Istano Basa Pagaruyung (Afif/detikTravel)
Istana dilihat dari kejauhan (Afif/detikTravel)
Gapura istana (Afif/detikTravel)
Rangkiang (Afif/detikTravel)
Ada 72 tonggak yang berdiri di istana ini (Afif/detikTravel)
Batu Sangkar - Jauh sebelum Indonesia merdeka, ada Kerajaan Pagaruyung di Sumatera Barat. Kini, kisah kejayaannya masih bisa dinikmati para traveler di Istano Basa Pagaruyung yang juga jadi ikon wisata di Tanah Datar.
Tidak ada tahun yang jelas kapan pemerintahan Pagaruyung mulai berjalan. Ditengok dari Dunia Melayu Sedunia/Melayu Online, Kamis (27/9/2012) pemerintahan Adityawarman berlangsung dari tahun 1347 hingga 1376. Jadi, Istana Pagaruyung kemungkinan dibangun setahun atau dua tahun sebelum pemerintahan. Di dalam istana itulah semua kegiatan pemerintahan berlangsung.
Namun, istana yang berada di Kecamatan Tanjung Emas, Batu Sangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar ini bukanlah istana yang asli. Istana yang asli sudah terbakar pada tahun 1804. Istana ini kembali dibangun pada tahun 1976 namun di tempat yang berbeda. Istana yang asli berada di Bukit Batu Patah, Batusangkar.
Istana replika ini dikenal dengan nama Istano Basa Pagaruyung. Dengan latar Gunung Bungsu nan hijau, istana ini berdiri megah. Bangunan yang terdiri dari 11 gonjong (ujung atap runcing), 72 tonggak dan 4 lantai ini menyimpan sisa benda dan bukti sejarah kebesaran dari masa lalu. Wisatawan bisa melihat kamar-kamar para penghuni istana di lantai dasar.
Semua kamar puteri, raja dan ratu ada di lantai ini. Menariknya, kamar-kamar di sini semua terbuka sehingga pengunjung bisa melihat detil kamar kerajaan. Mulai dari tempat tidur, meja rias hingga lemari tertata rapi di setiap ruangan. Di lantai ini juga terdapat singgasana mewah Sang Raja.
Lantai 2 dan 3 adalah tempat penyimpanan peninggalan dari kerajaan. Anda bisa melihat beragam keris, cincin-cincin hingga peralatan dapur yang digunakan pada masa kerajaan. Sedangkan lantai 4 yang mirip loteng adalah tempat untuk meditasi. Ruangan yang kecil dan minim penerangan ini akan membuat bulu kuduk meremang. Pemandu wisata setempat pun mengatakan bahwa lantai 4 ini adalah tempat berkumpulnya arwah raja-raja terdahulu.
Ada bangunan sejenis surau di halaman Istano Basa. Tak jauh dari surau, ada rangkiang, bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Sebagai istana, bangunan ini juga memiliki tabuah, sejenis bedug yang berfungsi untuk memanggil warga.
Eits, jangan dulu pulang setelah puas berkeliling istana karena masih ada Gunung Bungsu yang bisa dijelajah dengan trekking. Malah, Anda pun bisa camping di sini jika ingin menikmati suasana hijau pegunungan lebih lama.
Tidak ada tahun yang jelas kapan pemerintahan Pagaruyung mulai berjalan. Ditengok dari Dunia Melayu Sedunia/Melayu Online, Kamis (27/9/2012) pemerintahan Adityawarman berlangsung dari tahun 1347 hingga 1376. Jadi, Istana Pagaruyung kemungkinan dibangun setahun atau dua tahun sebelum pemerintahan. Di dalam istana itulah semua kegiatan pemerintahan berlangsung.
Namun, istana yang berada di Kecamatan Tanjung Emas, Batu Sangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar ini bukanlah istana yang asli. Istana yang asli sudah terbakar pada tahun 1804. Istana ini kembali dibangun pada tahun 1976 namun di tempat yang berbeda. Istana yang asli berada di Bukit Batu Patah, Batusangkar.
Istana replika ini dikenal dengan nama Istano Basa Pagaruyung. Dengan latar Gunung Bungsu nan hijau, istana ini berdiri megah. Bangunan yang terdiri dari 11 gonjong (ujung atap runcing), 72 tonggak dan 4 lantai ini menyimpan sisa benda dan bukti sejarah kebesaran dari masa lalu. Wisatawan bisa melihat kamar-kamar para penghuni istana di lantai dasar.
Semua kamar puteri, raja dan ratu ada di lantai ini. Menariknya, kamar-kamar di sini semua terbuka sehingga pengunjung bisa melihat detil kamar kerajaan. Mulai dari tempat tidur, meja rias hingga lemari tertata rapi di setiap ruangan. Di lantai ini juga terdapat singgasana mewah Sang Raja.
Lantai 2 dan 3 adalah tempat penyimpanan peninggalan dari kerajaan. Anda bisa melihat beragam keris, cincin-cincin hingga peralatan dapur yang digunakan pada masa kerajaan. Sedangkan lantai 4 yang mirip loteng adalah tempat untuk meditasi. Ruangan yang kecil dan minim penerangan ini akan membuat bulu kuduk meremang. Pemandu wisata setempat pun mengatakan bahwa lantai 4 ini adalah tempat berkumpulnya arwah raja-raja terdahulu.
Ada bangunan sejenis surau di halaman Istano Basa. Tak jauh dari surau, ada rangkiang, bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Sebagai istana, bangunan ini juga memiliki tabuah, sejenis bedug yang berfungsi untuk memanggil warga.
Eits, jangan dulu pulang setelah puas berkeliling istana karena masih ada Gunung Bungsu yang bisa dijelajah dengan trekking. Malah, Anda pun bisa camping di sini jika ingin menikmati suasana hijau pegunungan lebih lama.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar