Featured Video

Sabtu, 20 Agustus 2011

Bakrie untuk Negeri Bantu Dora Rp190 Juta-Padang


Guswandi/Akmal Ahmad

Dora Indriati Murni,25, “si abang tukang ojek” itu, masih belum sembuh juga. Keringat darah, acap keluar dari kulit kepalanya. Dora telah dapat bantuan Rp320 juta dan terakhir Jumat (19/8) bertambah lagi Rp190 juta dari juta dari Yayasan Bakrie untuk Negeri.
“Kondisi Dora pada umumnya belum banyak berubah. Darah masih sering keluar dari pori-pori kepalanya,” kata Manager Cabang Dompet Dhuafa Singgalang Padang, Musfi Yendra.
Setelah dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Dora rutin menjalani pengobatan di Padang, baik fisik maupun psikis. “Seminggu dua kali ke psikiater dan konsultasi ke dokter yang menangani penyakitnya di RSUP M Djamil,” kata Musfi di Jakarta, Jumat (19/8).
Sampai saat ini, Dora masih terus menjalani pengobatan, didampingi tim Dompet Dhuafa, Padang. Pendampingan dilakukan sejak awal proses pengobatan Dora di RSUP M. Djamil, Padang hingga di RSCM Jakarta, dan keluar dari RSCM. “Sampai sekarang, pemeriksaan rutin Dora selama di Padang menjelang pengobatan lanjutan di RSCM masih tetap kami dampingi,” ujar Musfi.

Bantuan
Dompet Dhuafa sejauh ini sudah menerima amanah publik untuk mengelola dana pengobatan Dora sejumlah Rp320 juta. Dana yang terkumpul itu digunakan untuk biaya pengobatan dan biaya lain yang dibutuhkan Dora, seperti kebutuhan pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
“Selain membantu proses kesembuhan Dora, kami juga telah membuatkan beberapa program untuk Dora, di antaranya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dia dan keluarganya, biaya pendidikan termasuk adik kandung dan adik tirinya, dan yang paling besar adalah biaya pengobatan,” kata Musfi.
Dalam rangka ini, Yayasan Bakrie Untuk Negeri memberikan bantuan senilai sekiar Rp190 juta untuk membantu kelanjutan pengobatan Dora, termasuk biaya pendidikan Dora dan ketiga adiknya. Bantuan diserahkan Direktur beserta Vice Chairman Bakrie untuk Negeri Anindya N. Bakrie dan Hisyam Sulaiman kepada Dora yang didampingi dosennya Yansalzisatry, Branch Manager Dompet Dhuafa Singgalang Musfi Yendra dan Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ismail A. Said di Kantor Dompet Dhuafa Gedung Nugra Santana, Jakarta.
Selain Anindya, acara ini juga dihadiri perwakilan keluarga Bakrie yang lain, Nia Ramadhani, dan Wakil Ketua Gerakan Bakrie Untuk Negeri H. Hisyam Sulaiman. “Bantuan ini merupakan realisasi dari amanah Bapak Aburizal Bakrie kepada kami saat menjenguk Dora di RSCM, 11 Juni 2011 lalu,” kata Anindya Bakrie.
Mengenai jumlah dan mekanisme bantuan, Anindya mengatakan, Yayasan Bakrie Untuk Negeri menyerahkan pengelolaannya kepada Dompet Dhuafa, yang selama ini telah mendampingi Dora.
“Kami memberikan bantuan sesuai rincian kebutuhan yang disampaikan tim pendamping Dompet Dhuafa, sehingga insya Allah benar-benar sesuai kebutuhan Dora saat ini,” kata Anindya, yang saat ini menjabat Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia itu.
“Kami mendoakan semoga Dora bisa segera diberi kesembuhan dari penyakitnya ini.”

Penyakit langka
Dora menderita penyakit langka, yaitu keluarnya darah terus menerus dari pori-pori kepalanya. Saat kondisinya menurun, darah bahkan mengucur dari telinga, mulut, dan hidungnya. Dora mengaku, dua tahun terakhir mengalami pendarahan saat kelelahan dan terlalu banyak berpikir tentang kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan.
Karena penyakitnya sangat serius dan membutuhkan penanganan khusus, Dora yang semula dirawat di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang dirujuk ke RSCM. Dora mulai dirawat di RSCM pada 8 Juni 2011.
Tim dokter yang merawat Dora telah melakukan diagnosa awal terhadap penyakitnya. Hasilnya, disimpulkan terjadi kelainan pada fungsi pembekuan darah. Penyakit yang baru ditemui ini juga bisa disebabkan pengaruh dari kandungan dan penyakit lupus. Dr. Shupri Effendy mengatakan kasus ini penuh kejanggalan dan penyakit yang diderita Dora saat ini menjadi headline di dunia kesehatan.

Segera kuliah
Dora menyatakan ingin segera kembali ke bangku kuliah. Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta ini bercita-cita menjadi jaksa.
“Inginnya cepat-cepat lebaran, bisa cepat kuliah dan bisa terus kerja. Enggak bisa Dora duduk-duduk terus kayak gini,” kata Dora.
“Kalau jadi jaksa jadi punya gaji dan kalau sakit ada jaminannya. Kalau begini (bukan PNS) kalau tak ada donatur tak bisa berobat,” ujar Dora lirih.
Selain karena penyakitnya yang langka, Dora mendapat perhatian luas dari publik karena kisah hidupnya yang luar biasa. Perempuan muda yang sudah piatu tersebut, diketahui pernah menjadi tukang ojek, kuli bangunan, satpam, dan cleaning service untuk membiayai hidup dan pendidikannya. Dora juga bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan dua adiknya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar