Featured Video

Kamis, 05 Juli 2012

Status di Facebook Merusak Hubungan?


Status hubungan di Facebook tak harus menjadi acuan apakah si dia serius dengan Anda.
 Pengaruh Facebook rupanya semakin besar. Apa pun yang tertulis di Facebook menjadi acuan dan memberi dampak beragam, termasuk ketika Anda menuliskan status hubungan di media sosial ciptaan Mark Zuckerberg ini.


Hal ini juga menjadi perhatian Christy Goldstein, coach untuk hubungan berpasangan, kencan, dan kehidupan pribadi, juga edukator seks.

Menurut dia, generasi masa kini lebih memercayai status hubungan teman atau orang yang dikenalnya dari Facebook dibandingkan dengan pernyataan langsung atau fakta yang terjadi.

Artinya, jika teman Anda mengatakan berpacaran dengan seseorang, tetapi ia menulis status single di akun Facebook-nya, itu pertanda hubungannya dengan sang pacar tersebut tidak benar. Dengan kata lain, Anda lebih percaya bahwa teman Anda tersebut masih lajang meski ia terlihat mesra dengan pacarnya.

Meski begitu, Goldstein tak menyalahkan Facebook atas perilaku ini. Justru si individulah yang merusak pola hubungan dari caranya yang keliru dalam memanfaatkan teknologi. Cara yang keliru ini membuat media sosial menjadi pengendali kehidupannya.

"Coba saja ingat lagi, berapa kali kita menelepon seseorang untuk membahas sesuatu atau sekadar bercakap-cakap? Kecanggihan jejaring sosial mengubah cara kita berkomunikasi. Bahkan, status Facebook pun dianggap serius," katanya.

Ia mengungkapkan, Facebook dan Twitter tentu boleh digunakan sebagai alat komunikasi. Namun, cara orang menggunakannya semakin keliru. Contohnya, teman-teman Anda di Facebook justru tahu lebih dahulu bahwa Anda hamil ketimbang suami Anda sendiri. Ini bisa saja terjadi karena orang sudah begitu akrab dengan Facebook, memasang status yang mewakili perasaan atau pikirannya. Padahal, ada orang terdekat yang bisa diajak sebagai teman bicara.

Perilaku seperti ini pun menjadi kebiasaan seiring dengan rutinitas seseorang yang lebih tertarik meng-update status daripada melakukan komunikasi langsung.

Bagi Goldstein, teknologi semestinya mempermudah manusia dengan memberikan cara lebih mudah serta efektif dari segi waktu dan energi dalam berkomunikasi. Namun, sayangnya, orang menjadi lebih malas dengan memanfaatkan kemudahan ini.

Meski demikian, perilaku ini bisa dihentikan jika cara berpikir seseorang dikembalikan sebagaimana mestinya. Anda tentu tak ingin anak-anak Anda menjadi generasi yang melek teknologi tetapi merasa asing dengan komunikasi tatap muka dan kebiasaan bicara langsung, bukan?

Begitu pun mengenai status hubungan. Facebook semestinya tidak menjadi acuan apakah seseorang benar-benar serius menjalin hubungan atau tidak. Anda juga tak harus mengumbar hubungan melalui Facebook. Atau, apa pun status hubungan yang tertulis di Facebook semestinya tak menimbulkan masalah dalam hubungan Anda dan dia.

Anda bisa menghindari risiko rusaknya hubungan berpasangan karena masalah yang sebenarnya sepele. Jangan sampai gara-gara si dia lupa mengganti status dari single menjadi in a relationship atau married, hubungan menjadi runyam.

Sebab, sebenarnya, tak semua orang rajin atau menganggap penting update status Facebook, termasuk status hubungan. Bisa jadi bagi sebagian orang, status ini tak ada artinya karena Facebook bukanlah segalanya. Tentunya ini bukan pembenaran atas sikap sebagian orang yang berusaha "mengelabui" dengan menyamarkan status.

"Siapa pun bisa saja dengan mudahnya, dalam hitungan detik, mengganti status single menjadi berpasangan, lalu kembali lagi mengganti menjadi single. Lantas kenapa? Jangan mempermasalahkan status hubungan di Facebook yang sebenarnya tidak sepenuhnya mewakili siapa Anda. Lagi pula, untuk apa mengumbar hubungan di depan umum? Jangan biarkan Facebook merusak hubungan," katanya menyarankan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar