Featured Video

Kamis, 30 Agustus 2012

IRONI PENDIDIKAN DI SUMBAR-Di Bekas Kedai,Tempat Mereka Menuntut Ilmu


Pendidikan memang mahal. Untuk meraihnya pun penuh perjuangan. Dan itu tak mudah. Terutama tak mudah bagi warga miskin dan fasilitas sekolah yang apa adanya. Semangat belajar tinggi, namun fasilitas sangat minim. Dan memiriskan.

Ironis, tentu saja, jika kita hubungkan dengan dana untuk pendidikan yang dialokasikan cukup besar di setiap anggaran belanja. Begitulah negeri yang berbendera warna merah-putih ini mengembangkan sumber daya manusianya. Zaman begini, masih ada murid-murid yang belajar menumpang di sebuah kedai, bukan di gedung sekolah yang layak.
Pagi itu daun kelapa terlihat menari-nari di sapu angin. Me­nelusuri jalan aspal yang ter­ke­lupas di makan zaman, di keli­lingi semak belukar, me­ngan­tarkan kita pada bangunan sekolah yang sedang diperbaiki pascagempa 30 September 2009 lalu.
Di depannya terdapat plang yang bertulis SD 16 Negeri, Jorong Rimbo Karambia, Nagari Tapakis, Kecama­tan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Rabu (29/8).
Di sudut sekolah terlihat anak-anak sedang belajar pada bangunan yang dahulunya difungsikan sebagai warung atau kedai. Mereka begitu ceria dan semangat meski peluh mengalir di sela lehernya. Angin yang berhembus dari ruangan yang tak mempunyai pintu dan jendela itu, sedikit menenangkan murid dari hawa panas atapnya.
Mendengarkan dengan serius saat gurunya menerangkan pela­jaran. Raut wajah polos anak anak tersebut, seolah tak mempedulikan keadaan sekitarnya. Selain di ruangan bekas warung, terdapat 3 unit bangunan yang terbuat dari kayu dan triplek berdiri di tengah ruang sekolah.
Kondisi triplek yang lapuk, jendela yang dibalut kawat, diguna­kan oleh murid kelas 1, 2, dan 3. Disesaki bangku-bangku yang rusak pada bagian belakang ruangan, menambah suasana miris.
Seorang guru bernama Azwir, terlihat memberi tugas pada anak muridnya. Dengan semangat seluruh murid pun bergegas menger­jakannya.
“Di ruangan ujung itu memang bekas warung, karena sejak gempa pada tahun 2009 lalu, beberapa ruangan rusak. Selain itu karena beberapa ruangan dalam tahap pengerjaan, maka kita meminjam warung untuk murid-murid be­lajar,” ujarnya
Ia mengatakan, selain kondisi ruangan yang masih darurat pasca­gempa, air bersih di sekolah juga tidak ada. Meskipun terdapat satu buah sumur, air pun berwarna kemerah-merahan.
“Untuk buang air, hampir semua murid dan guru terpaksa pulang, atau menumpang ke rumah warga yang ada di sekitar sekolah. Sedangkan bagi murid-murid yang malas pulang mereka pun kencing di semak-semak di belakang sekolah,” ungkap pria yang mengajar sejak tahun 2003 itu.
Sekolah yang berdiri sejak tahun 1984 itu memiki 6 orang guru yang mewakili masing-masing kelas dengan jumlah murid 132 orang.
Sekolah nan jauh dari sentuhan modern itu, terletak jauh dari pemukiman penduduk sehingga bagi murid yang kesekolah mereka harus berjalan mencapai 1-2 km. Belum lagi jarak nan jauh, kondisi jalan yang rusak, serta berlumpur saat sang hujan turun, menjadi tanta­ngan murid-murid calon penerus bangsa ini.
“Dulu wak baraja di ruangan tembok, kini wak baraja di kadai tampek wak acok balanjo. Tu kalo wak nio buang aia di rumah sakolah, tapaso wak buang aia di samak-samak, dek aia nyo tu bawarna merah, tu kadang-kadang kariang,” kata Budi, salah seorang murid kelas 4 itu kepada Haluan, Rabu (29/8) dengan logat Piamannya.
Budi merupakan sebagian mu­rid yang mengalami keadaan itu setiap hari di sekolahnya, namun ia terlihat santai, sambil meminum air mineral berbotol kecil yang dibawanya dari rumah. Diletak­kannya botol itu. Ia pun berlari tanpa mengunakan sepatu mengajar temannya yang juga tidak memakai sepatu. Sejumlah anak sengaja melapas sepatu saat jam istirahat, karena mereka bisa leluasa ber­maian dan berkejar-kejaran sambil teriak dan membasahi bajunya dengan peluh semangat.
Kecerian anak-anak itu seakan tertinggalkan oleh waktu yang terus berpacu dengan perkembangan dunia saat ini. Namun satu hal yang tak sempat terucap oleh mereka yaitu, mereka hanya ingin menggapai cita-cita dan mereka ikhlas dan tulus.

sumber



Tidak ada komentar:

Posting Komentar