Featured Video

Minggu, 10 Maret 2013

Alasan Densus 88 Eksekusi Teroris Tak Bersenjata

Alasan Densus 88 Eksekusi Teroris Tak Bersenjata  
Anggota tim Densus 88 membawa seorang terduga teroris. TEMPO/Suryo Wibowo


Datasemen Khusus 88 Antiteror Polri (Densus 88) sering dikritik karena kerap menembak mati tersangka teroris dalam sebuah operasi. Selama masih bisa dilumpuhkan, mengapa tidak menangkap hidup-hidup? Bukankah dengan menangkap hidup-hidup tersangka, banyak informasi berharga yang bisa didapatkan? Begitu kira-kira gugatan yang sering terdengar terhadap Densus 88.


Pengamat kepolisian dari Universitas Padjajaran, Muradi, mengatakan keputusan Densus 88 terhadap dinamika di lapangan saat operasi sudah diperhitungkan matang-matang. Ini termasuk apakah tersangka ditembak mati atau ditangkap hidup-hidup. 

Semua perhitungan itu sangat mengandalkan informasi intelijen. "Mereka akan memastikan dulu terduga adalah bagian dari pelaku teror. Kalau belum pasti mereka siap menghabiskan waktu yang lama sebelum memastikan seseorang sebagai target operasi," kata Muradi saat dihubungi Tempo, Rabu, 6 Maret 2013.

Ketika kepastian sudah didapat, Muradi menjelaskan, tahapan yang dilakukan Densus 88 adalah kegiatan undercover berupa penyamaran. Kegiatan ini pun bisa menghabiskan waktu hingga berbulan-bulan. Densus 88 juga kerap "menanam" orang dalam kelompok teroris. Dari sinilah bisa diketahui banyak informasi terkait dengan peran, jaringan, hingga seberapa berbahayanya tersangka teroris tersebut.

"Ketika operasi penyergapan dilakukan, pilihan Densus 88 hanya dua, menangkap tangan atau mengeksekusi," ujar Muradi. Eksekusi mati akan diambil jika dalam operasi tersebut tersangka teroris melakukan perlawanan senjata. "Tapi ada juga tersangka yang dieksekusi di tempat meskipun dia tidak melakukan perlawanan dan tidak bersenjata, persentasenya kecil, kira-kira 2-3 dari 100 kasus," kata penulis buku Densus 88 AT; Konflik, Teror, dan Politik ini.

Kok bisa begitu? Lagi-lagi informasi intelijen terkait dengan tersangka teroris menjadi dasarnya. Menurut Muradi, keputusan Densus 88 menembak mati, meskipun tersangka tidak bersenjata, bukan tanpa alasan. "Kalau itu tidak dilakukan, yang terancam bukan cuma anggota yang ada di lapangan, tapi juga keberhasilan operasi-operasi Densus 88 secara keseluruhan," kata dia.

s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar