Featured Video

Rabu, 21 Desember 2011

HARI IBU, TERIMAKASIH KITA PADA PARA IBUNDA-Ma'afkan Aku Bunda


Bundo menangis (photo goole)

Maka berbahagialah kaum perempuan hari ini. Tak ada peringatan hari Bapak, tetapi yang ada hanya peringatan Hari Ibu di Indonesia. Di dunia juga dikenal ada Mother Day. Kurang lebih keduanya sama-sama memaknai peranan ibu.
Besok tanggal 22 Desember di Indonesia kita peringati sebagai Hari Ibu. Tapi meskipun dengan nama yang sama, Mother Day di dunia Barat berbeda dengan yang diperingati di Indonesia. Di sana semata karena ibu, tetapi di Indonesia juga dikaitkan dengan perjuangan kaum perempuan, kaum ibu.

Peringatan Mother Day di Barat lebih sekedar kepada penghormatan dan memanjakan para ibu dan istri. Bahwa pada momentum Mother Day, perempuan bisa tidak ke dapur dan sebabaginya.
Di negeri ini Hari Ibu dimulai dengan momentum kongres pertama organisasi-organisasi wanita di Yogyakarta pada tanggal 22 Desember 1928.
Kongres Wanita Indonesia itu menghimpun berbagai tokoh perempuan pergerakan nasional yang sudah lantang bersuara sejak permulaan abad ke 20. Sebelum itu pejuang-pejuang perempuan sudah lama disebut dan dibanggakan oleh para perempuan Indonesia seperti nama-nama Kartini, Dewi Sartika, Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Meutia Walanda Maramis, Rasuna Said, Rahmah El Yunusiah, Rohana Koeddoes, Sitti Manggopoh dan sebagainya.
Sangat terang benderanglah bahwa kongres tersebut ditujukan agar kaum perempuan maupun organisasi-organisasinya ikut berperan serta dalam pergerakan memperjuangkan kemerdekaan disamping tentu saja memperjuangkan harkat dan martabat kaum perempuan yang waktu itu masih termarjinalisasi.
Hasil perjuangan itu kemudian membuahkan hasil bahwa perempuan Indonesia memang diberi tempat yang sepantasnya dalam semua gerak pengisian pembangunan pasca kemerdekaan.
Dalam kabinet menteri sudah sering wanita menduduki posisi menteri, bahkan menjadi presiden RI ke-5, yaitu Megawati Soekarnoputri. Peran wanita dalam pemerintahan pusat maupun daerah juga tidak dapat dipungkiri. Bahwa akhirnya kaum perempuan Indionesia dapat membuktikan mampu ikut berpartisipasi dalam dominasi dunia pria.
Sejumlah prestasi perempuan di bidang sosial, politik, teknologi, ekonomi, birokrasi, diplomasi, ilmu pengetahuan maupun olah raga dapat kita lihat dan rasakan hasilnya.
Kembali kepada Hari Ibu. Bahwa sesungguhnya tidak sekedar besarnya peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang perlu menjadi perhatian. Tetapi juga bagaimana besarnya peranan langsung seorang ibu dalam rumah tangga yang sangat berpengaruh besar terhadap bangsa dan negara ini.
Mantan Menteri PPW, Meuthia Hatta pernah menye­butkan bahwa peranan ibu dalam berbangsa dan bernegara salah satunya adalah menentukan atau ikut menentukan karakter dan pekerti bangsa. Dalam kaitan ini, karakter yang harus dimiliki bangsa Indonesia adalah kesadaran untuk menjaga diri dari bahaya. Kita bisa saja hidup yang teledor mendorong kita kena bahaya, kena resiko kecelakaan, dan itu harusnya bisa dihindari. Tapi dengan hidup teratur, baik dan tertib, kecelakaan itu bisa dihindari. Dan di sinilah peran ibu sebagai penanam nilai-nilai yang menumbuhkan sikap baik sebagai salah satu bentuk atau salah satu bagian dari karakter bangsa peranan ibu itu sangat besar.
Upaya mencerdaskan bangsa juga merupakan hal yang suka atau tidak suka kunci pokoknya ada pada para ibu. Bahwa bangsa yang cerdas itu dimulai dari kecukupan asupan gizi sudah harus dimulai dari peranan ibu mem­berikan ASI kepada bayi-bayinya. Bayi-bayi itulah kelak yang akan menjadi anak-anak Indonesia masa depan.
Sekarang tantangan semakin besar, harga- hargamakin mahal, tetapi ASI itu murah. Jadi pemberian ASI itu seharusnya tidak  jadi halangan. Dan ini sebetulnya tri in one. Jadi bapak, ibu dan anak. Artinya, menyusui itu proses suami ikut mendukung tri in one ini. Jadi kalau istrinya didorong untuk menyusui, rasanya air susu juga tambah besar. Jadi suami harus memperhatikan istrinya. Suami harus memberikan support.
Kalau semua anak Indonesia itu mendapat ASI esklusif, maka kaum perempuan telah makin membuktikan bahwa dia berperan sangat besar dalam melahirkan generas-generasi penerus yang mumpuni dari sisi kesehatan dak kecerdasan. Dan ini harus terus diupayakan dan didorong, karena sekarang masih rendah, sekitar 40 persenan menyusui sampai enam bulan itu masih susah. Tapi kalau pola pikir ini ditularkan akan lebih baik, karena dengan ASI itu anak jarang sakit, dan fisik serta mentalnya sehat.
Program ASI esklusif yang saat ini sudah jadi bagian program nasional hendaknya disosialisasikan dan digiatkan organisasi perempuan yang mengurus perempuan apalagi soal kesehatan ibu, bayi dan anak, seperti Tim Penggerak PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga). Organisasi seperti ini lainnya juga perlu menanamkan.***
Haluan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar