Featured Video

Senin, 26 Desember 2011

BALAPAN LIAR, SEPERTI MENCUKUR JENGGOT -Padang


PADANG, HALUAN — Bunyi knalpot sepeda motor berdesing keras melawan malam yang dingin di depan eks Terminal Regional Bingkuang (TRB), Jalan By Pass, Padang. Jam menunjukkan pukul 02.00 WIB. Namun di sana, kehidupan baru saja dimulai.  Meski kerap  dirazia, nyatanya  aksi  itu tetap saja marak

Dua motor melaju kencang disaksikan 50-an yang lain dari sisi jalan. Mereka berteriak. “Ayo..ayo, cepat..cepat.” Dua motor lagi mengikuti beradu kencang setelah yang pertama selesai. Hal itu berlangsung terus menerus.
Balapan itu dilakukan remaja rata-rata berusia sekitar 19-an. Tanpa helm, bahkan ada yang motornya tanpa menggunakan lampu penerang. Namun, itu bukan penghalang bagi remaja-remaja tersebut untuk saling memacu motornya.
Tiba-tiba muncul truk melin­tas dengan kecepatan lambat. Ia melintas persis di tempat balapan dilakukan. Sopir membunyikan klakson berulang-ulang. Balapan sementara terhenti. Ada yang memaki-maki karena truk meng­anggu “keceriaan” mereka.
Rizal (35), salah satu penjual makanan di sekitar lokasi tersebut mengaku tak heran. “Itu selalu berlangsung tiap minggu,” ujarnya. Ia biasanya dimulai sekitar pukul 24.00 WIB. Bahkan, ada yang dimulai di bawah jam tersebut.
Menurutnya, sering ada kecela­kaan tragis. Ia mengisahkan seorang pebalap liar yang dita­brak truk saat beradu kencang. “Kecelakaan bukan hal yang biasa lagi. Anehnya, itu tak mengha­langi mereka untuk balapan,” tuturnya.
Sekitar pukul 03.00 WIB, keadaan menjadi tak menentu. Remaja-remaja itu tak lagi berpacu dengan dua kendaraan, tapi melaju kencang tanpa arah, ke arah yang mereka sendiri tak peduli. Tak ada bunyi sirine polisi.
“Cabut…” ada yang memberi komando. Ada yang berlari ke arah perlintasan Tabing-By Pass atau ke arah rumah sakit Siti Rahmah. Sekejap, tempat itu menjadi kosong. Seorang di antaranya Acis, meninggalkan motornya dan berlari ke arah rumah makan Rizal, sambil memesan nasi goreng.
Menurutnya, ada yang mem­beritahu polisi datang. “Makanya kami lari,” tuturnya. Namun, hingga setengah jam kemudian, tak ada polisi yang datang. Tapi mereka sudah terlanjur memencar dan tak kembali lagi hingga pagi hari.
Balapan seperti itu tak hanya berlangsung di eks TRB. Pada saat yang sama juga berlangsung di kawasan Khatib Sulaiman dan Pantai Padang. Di Khatib Sulai­man balapannya melibatkan lebih banyak orang.
“Balapan di jalan Khatib Sulaiman sudah tradisi,” kata Acis yang mengaku pernah mencoba ‘lintasan’ tersebut. Hal itu, menurutnya, karena kondisi jalan yang lebih baik untuk dilakukan balapan dan ‘sirkuit’­nya juga lebih panjang.
“Rata-rata memang taruhan,” tuturnya. Keadaannya sama: ketika ada polisi mereka langsung kabur, tanpa peduli lagi dengan teman atau lawan. Dan, katanya, selalu pada hari Sabtu. Soal polisi, ia mengaku tak punya mata-mata. “Ada juga yang ketangkap saat razia,” katanya.
Razia Tak Mempan
Kasatlantas Polresta Padang, Kompol Andiyatna mengaatakan upaya penertiban balap liar sangat sering dilakukan. Pihaknya sering menggelar razia rutin, dan melak­sanakan upaya preventif melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah.
Namun, usaha tersebut dinilai belum menampakkan hasil atau­pun efek jera bagi pelaku aksi balap liar, setiap kali menggelar operasi setiap kali pula polisi menangkap orang yang sama. Padahal pihak kepolisian telah meningkatkan sanksi bagi pelaku yang sama.
“Balap liar semakin marak dan tak pernah ada henti. Padahal selama kurun waktu 2011, pihak kepolisian telah mengamankan 800 lebih sepeda motor, dan 600 knalpot racing yang digunakan untuk balap liar,” kata Andiyatna.
Kendati mengalami kekura­ngan personil dalam penertiban, Satlantas Polresta Padang akan terus menggelar razia terhadap aksi balap liar. “Selain meresah­kan pengguna jalan, pemberan­tasan balap liar harus dilakukan guna menekan angka kecelakaan dan resiko kematian, serta aksi perjudian menjadi salah satu motivasi untuk melakukan balap liar,” ujarnya.
Andiyatna juga meminta masyarakat khususnya orang tua untuk mengawasi anak, serta tidak memanjakan anak dengan sepeda motor, terutama bagi usia pelajar, karena hal tersebut dapat memicu keikutsertaan anak dalam aksi balap liar.
“Ini harus diperhatikan oleh semua masyarakat, karena semua itu dimulai dari lingkungan keluarga,” tuturnya. (h/adk/nas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar