Featured Video

Rabu, 21 Desember 2011

Bukittinggi-Pasaman Sudah Bisa Dilewati-SITINJAU LAUIK KEMBALI DITUTUP


SITINJAU LAUIK KEMBALI DITUTUP
PALUPUH,Sehari setelah longsor di 15 titik dalam Kenagarian Nan Tujuh, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, jalan raya lintas Sumatera, Bukittinggi-Pasaman sudah bisa dilewati kendaraan pribadi mulai pukul 20.15 WIB tadi malam.
“Kendaraan pribadi sudah bisa lewat dengan sistem tutup buka,” kata Kasat Lantas Polres Bukittinggi AKP Prastya kepada Haluan tadi malam. Sebelum­nya, kendaraan dari Medan-Pasaman menuju Bukittinggi-Padang terpaksa memutar lewat ke Lubuk Basung.

Begitu pula sebaliknya, kendaraan yang terjebak dari Bukittinggi menuju Pasaman-Medan juga harus memutar lewat Lubuk Basung. Jalan yang tertimbun material longsor di Jorong Kuran-Kuran dan Sariak Laweh serta terus dibersihkan dengan tiga alat berat eskavator sejak Senin malam.
“Hampir semua ruas jalan dalam kenagarian itu, sedikitnya 15 titik ditimbun longsor. Jadi mungkin tengah malam Selasa kendaraan sudah bisa melintas, kalau cuaca tidak hujan,” kata camat Palupuh, M Arsyid kepada Haluan sore kemarin.
Hujan yang terus menerus meng­gu­yur lokasi tersebut menyebabkan upaya pembersihan material berjalan lamban. Pekerja tidak berani ambil resiko karena perbukitan di sekitar­nya sangat labil dan longsor susulan dapat saja terjadi sewaktu-waktu.
Daerah yang terkena longsor di Kenagarian Nan Tujuh berlokasi di Jorong Paninggiran Ateh, Paninggiran Bawah menimpa tiga unit rumah semi permanen milik Raflis, Syafrial­di dan Yomerdi. Kerugian ditaksir ratusan juta rupiah.
Selain itu, titik longsor terjadi di Jorong Kuran-Kuran, Titian Banio dan Sariak Laweh. Di Sariak Laweh satu unit mobil Kijang terkubur material longsor serta dua buah truk bermuatan berat terkubur longsor sebagiannya.
Menurut Kepala Badan Penang­gulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam Martias Wanto, sopir dan penumpang mobil Kijang maupun tiga rumah yang tertimbun, penghu­ninya selamat.
“Tidak ada korban jiwa di rumah yang tertimbun maupun mobil yang tertimbun,” katanya.
Sejak Senin malam saat kejadian longsor itu, 30 KK terpaksa diung­sikan ke Masjid Jamik Paninggiran Bawah. Bantuan selimut, makanan berupa mie instan dan sarden telah diberikan pada pengungsi.
Bupati Agam Indra Catri yang langsung berada di lokasi malam kejadian itu, langsung mengin­truksikan untuk menutup jalan kedua arah, karena  dikhawatirkan akan terjadi longsor susulan.
Selain itu warga yang bermukim di bawah tebing diminta untuk mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman, untuk menghindari longsor susulan.
“Kita harus tetap waspada, karena curah hujan masih sangat tinggi. Sebaiknya warga yang bermukim di bawah tebing untuk pindah semen­tara ke rumah famili terdekat yang lebih aman dan para pengendara sementara waktu berputarlah melin­t­as ke Lubuk Sikaping atau Pekan Baru, Karena alat  berat masih bekerja,” kata Indra Catri.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jalan dan Jembatan Wilayah Lubuk Sikaping dan sekitarnya, Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Sumbar, Ir.Rina Kuma­la Sari dan PPK Jalan dan Jembatan untuk Wilayah Padang dan sekitar­nya, Noor Arias Syamsu yang dihubungi Haluan Selasa (20/12) secara terpisah menjelaskan, para pekerja saat ini tengah bekerja untuk menyingkirkan material longsor. Tetapi kondisi cuaca yang selalu hujan di wilayah itu, menyebabkan pekerjaan sering terhenti. Perbukitan di sepanjang ruas jalan Palupuh ini diperkirakan sangat labil dan dikha­watirkan terjadi longsor susulan.
“Kita minta masyarakat dapat bersabar karena proses pembersihan material tengah kita upayakan. Kita juga tidak bisa memaksa pekerja terus bekerja di saat hujan karena kita khawatir longsor susulan. Bukit di sekitar Papuluh sangat labil,” terang Rina.
Titik longsor juga terus bertam­bah. Saat ini jumlahnya mencapai 15 titik longsor dan 6 titik dianta­ranya dengan material longsor cukup banyak menutupi badan jalan. Karena itu pihaknya tidak dapat memastikan kapan proses pember­sihan material longsor itu selesai.
Sitinjau Lauik Tutup
Sementara itu, ruas jalan Sitinjau Lauik yang sempat dibuka pekan lalu, kembali akan ditutup hari ini Rabu (21/12) karena pekerjaan pengelu­pasan aspal dan lantai beton jembatan Pasa Usang telah selesai dilakukan. Arus lalu lintas Padang-Solok dan sebaliknya kembali difokuskan melewati Padang-Padang Panjang.
Kendaraan berat dari Solok ke Padang  dan sebaliknya kembali harus melewati kawasan Lembah Anai. Terhitung hari ini Rabu (21/12), ruas jalan Sitinjau Lauik ditutup lagi. Para pekerja kembali melanjut­kan pekerjaannya hingga kontrak kerjanya selesai.
Menurut PPK Jalan dan Jemba­tan Wilayah Padang dan sekitarnya, Noor Arias Syamsu, pembukaan Sitinjau Lauik hanya untuk sementara guna mengalihkan arus lalu lintas selama jembatan Pasa Usang dalam perbaikan.
Jembatan yang dibangun tahun 1976 itu, dikelupaskan aspal dan lapisan lantai betonnya seberat 200 ton untuk mengurangi beban. Sebab jembatan itu tidak mampu menang­gung beban terlalu berat. Selain karena teknologi yang digunakan tak secanggih saat ini juga disebabkan jembatan itu dirancang untuk kendaraan dengan gandar 10 ton.
Setiap kendaraan berat yang melintas di jembatan Pasa Usang harus sesuai dengan tonase. Ken­daraan hendaknya masuk satu persatu dan dengan kecepatan lambat. Untuk mengaturnya pada oprit jembatan telah dibuat polisi tidur.
Sedangkan ruas jalan Sicincin-Malalak sampai saat ini masih aman. Meski demikian, alat berat dan petugas selalu disiagakan di lokasi ini. Para pengguna jalan sebaiknya tidak melewati ruas jalan ini di saat musim hujan.
Lima SKPD
Ketua Komisi III DPRD Sumbar, M. Nurnas meminta Pemda untuk melihat bencana yang terjadi dari segi keilmuan. Menangani dan mengantisipasi daerah yang berada pada titik-titik rawan bencana di Sumbar harus dilakukan dengan koordinasi minimal lima SKPD.
“Harus ada koordinasi minimal lima SKPD yaitu Prasjal Takim, PSDA, Kehutanan, ESDM dan BPBD. Salah satunya dengan mem­buat pemetaan titik rawan bencana di Sumbar, membuat rambu-rambu kehati-hatian dan kajian kelimuan setiap bencana,” ujar M. Nurnas kepada Haluan, kemarin (20/12).
Kami telah meminta kepada Pemda untuk menyediakan tiga unit lagi alat berat untuk diletakkan di titik rawan bencana, termasuk untuk di daerah yang rawan longsor.  Namun penyediaan alat berat ini tak akan efektif tanpa dukungan master plan dalam APBD 2012 terkait daerah yang rawan bencana. “Harus ada alokasi khusus, tidak hanya untuk daerah yang rawan gempa dan tsunami, namun juga daerah yang rawan longsor,” katanya.
Daerah Sumbar, lanjut Nurnas, merupakan daerah dengan tanah yang cenderung longgar dan berpori. “Jadi harus ada pemetaan yang jelas terhadap daerah yang rawan longsor jika curah hujan tertentu. Selain itu setiap kajian kemiringan tebing yang dilakukan untuk pelebaran badan jalan juga harus diawasi secara maksimal,” jelasnya .
Antispasi terhadap bencana yang terjadi, ditambahkan Nurnas akan berdampak terhadap masuknya investor di Sumbar.
“Pemda harus bisa melihat secara keilmuan terkait bencana ini, untuk menyiapkan antisipasinya. Hal ini penting untuk bisa tetap menarik investor ke daerah ini. Investor sama sekali tidak takut dengan bancana, namun mereka butuh sistem yang bisa menjadi antisipasinya,” katanya.
Untuk pelebaran jalan yang mengharuskan memotong bukit , harus ada kajian kemiringan bukit diikuti dengan penanaman kembali tanaman pencegah turunnya air dalam jumlah besar.
“Dari dulu Palupuah memang menjadi salah satu titik rawan bencana. Untuk itu harus ada kajiannya.  Kemungkinan ada pemba­la­kan liar di hutan di atas tebing jalan,” pungkasnya.
Terkait hal ini, Nurnas juga mengatakan, perlu dipikirkan secara komprehensif dalam RPJMD untuk membuat jalan alternative dari setiap jalan yang ada di Sumbar.
Sementara itu wakil Gubernur Sumbar, Muslim Kasim meminta warga tetap waspada menjelang bulan Februari mengingat curah hujan yang masih akan terus tinggi.
“Untuk Palupuah kita siapkan tim gerak cepat berikut perala­tannya,”katanya. (h/vie/jon/dla) HALUAN 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar