Featured Video

Kamis, 24 Mei 2012

AMERIKA BAHAS LADY GAGA-INTERVENSI ASING

Lady gaga

Campurtangan tangan yang terlalu jauh dan sangat diluar dugaan. Pihak keamanan Amerika rupanya telah bertemu de­ngan pihak Polri. Pertemuan membahas masalah keamanan konser Lady Gaga di Indonesia.
Duta Besar (Dubes) Ame­rika Serikat untuk Indonesia Scot Marciel mengakui adanya pertemuan itu saat kun­jungan ke DPR, Jakarta, Rabu (23/5).”Jadi betul ada pertemuan tapi itu dari pihak keamanan kami yang mem­bahas aspek keamanan,” ujar Marciel saat itu.

Muncul dugaan, pertemuan itu merupakan bentuk in­tervensi AS terhadap Polri agar memberikan izin konser Lady Gaga.  Namun Dubes AS membantah tudingan itu. Walau begitu, persoalan apa­kah Polri mengizinkan atau tidak, pihak AS tidak ikut campur. Masalah itu dise­rahkan kepada Polri yang memiliki kewenangan. “Tapi terlepas dari itu kita tidak terlibat dengan polisi mengenai masalah ini,” kata  Marciel.
Pihak AS, lanjutnya, tidak mau mengintervensi terkait kehadiran Lady Gaga. Na­mun, dia percaya bahwa pihak terkait akan bersikap adil. Tidak hanya mende­ngarkan suara kelompok tertentu saja.”Ini kami mem­biarkan warga Indonesia me­mutuskan tapi kami berharap pendapat dan pandangan warga In­donesia secara ke­seluruhan didengar tidak hanya dari ke­lompok kecil,” terangnya.
Menag Bersikukuh
Rupanya tidak cuma pihak apa yang dicap pigak Asing dan komperadornya  sebagai ‘kelom­pok garis keras’ yang menolak konser si pemuja setan. Menteri Agama Sur­yadharma Ali juga bersikukuh menolak penyeleng­garaan konser Lady Gaga di tanah air. Alasannya, tidak hanya ber­kaitan dengan nilai pornografi.
Pria yang akrab disapa SDA itu menjelaskan, pertim­bangan untuk menolak konser Lady Gaga tidak sekadar penampilannya yang berunsur pornografi. Tapi ada nilai lain yang patut juga dipertim­bangkan pemerintah.
Bahkan, SDA memban­ding­kan Lady Gaga dengan se­jumlah penyayi seksi dalam negeri dan luar negeri seperti Julia Perez, Beyonce Knowles, dan Katy Perry. “Kenapa Jupe bisa, Katy Perry bisa, Beyonce bisa? Ada orang yang meman­dangnya sebagai en­tertain saja, tapi kalau Lady Gaga mungkin dianggapnya ideo­logis,” ujar SDA seperti diku­tip inilah.com.
Meski secara penampilan, deretan nama artis yang disebut SDA sama-sama berpenampilan seksi, namun secara ideologi Lady Gaga berbeda. Nilai ideologis, kata dia, perlu juga menjadi pertim­bangan negara dalam memberikan izin penye­lenggaraan konser tersebut. “Ada nilai-nilai yang harus diperhatikan,” katanya.
Melihat pesan dalam syair lagu Lady Gaga dan pe­nampilan dalam tiap kon­sernya, SDA bersikukuh menolak konser Lady Gaga di tanah air. “Kemenag tetap memberikan pertimbangan kepada Polri, supaya tidak memberikan izin, untuk mencegah pornografi,” tegas Suryadharma.
Komprador Kapitalis
Adanya intervensi dan ber­mainnya kepentingan asing, juga diperingatkan seniman dan pemerhati budaya, Yocky Sur­yoprayogo. Seniman gaek ini menengaskan  konser Lady Gaga tidak bisa di­lepaskan dari misi ekonomi politik global negara-negara kapitalis. “Lady Gaga itu merupakan bentuk kompera­dor asing, dia  antek kapita­lis,” kata Suryoprayogo seperti dikutip Republika.
Menurut Yocky, Lady Gaga maupun artis-artis asing yang pernah tampil di Indonesia, hanya membawa misi ekonomi industri. Mereka tidak pernah memikirkan dampak dari apa yang mereka pertontonkan kepada para penik­matnya. Dalam situasi ekonomi Indonesia sekarang, lanjut Yocky, dimana terjadi kesenjangan ekonomi yang luas antara si kaya dan si miskin. Yocky menilai tidak sepatutnya konser Lady Gaga diselenggarakan di Indo­nesia. “Kepentingan mereka hanya duit,” sebut Yocky.
Sebagai orang yang telah malang melintang di dunia musik, Yocky menyatakan konser artis dunia selalu menciptakan tran­saksi eko­nomi yang tidak sedikit jumlahnya. Sayangnya, ba­nyak orang tidak menyadari bila seba­gian besar keun­tungan dari transaksi itu, hanya dinikmati segelintir agen-agen asing.
Masih kata Yocky, ma­syarakat menengah ke atas Indonesia,  sepatutnya men­ciptakan devisa ekonomi bagi kemajuan bang­sanya bukan malah menyerahkan uang mereka untuk dibawa pergi artis-artis asing.
Lebih lanjut Yocky menga­takan, dari sisi eksistensi musik Indonesia, rencana konser penya­nyi asal Amerika Serikat itu merupakan bentuk penjajahan terhadap perju­angan musisi Indonesia itu sendiri. Pasalnya, menurut Yocky banyak sekali musisi-musisi Indonesia yang berjasa besar bagi perjalanan musik Indonesia, tapi tidak pernah mendapatkan tempat di pang­gung-panggung industri.
Mereka harus berjuang mati-matian untuk mendapat pang­gung yang layak.
“Penyanyi bule itu dalam sehari-dua hari tampil lang­sung dapat milyar-milyaran dan langsung membawa uang itu ke luar negeri. Lalu kita sebagai warga negara mau diam saja?” tanya Yocky.
Jadi konser Lady Gaga, tak hanya soal pakaian  dan moralitas. Ini juga soal intervensi idiologi kaum kapitalis. (h/dn/rol/inh)


http://www.harianhaluan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar