Featured Video

Kamis, 24 Mei 2012

Rudi Hartono: Pemain Tak Fokus karena Gaji & Bonus Terlalu Tinggi

RUDI HARTONO




Jakarta - Kegagalan tim Thomas-Uber Indonesia di gelaran Piala Uber 2012 niscaya memantik kekecewaan publik 'Tanah Air'. Terkait kegagalan tersebut, kritik dan saran pun dilontarkan mantan pebulutangkis nasional Rudi Hartono.

Sekali lagi Indonesia tak kuasa meraih gelar juara di ajang Thomas dan Uber. Kalau Piala Thomas kali terakhir diraih Indonesia pada tahun 2002, Piala Uber justru lebih lama lagi yakni tahun 1996 silam. Untuk tim Thomas, raihan kali ini juga menjadi yang terburuk dalam sejarah keikutsertaan Indonesia.

Di perebutan Piala Thomas-Uber 2012, langkah Indonesia harus terhenti di perempatfinal. Tim Thomas Indonesia lebih dulu kandas, disusul tim Uber beberapa jam kemudian, sama-sama dari tim Jepang.

Mengomentari hal tersebut, Rudi yang semasa bermain pernah meraih delapan gelar juara All England menilai bahwa salah satu faktor kekalahan tim Indonesia adalah kurang primanya para pemain. Selain itu, PB PBSI pun dinilai kurang jeli dalam menjaga stamina pemain.

"Tak semua pemain yang masuk line up dalam performa terbaik sehingga lawan bisa melihat celah ini," kata Rudi ketika dihubungi Harian Detik. 

Selain faktor tersebut, Rudi juga memiliki opini terkait jebloknya prestasi pemain tim Thomas-Uber yang terakumulasi di ajang kali ini. "PBSI memberikan gaji dan bonus kepada pemain terlalu tinggi. Sehingga tak fokus saat bertanding," kata Rudi. 

Dia pun menyarankan agar PB PBSI mulai menyusun kembali nominal gaji pemain, juga pelatih. "Seharusnya ada rasionalisasi gaji," lanjutnya.

Pembinaan Usia Dini

Penekanan lain yang kemudian diutarakan Rudi adalah pentingnya aspek pembinaan sejak usia dini. Hal ini idealnya akan berimbas pula kepada regenerasi para pemain di masa mendatang, dalam usaha kembali mengangkat citra bulutangkis Indonesia

Sehubungan dengan hal itu, ia pun menegaskan bahwa peran orangtua sangat penting guna mendorong keberhasilan pembinaan sejak usia dini tersebut.

"Dukungan orangtua sangat diperlukan. Dia (orangtua) akan mengarahkan dan mampu mendorong atlet untuk jauh lebih baik dibandingkan jika atlet itu tidak didukung orangtuanya," kata Dewan Pengawas Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) itu.

Dengan dukungan masyarakat yang sudah sedemikian besar saat ini, PB PBSI dan seluruh pihak yang terkait juga ia harapkan bisa terus berbenah guna membangkitkan prestasi pebulutangkis Indonesia di masa depan.

"Kalau gagal begini siapa yang mau disalahkan atau dimintai pertanggungjawabannya. Ini tanggung jawab bersama terutama pengurus PBSI," lugas Rudi.



http://sport.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar