Featured Video

Jumat, 02 Desember 2011

Nestapa Balita Disiram Cuka


Deri Oktazulmi/Guswandi

Kesal karena tidak berhasil mendapatkan apa-apa, seorang pencuri di Sungai Rumbai, Dharmasraya tega menyiram seorang balita dengan air cuka. Pika Andriani balita berusia 2 tahun itu, mengalami luka bakar.
Peristiwa ini terjadi Rabu (30/11) malam, saat itu suasana rumah begitu sunyi karena lampu rumah padam, ditambah lagi hujan lebat terjadi.
“Sakit mak, panas rasanya,” kata itu berkali-kali terucap dari mulut Pika di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS M Djamil Padang, Kamis (1/12).
Di wajah gadis kecil itu tampak jelas bintik hitam bekas siraman cuka, sesekali ia ingin memegang luka itu tapi dilarang perawat dan orangtuanya.
Menurut penuturan Sudarmi, 30, ibu korban, malam itu dia sedang pergi berbelanja keluar dan meninggalkan ketiga anaknya di rumah.
Beberapa puluh meter dari rumah, ia terkejut saat mendengar suara pekik anaknya. Dengan sekuat tenaga Sudarmi berlari ke rumah, untuk memastikan apa yang menimpa anaknya. “Teriakan Pika membuat saya terkejut dan langsung mengejar ke rumah ternyata saya lihat wa jahnya sudah hitam-hitam terkena cuka keras,” kata Sudarmi yang juga seorang penakik getah bayaran.
Hal senada juga dikatakan ayah Pika, Sariman ia terkejut mendengar teriakan Pika. Saat itu ia sedang menonton bola di rumah tetangganya, karena mendengar teriakan itu ia langsung berlari menuju rumah. “Sesampai di rumah, saya melihat wajah Pika sudah hitam,” ujar Sariman.
Saat ini, Pika sudah dalam penanganan dokter. Pika dirawat secara itensif dan menunggu hasil pemeriksaan lanjutan.
Menurut Sudarmi, cuka yang disiramkan ke wajah anaknya jenis cuka 61 yang biasa digunakan untuk mengawetkan getah.
Bingung biaya berobat
Untuk biaya pengobatan, Sudarmi mengaku kebingungan harus membayar dengan apa, karena keluarganya tidak mempunyai Jamkesmas.
“Mau dibayar sama apa pak. Ongkos ke Padang saja susah saya cari, ini saja minjam sana sini,” ucap Sudarmi sedih.
Sementara itu, Kabid Humas M Djamil Padang Gustavianof mengatakan untuk biaya pengobatan urusan belakangan, nanti akan diusahakan untuk meringankan biaya pasien. Pika sendiri sudah ditangani dokter jaga M Djamil, dan juga sudah dilakukan pemeriksaan mata. “Untuk matanya, tidak apa-apa, sekarang tinggal pemulihan kondisi, tapi wajahnya masih rentan dan mudah terkelupas,” kata Gustavianof.

Disiram pencuri
Kuat dugaan Pika disiram pencuri yang masuk ke rumahnya, tapi niat maling tersebut tidak jadi karena maling itu melihat ada anak sulung korban ternyata sedang rumah. “Mungkin pencuri itu terkejut saat melihat anak saya yang paling tua mengetahui, jadi ia mengambil cuka untuk melumpuhkannya, tapi cuka itu mengena wajah anak saya yang paling kecil,” kata Sariman.
Sariman juga bingung, apa yang mau diambil di rumahnya, karena ia tidak punya apa-apa. “Kenapa dia tega melukai wajah anak saya,” ia tak habis pikir.
Saat ditanya apakah Sariman mempunyai musuh ia pun menjawab tidak. “Bagaimana saya punya musuh, sementara saja kerja menumpang dengan orang,” katanya.
Cinta ditolak
Sementara itu, jauh di Provinsi Kundus, Afganistan sana. Karena cinta ditolak, air keras bertindak.
Sebuah keluarga di provinsi ini disiram wajahnya dengan air keras oleh geng bersenjata. Peristiwa ini terjadi setelah si ayah menolak menikahkan putrinya, Mumtaz, yang berusia 18 tahun dengan salah seorang anggota geng yang usianya jauh lebih tua.
Diberitakan Reuters, dan dikutip Vivanews Kamis (1/12), setelah menolak pinangan tersebut, Mumtaz bertunangan dengan seorang lelaki yang masih merupakan kerabatnya.
Lelaki yang ditolak bersama dengan gerombolannya yang berjumlah enam atau tujuh orang langsung menyerbu rumah keluarga Mumtaz. Menurut kesaksian ibu Mumtaz, gerombolan ini memukuli si ayah dan menyiramnya dengan air keras. Tindakan serupa juga dilakukan terhadapnya dan ketiga putrinya. “Ayah dan putri sulungnya (Mumtaz) berada dalam kondisi kritis karena seluruh tubuh mereka tersiram air keras. Sementara si ibu dan dua putrinya yang masih berusia 14 dan 13 tahun hanya mengalami sedikit luka di tangan dan wajah,” kata Abdul Shokor Rahimi, kepala rumah sakit Kunduz tempat ke lima korban dirawat.
Polisi Afganistan hingga kini masih memburu pelaku penyiraman yang mereka sebut tak bermoral dan tak bertanggungjawab. “Kami telah memulai penyelidikan, dan semua yang terlibat akan diadili,” tegasnya. (*)
sinngalang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar