Featured Video

Minggu, 13 November 2011

STRATEGI USANG SANG JENDERAL PERANG *)


Mungkin tak ada hubungan tegas antara seorang Guus Hiddink dengan Wim Rijsbergen, terutama menyangkut karir mereka.
Hanya saja, kini kedua pelatih ini mengalami nasib sial. Tim yang mereka asuh, sama-sama kalah. Turki dibekap tamunya Kroasia 0-3 dan Indonesia dihancurkan tuan rumah Qatar 4-0. Hanya saja, sikap kedua pelatih asal Belanda ini justru bertolak belakang.

Pelatih Turki Guus Hiddink mengaku kekalahan memalukan 3-0 dari Kroasia pada leg pertama playoff Euro 2012, sepenuhnya tanggung jawab dia.
Sementara Wim yang sama-sama pernah berkaos oranje, justru diam seribu bahasa. Bahkan, saat kalah menghadapi Bahrain di Jakarta, Wim malah menyalahkan Bambang Pamungkas dkk. “Ini bukan tim saya,”katanya saat itu.
Pernyataan yang tak bertanggungjawab ini spontan ditanggapi publik. PSSI sendiri selaku otoritas tertinggi di republik ini justru tak bereaksi hingga kini. Jenderal TNI yang sibuk ngurusi sepak bola sebagai penanggungjawab Timnas, Brigjen Benhard Limbong justru masih berusaha membela si meneer.
“Evaluasi sih ada, tapi nanti setelah penyisihan Piala Dunia,”katanya seperti dikutip dari tribunnews.com.
Jadi sanksi juga jadinya. Seorang jenderal tentara yang punya strategi perang justru membiarkan pasukannya hancur lebur baru mengganti seorang jenderal perang.
Caci maki dan carut marut menggema di seantero negeri. Ntah apa maunya Wim memakai veteran “perang”  yang sudah habis di laga selevel penyisihan Piala Dunia. Hendro Kartiko, Mahyadi Pangabean, mungkin hebat di masanya. Tapi kini bukan lah masanya lagi.
Di belahan bumi Eropa sana, negara-negara yang hebat sepakbola sudah krasak-krusuk mengurus tim yunior. Peralihan generasi menjadi pintu kemenangan karena tetangga Malaysia saja, sudah memakai anak-anak mudanya “berperang” di laga AFF lalu.
Sudahlah berbuat “aneh” dengan memakai punggawanya, si jenderal Limbong bukannya minta maaf ke publik. Bernada angkuh, dia malah berujar bahwa hasil yang diperoleh nasib. Anak SD saja sudah tahu, itu bukan nasib, tapi strategi “perang aneh” yang diterapkan.
"Saya kira sudah sangat jelas Indonesia kalah dengan skor 4-0. Kami tidak mau melempar tanggung jawab atau menyalahkan siapapun atas kegagalan ini. Ini sudah menjadi takdir yang tidak bisa lagi dihindari," kata Limbong kepada tribunnews.com
Di Turki sana, Hiddink dan timnya mendapat cemoohan dari publik Turki yang hanya mengisi setengah dari Turk Telekom Arena saat Kroasia berpesta gol. Pelatih asal Belanda itu pun menyatakan kekalahan telak itu murni kesalahan dirinya.
"Saya bertanggung jawab atas hasil ini. Para pemain harus mengeksekusi segalanya dengan tepat, tapi saya tetap bertanggung jawab penuh," ujar Hiddink pada NTV Sport.
"Saya pikir posisi dua di kualifikasi, di bawah Jerman, adalah ekspektasi yang realistis, tapi kami bertemu dengan pemain-pemain liga besar yang sangat kuat dan cepat," papar pelatih yang sukses mengangkat Korea Selatan itu.
Menghadapi leg kedua hari Selasa besok (15/11/2011), Hiddink pun menghimbau pemainnya untuk kembali merebut harga diri yang dirampas di kandang sendiri.
"Saya pikir sangat penting jika para pemain bermain untuk harga diri, kebanggaan pribadi, dan negara. Karena faktanya, sangat sulit, hampir mustahil untuk lolos," ungkap sang pelatih yang dikutip inilah.com.
Saya pikir, strategi perang Timnas harus benar-benar diperhatikan dan manajemen tim pun tidak asal lepas kata, seperti tak ada tanggung jawab.
Anak-anak muda harus diberi ruang lebih karena semangat mereka sangat diakui pendiri republik, Ir H Soekarno.
Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.
Untung saja punggawa Timnas U 23 masih memberi asa. Dan Jenderal, mulai kini liriklah anak-anak muda karena dia yang akan mengguncang dunia, bukan veteran yang harusnya duduk manis di rumah, menyaksikan penerusnya untuk berlaga.
*)Catatan Rakhmatul Akbar,
Wartawan Haluan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar