebanyak 18 orang kaum ibu tumbang dan patah. Rabu kemarin Kapolda Sumbar mendrop aparat bersenjata lengkap ke lokasi guna mengamankan keadaan. Aparat langsung dipimpin Wakapolres Pasbar, Kompol. Adi Savart, Kasat Reskrim, Iptu Burrahim Boer, Kasat Intel AKP Andi Pramudya Wardana, SIK.
Pantauan Singgalang di Mapolres, Rabu sore, mobil Dalmas membawa dua warga, diketahui namanya Wizar Bermawi (ninik mamak) dan seorang wanita bernama Ilen.
Situasi makin mencekam, pintu pagar Mapolres ditutup, anggota mulai siaga me-ngamankan markasnya.

Rusuh
Perkebunan sawit PT. Permata Hijau Pasaman (PT. PHP) usai kerusuhan masih mencekam. Puluhan personel polisi dengan senjata laras panjang masih tetap bertahan di lokasi. Sementara 18 warga Maligi yang menjadi korban bentrok dengan polisi masih mengungsi di Simpang Ampek.
Data sementara, perusakan dan pembakaran oleh massa membuat perusahaan perkebunan itu mengalami kerugian sekitar Rp800 juta. Kerugian itu sudah dilaporkan Wakil Manager PT. PHP II, Wardio kepada pihak polisi dengan LP 435/11/2011/Sumbar/Res-Pasbar tanggal 8 November 2011.
Okta dan Raflis, warga Maligi membantah pihaknya melakukan pembakaran. Menurut mereka, kebakaran terjadi pukul 20.00 WIB, Selasa (8/11), sementara warga sudah meninggalkan lokasi pukul 18.00 WIB.
Sebanyak 18 korban yang semuanya wanita berumur mayoritas 40 tahun ke atas bahkan ada yang lansia mengalami luka memar, patah tangan dan luka wajah berharap mendapat bantuan dari semua pihak. Mereka menilai tindakan itu sudah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Mereka merasa diperlakukan seperti binatang, ditendang, dibanting, ditinju dan ditodongkan senjata api di kepala dan dada.
Prihatin
Anggota DPRD Sumatra Barat, Zulkenedi Said sangat prihatin dan menyesalkan kepolisian yang melakukan tindakan kekerasan terhadap warga Maligi. Apalagi semua korban kaum wanita yang sedang menuntut hak-haknya terhadap perusahaan.
Zulkenedi yang merupakan putra Maligi meminta kepada Kapolda Sumbar agar mengusut dan menyelidiki kasus tersebut terhadap oknum yang menyalahgunakan kewenangan di lapangan.
“Kalau memang ada di luar Protap, atau ketentuan yang berlaku saya minta Kapolda menurunkan tim untuk melakukan investigasi terhadap kejadian ini. Seharusnya polisi tidak melakukan tindakan secara represif, apakah memukul, menodongkan senjata kepada masyarakat. Seharusnya polisi di zaman sekarang menghadapi tuntutan masyarakat bukan seperti itu,” kata Zulkenedi.
Menurut dia, aparat tidak boleh melakukan kekerasan terhadap masyarakat, karena mereka pelindung, pengayom, pengaman masyarakat bukan sebaliknya.
Karenanya, senjata bukan untuk membunuh massa, kekuatan polisi bukan untuk menginjak-nginjak masyarakat. Seharusnya kekuatan yang ada di polisi, baik fisik maupun senjata digunakan untuk melindungi masyarakat dari ancaman bahaya dari manapun.
Menurut Zulkenedi, kalau terbukti adanya penyalahan prosedur dan penyalahgunaan kewenangan ia minta Kapolda Sumbar melakukan tindakan hukum kepada oknum yang terlibat.
“Kapolda agar memerintahkan kepada Kapolres Pasbar untuk menghentikan cara-cara begini untuk mengamankan demo atau tuntutan masyarakat terhadap perusahaan. Saya mendukung penegakan hukum, tapi tidak seperti ini. Apalagi kasus ini sudah lama terjadi, hampir di semua perkebunan Pasbar. Keamanan investor perkebunan perlu dijaga, tapi dengan tidak mengorbankan masyarakat,” katanya.
Zulkenedi berharap, kepala daerah agar merespon masalah ini, supaya tidak berlarut-larut, dan berkembang lebih jauh yang akan merugikan semua pihak, baik rakyat, pemerintah, dan pihak keamanan. “Saya dan anggota DPRD Sumbar Dapil 5 yang berjumlah 12 orang akan terus memonitor perkembangan ini selanjutnya, terhadap langkah-langkah yang akan diambil pihak pemerintah dan Kepolisian,” katanya. (*)


DATA KORBAN WANITA DEMONSTRAN
DI PT. PHP II PASBAR
No. Nama Umur Keterangan
01. Meli 20 Ditodong pistol
02. Masrida 41 Kaki diinjak, dada ditendang
03. Pida 42 Punggung ditendang
04. Hiburan Kasma 62 Dibanting dan pingsan
05. Ros 34 Wajah ditinju
06. Kasmawati 62 Perut ditendang
07. Benir 60 Tangan dipelintir
08. Emi 45 Tangan memar
09. Mesi 22 Kaki memar
10. Lisma 52 Pingsan setelah
ditendang
11. Mera 31 Mata sakit
12. Erna 40 Ditendang
13. Ita 24 Ditendang
14. Yulisni 52 Dada ditendang
15. Molek 41 Didorong
16. Lina 50 Kaki diinjak dan sakit
memar
17. Desi 30 Kaki diinjak memar
18. Imeih 40 Tangan patah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar