Featured Video

Jumat, 16 November 2012

Tinggal di Gubuk Berlantaikan Tanah-Padang

Tempat tinggal Leni bersama suaminya Syafrizal dan anak anaknya


Di Kota Padang, ibukota Provinsi Sumatra Barat, ternyata masih ada warganya yang tinggal di rumah yang beralaskan tanah. Seperti terdapat di RT.03/RW.01 Kandang Kabuo, Tampat Durian, Kelurahan Korong Gadang, Kecamatan Kuranji. Selain beralaskan tanah, rumah kecil atau bisa disebut gubuk itu berdinding susunan kayu sibiran yang telah melapuk pula dimakan usia. Tonggak rumah pun sudah berlubang dimakan rayap.


Kondisi rumah ini sungguh memprihatinkan dan sebenarnya tak layak di huni, namun Leni bersama suaminya Syafrizal dan empat anaknya, tetap tinggal di sana karena tak mempunyai tempat untuk berteduh lagi.
Bila malam hari, apalagi hujan, sangat sulit sekeluarga bisa tidur karena sangat dingin tidur di tanah tersebut hingga menusuk tulang. Namun, apa daya kondisi demikan tetap dijalaninya bertahun-tahun.
Leni, yang berusia 33 tahun tersebut bekerja sebagai ibu rumah tangga dan suaminya Syafrizal berusia 40, bekerja sehari-hari sebagai buruh tani yang tidak mempunyai pengasilan tetap. Kalau pun ada, dia mendapat pekerjaan, namun hanya bisa buat makan dan bertahan hidup sehari itu.
Istilah orang Minang bilang, dapek pagi habih patang (dapat pagi hari namun sore hari sudah habis).
“Suami saya bekerja sebagai buruh tani, yang kadang-kadang ada pekerjaan dan kerapkali tak ada. Jangankan ada uang untuk merehab rumah, untuk makan sehari-hari saja kami sangat kesulitan. Untung masih ada tetangga yang kasihan, kadang-kadang diberikan makanan,” ujar Leni.
Selain itu, untuk sekolah anaknya pun Leni tak punya uang sehinga ada satu orang anaknya berhenti sekolah lantaran tak punya uang untuk biaya sekolah. Familinya ada, namun kondisinya tak jauh berbeda dengannya.
Memang tak banyak yang bisa dilakukannya, kecuali menunggu pertolongan Tuhan melalui para donatur, dermawan dan Pemko Padang. Dia sangat berharap, rumahnya bisa masuk dalam salah satu nominasi program bedah rumah, sehingga anaknya tak kedinginan lagi tidur di lantai tanah yang beralaskan tikar plastik.
“Kami sangat berharap sekali ada bantuan para donatur atau dermawan, sehingga bisa meringankan beban hidup yang terlalu berat dipikul ini,” sembari menghela nafas panjang dan linangan air mata.
Leni juga mengatakan, tanah tempat berdiri rumahnya adalah tanah milik kaumnya dan juga telah teruntuk buat dia sekeluarga. Jadi bila ada donatur ingin membangunkan rumah yang layak huni untuk dia bersama anak-anaknya, tidak ada terkendala dengan tanah



.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar