Featured Video

Sabtu, 24 Maret 2012

RENDANG LAKU KERAS DI JERMAN


PADANG, Kebanggaan terus menyelimuti relung hati masya­rakat Ranah Minang. Masakan khas Ranah Minang, rendang kini selalu diburu dan dicari, termasuk oleh masyarakat mancanegara. Tak menghe­rankan, ketika tampil pada Festival Kuliner Indonesia digelar di Berlin beberapa hari lalu, randang yang disajikan sebagai salah satu menu makan malam di Grand Westin Hotel Berlin, Jerman, habis tak bersisa.

Begitu pula saat rendang ditamp­ilkan beberapa jenis masakan khas Minang lainnya pada pameran kuliner PT Garuda Indonesia di International Tourism Bourse (ITB), Berlin, rendang yang dikemas dalam paket kecil-kecil itu diserbu pengunjung.
“Sedikitnya 50 kg daging rendang yang dimasak oleh juru masak yang sengaja dibawa dari Padang, habis dinikmati peserta pada kedua iven tersebut yang digelar selama sepekan, sejak Jumat (9/3) dan selesai Jumat (16/3),” Ketua Tim Penggerak PKK Sumbar, Nevi Irwan Prayitno kepada wartawan Jumat (23/3), di Padang.
Nevi yang didampingi anggota TP PKK Sumbar lainnya, Emi Bachtiar dan Iswarni lebih jauh menuturkan, keha­diran randang Padang di Jerman berkaitan dengan peringatan 60 tahun hubungan Indonesia-Jerman. Duta Besar RI di Jerman memanfaatkan momen ini sebagai strategi diplomasi budaya melalui kuliner yang dikemas dalam Festival Kuliner Indonesia 2012
Pada festival itu, ditampilkan makanan spesifik Sumbar sebagai kuliner ikon dan menu utama. Pemprov Sumbar diundang untuk mensukseskan kegiatan tersebut yang diwakili TP PPK Sumbar. Randang disajikan selama sepekan di hotel bintang lima, Berlin yang dipandu langsung Master Chef Indonesia, William Wongso.
“Kita menyajikan soto, rujak saruik dan salada Padang sebagai menu pembuka. Lalu menu utamanya ran­dang, cumi bakar, gulai kapau, sate Padang, ikan bakar, palai rinuak Maninjau, goring Bilih SIngkarak, pangek padeh ikan, pangek masin, gulai itik hijau Koto Gadang, udang bakar, udang goring, kalio cumi, kalio udang, pergedel kentang dan pergedel jagung. Sedangkan menu penutup kita sajikan ketan sarikayo,” katanya.
Seluruh bumbu masakan dibawa mentah dari Padang, kecuali daging yang diperoleh dari negeri itu. Di negeri panser itu, semua bumbu diracik oleh Tim PKK Sumbar. Emi Bachtiar yang merupakan pemilik Finna Catering dan Iswarni pemilik Rumah Makan Inyak, tidak diragukan lagi lakek tangannya dalam membuat seluruh jenis masakan tersebut.
Menurut Kepala Badan Pember­dayaan Perempuan dan KB SUmbar, Ratnawilis yang turut dalam rombong­an, ini adalah peluang besar yang dapat dimanfaatkan masyarakat Sumbar, terutama kaum ibu yang menjadi kepala rumah tangga dan tidak punya peker­jaan tetap. Mereka akan diberdayakan untuk membuat randang termasuk pemasarannya.
Tetapi memang randang yang diproduksi ini tidak dapat diekspor ke luar negeri, terutama negara-negara Eropa. Mereka sangat ketat dengan daging impor karena khawatir dengan penyakit kuku dan mulut.
“Pasar yang kita harapkan terutama adalah dalam negeri, memasarkan rendang untuk seluruh masyarakat Indonesia. Sedangkan untuk impor, khusus untuk negara Eropa kita masih terkendala, karena ketatnya daging impor di negara itu,” katanya.
Namun yang pasti, randang akan tetap dapat dinikmati di Eropa. Karena randang akan di masak sendiri oleh pihak hotel, setelah tukang masaknya diajarkan membuat randang, sedangkan bumbunya dikirim dari Padang. (h/vie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar