Sepanjang Kamis (18/10) siang hingga sore, hujan lebat mengguyur Kota Padang. Beberapa titik digenangi air rata-rata setinggi lutut orang dewasa. Di jalan Hayam Wuruk, satu pohon tumbang. Tak ada korban jiwa. Namun, akibat genangan air, terjadi kemaceten luar biasa.
Titik genangan air terlihat di Jalan M Yunus, Kelurahan Anduring, Kuranji, Jati, Jalan S Parman, Jalan Gajah Mada Gunung Pangilun, Raden Saleh, kawasan Pondok, Khatib Sulaiman, dan beberapa kawasan lainnya.
Pantauan Haluan di lapangan, akibat genangan air puluhan kendaraan mogok mengakibatkan macet yang begitu parah. Sepanjang jalan S Parman-Veteran-Raden Saleh, kendaraan mengular bergerak lambat.
Titik terparah di kawasan Lolong ditambah lagi adanya perbaikan jalan sehingga menambah ruwetnya kemacetan.
Sementara, tarusan penumpang yang setiap menggunakan jasa angkotan kota (angkot)—terutama penumpang jurusan Pasar Raya-Labor-Tabing-Singgalang-Lubuak Buaya—berjalan kaki karena tak adanya angkot yang “menambang” membawa mereka ke tujuan masing-masing.
Terlihat anak-anak sekolah dengan pakaian basah kuyup bergerombolan menyisir trotoar. Tak terlihat aparat Pemerintah Kota Padang dari SKPD terkait bertindak. Demikian juga aparat polisi lalu lintas.
“Saya tinggal di Tabing. Sekolah di SMA 3. Angkot sejak sore tadi tak terlihat ke arah Tabing. Kami sudah satu jam menunggu. Kehujanan lagi,” kata Mena, yang diamini empat orang temannya yang menunggu angkot di depan Gramedia kepada Haluan, Kamis (18/10).
“Sepertinya Kota Padang ini tak diurus pemerintahnya. Tak terlihat satu pun aparat di lapangan mengatur kemacetan ini,” unpat salah seorang pengemudi kendaraan saat terjebak macet di Lolong.
“Saat ini, kami telah menurunkan tim yang menggunakan mobil, ke beberap titik yang kami anggap rawan. Daerah yang mendapatkan pantauan serius adalah kawasan Pondok, Air Pacah, Bukit Gado-Gado, Teluk Bayur, dan kawasan Purus. Di lokasi ini sengaja diprioritaskan karena sering terjadi banjir yang mengharuskan warga setempat untuk meninggalkan rumah,” ujar Dedi Henidal, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang.
Kabid Kedaruratan dan Kebencanaan BPBD Sumbar Ade Edwar mengatakan, hujan lebat kali ini tidak akan menimbulkan banjir bandang. Sebab hujan di hulu tidak selebat di hilir. Tetapi masyarakat yang bermukim di kaki bukit, harus waspada terjadinya longsor.
“Curah hujan yang tinggi itu hanya terjadi di bagian hilir, tidak terjadi di hulu sungai. Kita perkirakan banjir bandang tidak akan terjadi. Kepastian ini kita diperoleh setelah dilakukan pemantauan dengan alat Closed-circuit television (CCTV) di Batang Kuranji dan Batang Arau,” kata Ade Edwar.
Ade Edward.
Menurut Ade, hujan lebat yang menyebabkan banjir di Kota Padang dikarenakan drainase kota tidak mampu menampung debit air. Sehingga menimbulkan genangan pada sejumlah titik ruas jalan. Genangan air itu dengan sendirinya akan hilang seiring dengan berhentinya hujan.
Untuk memantau curah hujan yang mengguyur Kota Padang, pihaknya telah menurunkan tim ke sejumlah tempat untuk melakukan pemantauan.
Di saat hujan lebat itu, sekitar pukul 16.00, juga terjadi gempa dengan kekuatan 5, 5 SR dengan kedalaman 10 km, 521 km barat daya Kepulauan Mentawai. Gempa yang baru saja terjadi, tidak berpotensi tsunami. “Gempa yang terjadi tidak berpotensi tsunami, meski kedalamannya 10 km. Masyarakat tak perlu panik dengan kejadian gempa yang baru saja terjadi,” ucapnya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar