Featured Video

Sabtu, 20 Agustus 2011

Mencari Lailatul Qadr


IRSYAD SYAFAR

LAILATUL qadr (malam qadr) adalah waktu, atau masa yang paling mulia dari semua waktu yang Allah ciptakan. Malam tersebut nilainya lebih mulia daripada 1.000 bulan (sekitar 83 tahun). Pada malam tersebut malaikat Jibril dan para malaikat lainnya turun ke dunia. Pada malam itu juga Allah SWT menetapkan segala ketentuan-Nya untuk tahun tersebut. Sebagaimana yang diisyaratkan firman Allah yang artinya: “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”. ( QS Ad Dukhan : 4 )
Rasulullah menyebutkan keutamaan ibadah pada malam qadr dalam sabdanya: “Barang siapa yang mendirikan Lailatul Qadr dengan penuh keimanan dan perhitungan maka diampuni segala dosanya yang berlalu” (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan kemuliannya yang begitu besar, pastilah setiap orang beriman tidak akan rela melewati bulan Ramadhan tanpa mendapatkan lailatul qadr. Segala bentuk usaha dan upaya akan dia lakukan untuk mencari dan mendapatkannya. Agar pencarian lailatul qadr maksimal, maka perlu diketahui beberapa hal:
Pertama, tentang waktu terjadinya lalilatul qadr. Para ulama menyatakan bahwa barang siapa yang menghidupkan malam-malamnya sepanjang tahun, tidak pernah bolong, dengan ibadah dan ketaatan, pastilah dia mendapatkan lailatul qadr. Sebab lailatul qadr itu pasti terjadi satu kali dalam setahun. Namun, dari seluruh malam di sepanjang tahun, malam manakah yang paling berpeluang menjadi lailatul qadr?
Lailatul qadr terjadi dipastikan pada bulan Ramadhan di setiap tahun Hijriyah. Hal itu berdasarkan firman Allah dalam QS Ad Dukhan : 3-4 dan QS Al Qadr : 1-5, dan berdasarkan sabda Rasulullah SAW, bahwa dalam bulan Ramadhan terdapat satu malam yang lebih baik dari 1.000 malam. Barang siapa yang tidak mendapatkan kebaikannya, maka dia telah kehilangan segala kebaikan (HR An Nasa’i).
Pertanyaan berikutnya, dari seluruh malam-malam Ramadhan yang 29 atau 30 itu, malam ke berapakah lailatul qadr? Kemungkinan besar terjadinya sepuluh malam terakhir. Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang artinya : Carilah Lailatul qadr pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. ( HR. Bukhari dan Muslim)
Dan dari sepuluh hari terakhir tersebut yang paling berpeluang adalah malam-malam ganjil, sebagaimana yang terdapat dalam sabdanya :« Carilah Lailatul qadr pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan » ( HR Bukhari)
Dari sepuluh yang terakhir itupun yang paling dekat kemungkinannya adalah pada tujuh malam-malam terakhir, berdasarkan hadits Ibnu Umar yang meriwayatkan bahwa beberapa orang sahabat Rasulullah bermimpi, lailatul qadr terjadi pada tujuh malam terakhir. Sehingga Rasulullah berkata : « Saya lihat mimpi-mimpi kalian telah sepakat dengan tujuh malam terkhir, maka barang siapa yang ingin mencarinya (lailatul qadr) hendaklah mencarinya di tujuh malam terakhir ». (HR Bukhari dan Muslim)
Adapun dari tujuh malam terakhir yang ganjil tersebut yang paling berpeluang terjadinya adalah malam ke 27. Hal ini berdasarkan hadits Ubay bin Kaab yang bercerita yang artinya : « Demi Allah, sesungguhnya saya sangat tahu kapan malam tersebut (lailatul qadr), yaitu malam yang kita diperintah oleh Rasulullah untuk melakukan qiyam, yaitu malam yang ke dua puluh tujuh ». (HR Muslim)
Namun demikian lailatul qadr tidaklah selalu di malam ke 27. Dia berpindah-pindah dari satu malam ke malam yang lainnya pada tahun-tahun berikutnya. Tahun ini bisa jadi pada malam ke 25, dan tahun berikutnya bisa jadi pada malam yang ke 23 atau 29, dan begitu seterusnya sesuai kehendak dan hikmah Allah SWT. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah yang artinya: « Carilah dia (lailatul qadr) pada 9 (malam) yang tersisa, 7 (malam) yang tersisa, 5 (malam) yang tersisa ». (HR Bukhari)
Dalam hadits lain ketika Rasulullah bersujud di atas tanah yang basah, lailatul qadr tersebut bertepatan dengan malam yang ke 21. (HR Muslim riwayat Abu Said Al Khudri). Dengan demikian dapat disimpulkan, lailatul qadr tidaklah tetap pada satu malam yang sama.
Kedua, mengenai tanda-tandanya juga harus mengambil imformasi hanya dari dalil-dalil yang shahih dari Rasulullah. Salah satu tanda yang disebutkan oleh Rasulullah adalah pada pagi harinya matahari terbit tanpa cahaya yang menyengat”. (HR Muslim)
Tanda yang lain adalah yang terjadi terhadap Rasulullah sendiri, yaitu malamnya cerah dan bersih kemudian di subuh harinya turun hujan sehingga Rasulullah sujud di atas tanah yang basah (HR. Bukhari)
Adapun tanda-tanda lain yang sering menjadi cerita-cerita kebanyakan orang, seperti air yang membeku, pohon-pohon yang sujud dan lain sebagainya, tidak bisa dipegang kalau tidak bersumber kepada dalil yang sahih.
Ketiga, tentang pencariannya. Secara aplikatif Rasululllah telah mengajarkan bagaimana proses pencarian tersebut. Rasululllah mengajak para sahabat untuk iktikaf (berdiam) dan berkemah di mesjid. Pada mulanya Rasululllah mencarinya di sepuluh malam pertama. Kemudian beliau pindah pada tahun berikutnya kesepuluh pertengahan. Dan terakhir beliau mencarinya di sepuluh malam terakhir. Bahkan di Ramadhan yang terakhir dalam hidupnya, beliau melakukan iktikaf di 20 malam terakhir.
Selama proses pencarian tersebut yang dilakukan adalah salat sunnat (qiyamullail), tilawah, zikir, istighfar dan bentuk-bentuk ibadah lainnya. Artinya, pencarian lailatul qadr dilakukan dengan memastikan setiap malam-malam Ramadhan diisi dengan ibadah. Bukan dengan mencari tanda-tandanya atau dengan ngobrol-ngobrol, bercanda dan sebagainya.
Mari kita mencari lailatul qadr dengan beribadah, semoga kita mendapatkannya pada Ramadhan tahun ini. Insya Allah. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar