Featured Video

Sabtu, 20 Agustus 2011

RUMAH SAKIT BERTARAF INTERNASIONAL DI SUMBAR


Gubernur Sumatera Ba­rat Irwan Prayitno dalam sambutannya pada pem­bukaan seminar kepe­mim­pinan stratejik di Gedung Student Centre Fakultas Kedokteran Universitas Andalas beberapa bulan yang lalu mengatakan, bahwa ia pernah didatangi oleh beberapa dokter se­nior asal Ranah Minang yang mengabdi di Jakarta. Dalam diskusi, para dokter itu beren­cana membangun sebuah rumah sakit bertaraf internasional di ranah ini.
Ide itu sangat menarik untuk dibicarakan apalagi Sumatera Barat merupakan gudang atau pabriknya para dokter, bahkan Fakultas Kedokteran Unand merupakan Fakultas Kedok­teran yang tertua di Sumatera dan nomor 5 di Indonesia, yang telah menghasilkan ribuan dokter. Begitu juga Sumatera Barat terkenal dengan gudangnya pendidikan keperawatan, kebidanan dan tenaga teknik kesehatan lainnya.
Lalu pertanyaannya adalah apakah sebe­narnya rumah sakit bertaraf internasioanl itu? Mungkin­kah Sumatera Barat memiliki rumah sakit berkelas dunia?

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profe­sional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Selama abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak fungsi di luar rumah sakit yang kita kenal di zaman sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin atau persinggahan musafir. Istilah hospital (rumah sakit) sendiri berasal dari kata Latin, hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar kata hotel dan hospitality (keramahan).
Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan diagno­sa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien.
Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama ditu­jukan untuk melayani anggota militer beserta keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi memer­lukan pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok agama
Sampai saat ini jumlah rumah sakit di Indonesia sudah ribuan, baik rumah sakit yang dibangun oleh pemerintah maupun yang dibangun oleh swasta, tentu tak terkecuali di Sumatera Barat. Jumlah rumah sakit sudah banyak, tiap kabupaten memiliki sebuah RSUD, tetapi sayangnya belum ada yang bertaraf internasional.
Rumah sakit seyogyanya mem­pertim­­bangkan bahwa customer care dan patient safety merupakan bagian dari sistem pelayanan yang terin­tegrasi dengan pasien, seperti pelayanan yang cepat, tanggap, dan keramahan dari petugas rumah sakit, sehingga rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelaya­nan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit.
Kepuasan muncul dari kesan pertama pasien saat mendapatkan pelayanan rumah sakit dan penca­paian yang besar dapat terletak pada tindakan-tindakan kecil yang konsis­ten dilakukan rumah sakit.
Meraih standar internasional perlu dilakukan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pelayanan, SDM, sarana prasarana, administrasi dan komunikasi yang mengarah penca­paian akreditasi international. Perbai­kan-perbaikan itu dikelom­pokkan dalam Standar Pelayanan Berfokus Pada Pasien, Standar Manajemen Rumah Sakit, Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan Sasaran Milenium Development Goals
Sebuah rumah sakit yang dina­makan bertaraf internasioanl dinilai oleh lembaga/badan yang dapat melakukan akreditasi rumah sakit bertaraf internasional yaitu Interna­sional Society for Quality in Health Care (ISQua), yang berkedudukan di Amerika Serikat.  Di antara lembaga yang memperoleh akreditasi ISQua adalah Joint Commission International (JCI). Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan berupaya agar Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) terakreditasi pula oleh ISQua.
Kementerian Kesehatan melalui target rencana strategis memfokuskan rumah sakit harus terakreditasi secara internasional minimal di 5 kota pada akhir 2014. Saat ini tujuh rumah sakit berkomitmen dan dijadikan model untuk akreditasi internasional, yaitu, RSCM, RSUP Fatmawati, RSUP Adam Malik, RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, RSPAD Gatot Subroto. Di lain pihak, ada pula 4 rumah sakit swasta yang telah berhasil men­dapatkan pengakuan JCI, atau sudah berstandar interna­sional, antara lain, RS Siloam Karawaci, RS Bintaro Tangerang, RS Sentosa Bandung, RS Eka Bandung.
Berikut ini penulis ambil sebuah contoh bagaimana gambaran pemba­ngunan sebuah rumah sakit bertaraf internasional yang dibangun di daerah oleh Grup Siloam, rumah sakit yang bernama Siloam Hospitals Tanjung Bunga, Makassar ini dibangun dengan investasi Rp234 miliar. RS ini  dibangun dalam dua tahap dan berlantai delapan.  Luas tanah 10.000 meter persegi dan luas bangunan 12.000 meter persegi. Ru­mah sakit ini akan mempekerjakan 750 dokter spesialis dan staf klinis, memiliki 350 tempat tidur, 56 out patient suites, dan enam kamar operasi. Mempunyai peralatan yang super canggih dan lengkap. Keung­gulan kamar operasi rumah sakit ini, keluarga pasien dapat menyak­sikan langsung proses operasi. Akan ada pula dokter spesialis kardiologi, neurologi, onkologi, dan ortopedik.
Bila kita analisis bagaimana potensi atau peluang berdirinya rumah sakit bertaraf internasional di Sumatera Barat. Paling sedikitnya ada 4 hal yang mesti kita telusuri.Pertama kekuatan (strength). Artinya kekuatan yang ada di ranah ini adalah Sumbar  menjadi pusat/sentra tempat melahirkan para dokter baik umum maupun spesialis, begitu juga terdapat puluhan pusat pendidikan keperawatan, kebidanan dan tenaga teknis lainnya serta juga ada pusat pendidikan magister administrasi rumah sakit. Kekuatan lainnya potensi alam yang sangat indah. Ini maksudnya rumah sakit internasional itu mampu memadukan hospitaly dan wisata. Kedua kelemahan (weak­ness), sumbar minim investor di bidang kesehatan. Ketiga peluang (opportunity), peluang Sumatera Barat memiliki RS bertaraf interna­sional sangat besar disinyalir saingan yang setipe belum ada.
Kemudian jumlah orang Indone­sia berobat keluar negeri lebih dari 600.000 pertahun dan orang sumatera barat sendiri yang berobat keluar negeri sangat banyak.Keempat ancaman (threats), banyak rumah sakit swasta atau negeri yang sudah terlebih dahulu berdiri,kemudian ancaman yang lain adalah kemu­rahan berobat ke luar negeri.
Jadi apabila kita sandingkan kekuatan dan peluang dengan kele­mahan dan ancaman maka dapat kita tarik kesimpulan Sumatera Barat sangat berpeluang mendirikan rumah sakit bertaraf internasional. Semoga niat para seniorita kita yang di Jakarta cepat kesampaian, dan masyarakat Minang ini menjadi sangat beruntung karena tak perlu lagi berobat keluar negeri. Selamat berpuasa. n

JONDRI AKMAL
(Mahasiswa Magister Administrasi Rumah Sakit Unand Padang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar