Featured Video

Rabu, 20 Juli 2011

PADANG-BENGKULU DIBLOKIR WARGA


JELANG EKSEKUSI TANAH DI BUNGUS
Sehari menjelang eksekusi 50 hektar lahan di Bungus, warga memblokade jalan yang menyebabkan jalur Padang-Bengkulu terhalang. Antrean panjang pun terjadi di kedua arah.
PADANG, HALUAN — Bungus Padang kembali bergejolak. Lebih dari seribu warga Labuhantarok Kelurahan Bungus Barat Kecamatan Bungus Teluk Kabung Padang yang membawa bambu runcing mendesak mundur 600 personil kepolisian dan TNI yang bersenjata lengkap, Selasa (19/7). Tidak itu saja, warga juga memblokade jalan umum jalur Padang-Bengkulu. Kondisi ini menyebabkan kemacetan panjang hingga 18 kilometer dari arah Bengkulu.

Lautan manusia ini bergerumul di sepanjang jalan raya simpang Pelabuhan Bungus, semenjak pukul 17.30 WIB. Aksi masyarakat ini dipicu rencana Juru Sita dari Pengadilan Negeri (PN) Padang yang akan mengeksekusi lahan sekitar 50 hektare di kawasan mereka pada Rabu (20/7) hari ini. Mereka menolak pelak­sanaan eksekusi itu dan akan terus memblokir jalan hingga keinginan mereka dikabulkan.
Awalnya, warga hanya memblokir jalan dengan cara membakar ban bekas di dua titik dari arah Bengkulu dan Kota Padang, sehingga menim­bulkan kobaran api dan asap tebal. Situasi kian memanas, ketika personil keamanan dari unsur kepolisian dan TNI datang ke lokasi kejadian sekitar pukul 18.30 WIB.
Masyarakat menilai, petugas keamanan itu tidak perlu ke tempat mereka pada saat itu, karena proses eksekusi itu sendiri akan dilak­sanakan pada Rabu pagi. Namun petugas keamanan tetap bertahan untuk menjaga keamanan. Tapi ternyata langkah petugas itu mening­katkan emosi warga, sehingga warga mengusir paksa petugas.
Dalam serangan itu, puluhan ibu-ibu berada di barisan depan sambil menadahkan bambu runcing ke arah petugas, sementara bapak-bapak terus memberikan semangat di barisan belakang. Usaha warga ini berhasil mendesak petugas keamanan mundur hingga ke dalam gerbang Pelabuhan Bungus.
Tidak puas sampai di situ, warga juga mendesak petugas keamanan untuk balik kanan meninggalkan Bungus, dan mereka mengancam akan terus memblokade jalan hingga petugas hengkang. Namun hingga berita ini diturunkan, petugas tetap bertahan dan kemacetan kian parah.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Kapolresta Padang Kombes Polisi Moch Seno Putro turun tangan dan melakukan dialog dengan perwakilan warga. Dalam dialog itu, warga meminta proses eksekusi lahan itu ditunda, dengan alasan akan memasuki bulan puasa dan lebaran. Mereka juga meminta seluruh petugas keamanan ditarik dari Bungus. Namun hingga berita ini diturunkan, dialog ini belum mene­mui titik terang.
Sengketa lahan sekitar 100 hektare antara Suku Chaniago Jaruai Labu­han­tarok dengan Suku Cha­niago Su­magek di Labuhantarok telah ber­langsung lama. Perkara Perdata No­mor 30/1991 yang digelar di PN Pad­ang ini dimenangkan oleh Suku Cha­niago Sumangek. Namun ketika juru sita dari PN Padang akan melakukan eksekusi, warga terus menghalang-halangi, hingga batal berkali-kali.
Awalnya, lahan yang dieksekusi itu ditempati oleh 300 KK warga Labuhantarok. Namun belakang ini, kaum yang menang mengklaim bahwa yang akan dieksekusi itu adalah lahan kosong sekitar 50 hektare.
Terlantar dan Kelaparan
Aksi pemblokiran jalan tidak hanya menimbulkan antre kendaraan sepanjang 18 kilometer dari arah Bengkulu, tapi dari arah Kota Padang juga mengalami antre sepan­jang 10 kilometer. Bahkan sebagian pengen­dara dari arah Kota Padang yang terjebak macet memilih berputar arah.
Dari pantaun Haluan di lokasi kejadian, pengendara sepeda motor, para sopir dan penumpang, baik untuk kendaraan pribadi, travel, bus AKDP, angkot, truk dan yang lainnya, tampak gelisah dan mengeluhkan aksi warga yang membuat mereka terlantar.
Selama berjam-jam menunggu jalan steril, mereka hanya bisa berharap aksi itu cepat usai sehingga mereka bisa kembali melanjutkan perjalanan. Namun harapan mereka tampaknya tak berujung. Sambil menunggu jalan dibuka, sebagian sopir dan penumpang ikut menyak­sikan peristiwa tersebut. Namun tak sedikit di antara mereka yang tetap menjaga kendaraan masing-masing agar tidak menjadi sasaran amukan warga.
Sementara itu, sejumlah anak sekolah yang pulang sore dan warga Bungus yang terjebak macet lebih memilih berjalan kaki untuk sampai ke rumahnya. Mereka terpaksa berjalan jauh daripada menunggu jalan steril yang tak pasti waktunya.
“Saya baru pulang belanja di Pasaraya Padang dan mau pulang naik angkot. Tapi jalannya malah diblokir. Daripada menunggu lama, saya pulangnya jalan kaki saja. Lumayan sih jarak ke rumah saya ada sekitar dua kilometer. Tapi mesti gimana lagi,” ujar Wit (47), salah seorang penumpang angkot jurusan Pasaraya-Bungus.
Tak hanya itu saja, sebagian besar pengendara kendaraan dan penum­pang juga kelaparan. Pasalnya, mereka tidak menyangka akan mengalami kejadian ini dan tidak membawa makanan yang cukup. Sementara, rumah makan dan kedai di sekitar lokasi itu tidak ada yang buka, karena takut terjadi sesuatu. (h/wan/nas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar