Featured Video

Rabu, 25 Januari 2012

Saat Kerusuhan Bima Polri Akui Tempatkan Sniper


JAKARTA - Polisi mengakui membawa senjata serbu saat membubarkan masa di pelabuhan Sape Bima beberapa waktu lalu.  Namun mereka berdalih tak memakainya.

Hal ini dikatakan oleh anggota Komisi III DPR usai melakukan kunjungan kerja ke Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

"Ini tidak masuk  akal.  Kalau  nggak dipakai kenapa ada yang tertembak, kenapa pula ada yang mati. Dari tiga jenis senapan serbu yang kami tanyakan yaitu M 16 A2buatan Amerika, AK 101 Lisensi China  dan SS-1 keluaran Pindad, tidak semua diakui dibawa pada saat kejadian. Saya berharap mereka bisa lebih jujur. Apalagi ada fotonya yang diambil dari lapangan," kata Aboebakar, Rabu (25/01/2012).
Dalam kunjungannya, Aboe menjelaskan, kepolisan, saat kejadian mengakui menempatkan penembak jitu (sniper) diatap rumah, penggir pantai dan beberapa lokasi lain. Hal ini, seperti pihak kepolisian sedang  menangani teroris saja. Padahal, yang dihadapi warga sipil, apalagi tidak ada perlawanan yang diberikan.
"Saya berharap Mabes memeriksa Danops operasi ini, mungkin perlu juga diperiksa kondisi kejiwaannnya. Tugas polisi kan melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat, masak pengayoman dan pelayanan pakai sniper, saya sekedar mengingatkan, itu kan Tribrata
mereka," tegasnya.
Alasan yang disampaikan, cerita Aboebakar lagi,  pasukan saat kerusuhan terjadi diluar kendali, beberapa personel mengeluarkan tembakan tanpa mengikuti perintah pimpinan. Hal ini, tegasnya, harus diselesaikan secara hukum.
"Ini bukan kondisi perang, tak boleh membunuh siapapun tanpa ada penetapan pengadilan. Apapun alasan yang diberikan, menghilangkan nyawa orang lain tidak bisa dibenarkan secara hukum. Proses pidana pada para penembak rakyat harus tetap dilakukan, ini untuk memberikan jaminan equality before the law, kan di catur prasetya polri juga diatur
demikian," tandasnya.

Penulis: Rachmat Hidayat  |  Editor: Johnson Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar