Bule cantik asal Polandia, Bogumita Jablecka, bersama beberapa rekannya mencoba meracik sajian kuliner khas Surabaya, yakni rujak manis.
"Untuk bumbunya, saya sempat mengulek guna mencampur beberapa kacang tanah, garam, bawang putih, cabai rawit, dan gula merah," katanya di Surabaya, Jumat.
Saat ditemui pada Pengenalan Budaya Indonesia di Penjual Rujak asal Surabaya, Bu Lastri, di belakang Gedung Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya, ia meracik rujak manis itu sembari melantunkan lagu "Yogyakarta" dari Katon Bagaskara.
Mahasiswi UKP Surabaya itu menyajikan rujak manis berbahan aneka buah seperti belimbing, timun, bengkoang, nanas, pepaya, dan dondong.
Dia enggan menampilkan Rujak Manis dalam rasa pedas.
"Kalau manis saya sangat suka, kalau pedas tidak tapi saya bangga bisa memasak Rujak Manis langsung dari ahlinya," katanya.
Lastri menilai Bogumita sudah merajik rujak manis layaknya penjual rujak.
"Namun, saat menghilangkan mata di dua nanas dengan menggunakan pisau, garisnya sempat berlawanan," katanya.
Menurut Lastri yang sejak 1994 berjualan rujak, upaya berbagi pengalaman ini sangat bagus karena bisa menjadi langkah untuk bertukar budaya.
"Saya harap ini bisa membuat mereka dan warga asing lainnya untuk lebih mengenal Indonesia, terutama Surabaya," katanya.
(KR-DYT/E011)
"Untuk bumbunya, saya sempat mengulek guna mencampur beberapa kacang tanah, garam, bawang putih, cabai rawit, dan gula merah," katanya di Surabaya, Jumat.
Saat ditemui pada Pengenalan Budaya Indonesia di Penjual Rujak asal Surabaya, Bu Lastri, di belakang Gedung Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya, ia meracik rujak manis itu sembari melantunkan lagu "Yogyakarta" dari Katon Bagaskara.
Mahasiswi UKP Surabaya itu menyajikan rujak manis berbahan aneka buah seperti belimbing, timun, bengkoang, nanas, pepaya, dan dondong.
Dia enggan menampilkan Rujak Manis dalam rasa pedas.
"Kalau manis saya sangat suka, kalau pedas tidak tapi saya bangga bisa memasak Rujak Manis langsung dari ahlinya," katanya.
Lastri menilai Bogumita sudah merajik rujak manis layaknya penjual rujak.
"Namun, saat menghilangkan mata di dua nanas dengan menggunakan pisau, garisnya sempat berlawanan," katanya.
Menurut Lastri yang sejak 1994 berjualan rujak, upaya berbagi pengalaman ini sangat bagus karena bisa menjadi langkah untuk bertukar budaya.
"Saya harap ini bisa membuat mereka dan warga asing lainnya untuk lebih mengenal Indonesia, terutama Surabaya," katanya.
(KR-DYT/E011)
Editor: Jafar M Sidik
Postingan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar