Featured Video

Senin, 26 September 2011

The Best Achievement Award untuk Pariwisata Sawahlunto


SAWAHLUNTO, HALUAN — Kerja keras membangun sektor pari­wisata yang dilakukan Peme­rintahan Kota Sawahlunto ‘digan­jari’ The Best Achievement Award. Penghargaan sebagai daerah pe­­ngem­­bang pari­wisata terbaik itu, dibe­rikan langsung Menteri Bu­daya dan Pariwisata Jero Wacik kepada Walikota Sawahlunto, Amran Nur, di Mangga Dua Square, Sabtu (24/9) malam.

Malam penganugerahan yang beriringan dengan malam pemilihan Putri Pariwisata Indonesia 2011 itu, memberikan nuansa yang berbeda bagi Amran Nur yang hadir bersama Wakil Ketua DPRD Sawahlunto, Emeldi dan Kepala Dinas Pariwisata Sawahlunto, Gusrial.
Selain Sawahlunto, untuk kategori pemerintah kota, Jero Wacik juga menyerahkan The Most Improved Award untuk Kota Yogyakarta, dan The Best Performance Award bagi Kota Denpasar.
Selain Sawahlunto, Denpasar dan Yogyakarta, sebelumnya juga masuk dalam nominasi, Kota Sabang, Padang, dan Malang dari kotegori pemerintahan kota, pada ajang penghargaan yang diselenggarakan Travel Club Tourism Award (TCTA) dan didukung Kementerian Budaya dan Pariwisata Indonesia.
Jero Wacik mengatakan TCTA adalah penghargaan untuk pemerin­tah daerah, dari tingkat provinsi, kota dan kabupaten yang dinilai berprestasi dalam pembangunan, pengembangan dan pembinaan sektor pariwisata di daerahnya masing-masing.
“Penghargaan ini bertujuan agar mendorong pemerintah daerah akan pentingnya pembangunan di bidang pariwisata, dan memotivasi pemerin­tah daerah agar lebih berperan sebagai fasilitator masyarakat  dan membina masyarakat dalam rangka memba­ngun bidang pariwisata,” ujarnya.
Sementara itu, Walikota Sawah­lunto kepada Haluan, mengatakan penghargaan itu buah dari kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas yang dilakukan semua pihak di Sawah­lunto. Tidak hanya pemerintahan, tetapi juga dukungan dari masyarakat dalam mensukseskan program-program pariwisata yang dilakukan pemerintah.
Pengembangan sektor pariwisata di ‘Kota Arang’ memang diupayakan dari segala bidang. Pembangunan yang dilakukan, seolah mengarah ke satu arah, yaitu pariwisata. Sebut saja, pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur jalan, yang mengarah untuk mendukung pariwisata.
Sawahlunto awalnya tidak memi­liki potensi untuk pariwisata. Awal tahun 2000-an, Sawahlunto malah tidak mampu menjadi motivator bagi warganya untuk tetap menetap di Sawahlunto.
Sawahlunto yang semula hidup dari potensi kandungan batubara, waktu itu tidak lagi menjanjikan. Tambang batu bara tidak bisa lagi dilakukan dengan sistem terbuka. Sementara, untuk melakukan tam­bang dalam, menuntut teknologi canggih dan investasi besar. Akibat­nya, sebagian penduduknya mulai berpindah ke daerah lain.
Namun, kondisi mulai terasa berubah. Ketika setapak demi setapak, perwujudan visi dan misi Sawahlunto untuk menjadi daerah tujuan wisata tambang berbudaya, mulai digerakan di bawah pimpinan Walikota Sawah­lunto, Amran Nur.
Sebagai langkah awal, kala itu Amran Nur membangun objek wisata water boom. Meski di awal mendapatkan begitu banyak tanta­ngan, water boom ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari wisatawan, khususnya wisatawan lokal. Bahkan, gebrakan awal itu ditiru berbagai daerah dengan membangun objek wisata yang sama.
Setelah waterboom, kawasan bekas tambang menjadi target Amran Nur berikutnya. Didukung legislatif sebagai pembahas anggaran, satu persatu kawasan bekas tambang berubah menjadi objek wisata. Sebut saja, kawasan Kandih Resort, Danau Tandikek, Taman Satwa, lapangan pacuan kuda, areal road race, dan motocross.
Tidak hanya bekas tambang, potensi gedung peninggalan Belanda dan pemukiman kota lama juga ditata kembali, tanpa mengurangi nilai sejarahnya. Lapangan segitiga yang dulu tidak ada apa-apanya, kini sudah menjadi tujuan warga setiap sorenya untuk bersantai.
Delapan tahun Amran Nur me­mim­pin Sawahlunto, juga mem­berikan dampak positif di sisi pendapatan masyarakat. Angka kemiskinan berkurang dengan signifikan. Dalam jangka waktu delapan tahun itu, kemiskinan yang semula mencapai 16 persen, kini turun jauh ke posisi 2,4 persen, atau kedua terkecil setelah Kota Denpasar dengan angka kemiskinan 2,2 persen.
Usai menerima penghargaan, Amran juga mengatakan, ini bukan­lah akhir dari segalanya. Masih begitu panjang langkah yang harus diayun­kan untuk mewujudkan Sawahlunto sebagai tujuan pariwisata utama di Sumatera Barat khususnya, dan Indonesia umumnya. (h/dil)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar