Featured Video

Kamis, 08 November 2012

Untung Mereka Tak Keburu Menembak Saya.


foto









Tentara Pembebas Suriah menumpuk batu untuk tempat perlindungan di kawasan Bustan Al-Basha, Aleppo, Suriah, Ahad (28 Oktober 2012). Tentara Pembebas Suriah menguasai sebagian besar kawasan ini. TEMPO/Pramono

Aleppo–Lima Tentara Pembebas Suriah tak henti memandangi saya di kawasan Kota Tua Aleppo, Ahad pekan lalu. Dalam bahasa Arab, seorang di antaranya bertanya asal negara saya kepada Alaaeddin, penerjemah saya di Suriah. Pria asal Azaz, utara Suriah ini menyebutkan saya berasal dari Indonesia.

Tapi bukan "Indonesia" yang tersebut, melainkan "Indonusiya". Mungkin baru pertama kali mereka mendengar nama Indonesia. Seorang di antaranya mengulang lagi. "Indonusiya?"

Alaaeddin mengangguk. Kembali orang itu bertanya. Alaaeddin menyampaikan para tentara pemberontak bertanya apakah Indonesia sama atau dekat dengan Rusia.

Saya langsung menggeleng. "No Rusia. In-do-ne-si-a," kata saya mengulang. Saya meminta Alaaeddin menyampaikan bahwa Indonesia jauh sekali dari Rusia. Entah mengerti atau tidak, kembali mereka berujar, "Aaaa… Indonusiya…" Kali ini disertai senyum. "Welcome… welcome… Ahlan wa sahlan…" kata seorang pemberontak lain.

Menurut Alaaeddin, pemberontak tak mau wartawan Rusia meliput di kawasan yang dikuasai Tentara Pembebas Suriah. Rusia memang salah satu negara sekutu Presiden Bashar al-Assad, orang nomor satu di Suriah yang paling dibenci para pemberontak. Pun mereka tak menyukai wartawan Cina. "Siapa pun yang mendukung Bashar, kami lawan," kata Ahmad Keko, seorang pemberontak. Untung mereka tak keburu menembak saya.

PRAMONO

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar