Featured Video

Kamis, 26 Januari 2012

Kapitalisme Jadi "Bulan-bulanan"


ShutterstockIlustrasi kapitalisme


DAVOS,  Sejumlah pimpinan korporasi global mengakui kapitalisme memperburuk kesenjangan. Akan tetapi, para eksekutif itu mengatakan, kapitalisme tetap merupakan sistem lebih baik dari alternatif apa pun.


Ini mengemuka dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Rabu (25/1/2012).

Krisis utang Eropa dan kelesuan ekonomi global mewarnai pertemuan yang dihadiri 2.600 orang elite perusahaan dan negara.

Dalam pertemuan itu juga diperingatkan bahwa sistem kapitalisme kemungkinan akan punah. Jika ada sistem lain yang dianggap menjadi alternatif, barangkali sistem yang paling pas adalah sistem kapitalisme negara.

Ini merujuk pada sistem mekanisme pasar dengan sentuhan tangan pemerintah yang kuat, sebagaimana dijalankan di China. Dengan kata lain, korporasi dijalankan seperti biasa yang terjadi di Barat, tetapi peran pemerintah yang kuat sangat mendominasi.

”Kapitalisme barangkali merupakan bentuk terburuk dari berbagai sistem,” kata David Rubenstein, salah satu pendiri Carlyle Group, perusahaan pengelola dana investasi global yang bermarkas di Washington.

Kapitalisme menjadi sasaran kecaman, termasuk di Davos. Hal ini terlihat dari aksi protes yang juga muncul di Davos. Sekelompok orang mencoba mendekat ke pertemuan untuk menyampaikan kritik. Berbagai aksi serupa juga bermunculan di berbagai kota lain di dunia dalam setahun terakhir. Para kapitalis dicap terasuki kerasukan yang mementingkan keuntungan uang semata dan sifatnya sesaat.

Akan tetapi, ada juga para eksekutif korporasi yang balik menyalahkan pemerintah di balik kekacauan ekonomi global, dan bukan menyalahkan sistem kapitalisme.

”Reformasi tidak semata-mata menyangkut korporasi dan kerasukan. Itu bergantung pada para pembuat keputusan, dengan kata lain pemerintah,” kata pimpinan umum Alcatel-Lucent CEO, Ben Verwaayen. ”Mengapa perlu dua tahun bagi Eropa dan para pemimpinnya untuk meraih kesimpulan, yang seharusnya lebih cepat mereka temukan?”

Verwaayen tidak mengelaborasi lebih jauh ucapannya, tetapi tampaknya dia hendak merujuk pada rumitnya persoalan dan kebutuhan akan pengambilan keputusan cepat. Dengan kata lain, hal itu membutuhkan keputusan pemerintah untuk mengambil tindakan cepat.

Akan tetapi, Brian Moynihan, pimpinan umum Bank of America, mengatakan bahwa siklus ”bom” dan ”letusan” memang merupakan bagian dari struktur kapital.

Namun, pihak lain mengatakan, proses atau dampak negatif kapitalis itu tidak bisa dihindari. Karena itu, pemerintah yang harus mengambil langkah tegas untuk mengatur cara perusahaan beroperasi.

Ketua International Trade Union Confederation Sharan Burrow mengatakan, ”Kita telah kehilangan kompas moral. Jika pemerintah tidak melakukan investasi sosial sekarang, maka kita akan menyaksikan keresahan sosial yang pasti akan muncul.”

Pimpinan Umum Deloitte Joe Echevarria berbicara soal pengembangan kapitalisme yang bisa menyesuaikan diri. ”Kini Anda harus berurusan dengan regulasi, menyeimbangkan kebutuhan perlindungan masyarakat bersamaan dengan kepentingan akan pertumbuhan.”

Heboh di Brasil

Di samping Forum Ekonomi Dunia, saat bersamaan juga berlangsung Forum Sosial Dunia di Brasil, persisnya di kota Porto Alegre di selatan negara itu. Ribuan demonstran berkumpul pada Selasa (24/1/2012). Mereka melakukan aksi protes menentang kapitalisme dalam pertemuan tahunan.

Forum Sosial Dunia memang sengaja dibentuk sebagai tandingan dan sekaligus mengecam Forum Ekonomi Dunia. Bagi para peserta Forum Sosial Dunia, Forum Ekonomi Davos adalah markas dari para kapitalis, yang telah menjungkalkan perekonomian global.

Kalangan ini mengatakan, para kapitalis telah memperburuk sendi-sendi kehidupan dan hanya menguntungkan para kapitalis atau para pemodal yang berbisnis tanpa memperhatikan tanggung jawab sosial dan komunitas.

Bagi peserta Forum Sosial Dunia, para kapitalis adalah sumber penyakit dan menyebabkan ketidakadilan terjadi di mana-mana. Para kapitalis juga dituduh menjadi semacam ”pemeras” atau berbagai jenis kalimat tak sopan lainnya.

Dalam aksi mereka di jalan-jalan di kota pertemuan di Brasil itu, para peserta membawa spanduk bertuliskan, ”Sebuah Dunia yang Lain itu Dimungkinkan”.

Para pendukung forum sosial ini juga menyatakan bahwa mereka mewakili 99 persen warga dunia dan Forum Ekonomi Dunia di Davos, hanya mewakili kepentingan 1 persen.

Ini merujuk pada sindiran bahwa kemakmuran di dunia ini hanya dikuasai oleh segelintir atau satu persen penduduk dan sebanyak 99 persen lagi jadi korban.

Sekitar 15,000 orang turut serta dalam aksi protes terhadap sistem kapitalisme global itu. Para peserta yang hadir di acara ini antara lain gerakan Indignant dari Spanyol, kelompok US Occupy Wall Street. Presiden Brasil Dilma Rousseff diharapkan menghadiri pertemuan Forum Sosial Dunia, yang dalam beberapa hari mendatang disesaki 70.000 orang (AP/AFP/REUTERS/MON)
http://internasional.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar