Featured Video

Jumat, 14 Oktober 2011

Gempa di Bali, Patung pun Menangis


Pulau Dewata diguncang gempa. Warga di sana panik bukan kepalang. Terbayang pula tsunami oleh warga. Patung juga menangis karena bencana. 
Gempa 6,8 SR mengguncang pulau itu Kamis (13/10). Bagi mereka, gempa kuat selama ini, hanyalah cerita di televisi. Kali ini datang di tempat mereka berdiri.
Wisatawan juga panik. Mereka tengah menikmati pantai, ancaman tsunami membuat mereka lari tunggang-langgang. BMKG setempat meminta warga jangan panik, karena gempa tak berpotensi tsunami.
Namun, juga ada warga tak banyak yang panik. Warga berduyun-duyun mendatangi patung Saraswati di halaman SMP Negeri 1 Susut, Kabupaten Bangli, beberapa saat setelah gempa.
Bahkan, patung setinggi tiga meter yang menjadi simbol dewa pendidikan bagi masyarakat Bali itu hingga tadi malam masih ramai dikunjungi warga.
Warga melihat adanya keanehan pada patung yang bagian matanya terus mengeluarkan air.
“Setelah kami cek, memang benar ada air yang keluar dari mata patung itu,” kata seorang warga, Sukarsana.
Ia meyakini, air yang keluar dari bagian mata patung Saraswati itu sebagai perlambang duka atas bencana alam berupa gempa bumi yang mengguncang Bali.
Menurut dia, patung tersebut dibangun pada 2006. Selama ini, para murid dan guru SMP Negeri 1 Susut merawat patung tersebut secara berkala.
“Kalau catnya sudah memudar, kami perbarui. Bahkan, saat mengalami kerusakan ringan akibat gempa, langsung kami perbaiki,” katanya.
Dia melihat patung tersebut sebagai salah satu penyemangat belajar anak didiknya di SMP Negeri 1 Susut.
Dewa, siswa kelas I terkejut saat melihat air yang keluar dari kelopak mata patung di depan ruang kelasnya itu.
“Patung itu seperti orang menangis. Kami dan teman-teman merasa kaget,” katanya menuturkan.
Hingga sore kamarin, BMKG Wilayah III Denpasar mencatat gempa susulan 10 kali.
Kepala BMKG Denpasar Wayan Suwardana menyatakan hal itu kepada wartawan. “Akan tetapi, guncangannya sangat terasa pada gempa susulan ke-10,” katanya yang dikutip antara.
“Sama seperti gempa utama, gempa susulan itu tidak berpotensi menimbulkan gelombang tsunami,” ujarnya.
Suwardana menambahkan, saat ini pihaknya terus memantau perkembangan dan kondisi terakhir kegempaan.
Terkait kondisi air laut di wilayah selatan Pulau Bali yang meninggi, menurut dia, bukan disebabkan terjadinya gempa yang membuat panik masyarakat setempat.
“Penyebab tingginya air laut di wilayah tersebut kemungkinan karena faktor angin yang kencang serta cuaca,” kata Suwardana.
Sementara, gempa susulan ke-11 sempat dirasakan para penumpang di ruang tunggu terminal keberangkatan domestik Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Tuban, Kabupaten Badung.
Penumpang di terminal ruang tunggu sempat heboh, namun mereka tidak panik sehingga tidak sampai mengacaukan sistem pemeriksaan terhadap penumpang di bandara tersebut. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar