Hanya hari pertama saja sepi. Namun memasuki hari kedua lebaran Idul Fitri 1433H Senin (20/8) hingga Kamis (23/8), Kota Bukittinggi berubah sesak.
Tidak hanya menjadi lautan manusia, tapi juga menjadi lautan kendaraan roda dua dan roda empat berbagai jenis, yang datang dari tiga pintu masuk,yakni Simpang Padang Luar, Kecamatan Banuhampu, Simpang Gadut Kecamatan Tilatang Kamang dan Simpang Tanjung Alam Kecamatan Ampek Angkek, Agam.
Kepadatan arus lalu lintas dari dan ke Bukittinggi dibanding lebaran tahun lalu jauh meningkat, sehingga kemacetan panjang kendaraan tak terelakkan.Dari informasi yang diperoleh Haluan, jalur Padang–Bukittinggi yang biasa ditempuh dalam waktu 2 jam meningkat jadi 9 jam.
Payakumbuh – Bukittinggi dari setengah jam berubah jadi lima jam. Demikian juga Solok – Bukittinggi dari satu setengah jam berubah jadi tujuh jam, lantaran selama menempuh perjalanan kendaraan terpaksa berjalan beringsut-ingsut.
“Situasi diperparah lagi oleh sopir kendaraan yang suka nyalip lantaran tidak sabaran. Maksud hatinya hendak cepat mendahului kendaraan lain, malah bikin suasana tambah runyam, akibatnya kami yang berangkat pukul 17.00 WIB dari Padang, baru nyampai di Bukittinggi pukul 03 dinihari,” ungkap perantau Syamsul Kamal kepadaHaluan di Bukittingi Kamis (23/8).
Hal serupa juga diungkapkan Zulfikar pendatang dari Solok. Berangkat pukul 14.00 WIB baru sampai pukul 20.30 WIB di Bukittinggi. Selama dalam perjalanan ungkapnya, kemacetan luar biasa selain disebabkan adanya kendaraan pribadi maupun angkutan umum yang suka nyalip, mengakibatkan kendaraan dari arah berlawanan tersumbat, juga terjadi disetiap persimpangan dan rumah makan.
“Ternyata kemacetan tidak hanya milik Jakarta, tapi kini juga milik kota Bukittinggi. Syukur alhamdulillah, ternyata semua urang awak telah pada makmur,” ungkap Isman perantau Jakarta yang pulang kampung bersama keluarganya ditengah desakan kendaraan yang merayap bersama pejalan kaki dan sepeda motor.
Selepas macet menempuh perjalanan, setiba dalam kota Bukittinggi suasana tampak bertambah parah. Banyaknya kendaraan warga yang melintas di perempatan Stasiun dari arah Aur Kuning dan perempatan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) arah objek wisata Panorama.
”Meski susah-susah hingga sampai ketujuan, tapi ini menurut saya adalah rahmat,” tambah Isman.
Seorang pengemudi kendaraan, Sawirman, menyebutkan, akibat arus kendaraan padat merayap waktu tempuh menuju pusat kota bertambah lebih dari 10 menit dari waktu normal hanya sekitar 20 menit.
Meski ada petugas lalu lintas mengatur arus kendaraan, tambahnya, padat merayap di jalan menuju pusat kota tetap tak terelakkan karena volume kendaraan jauh meningkat.
Volume kendaraan yang meningkat didominasi roda empat yang berasal dari berbagai daerah di dalam dan luar Sumatera Barat. Kepadatan ini, dipicu pemudik lokal masih banyak bersilaturahim dan wisatawan lokal mulai berdatangan ke sejumlah objek wisata di kota tersebut.
Kapolres Bukittinggi Eko Nugrohadi didampingi Kasat Lantas AKP Yusep Dwi Prasetiya, menyebutkan, pihaknya telah mendirikan pos pengamanan Lebaran, di Simpang Stasiun dan kawasan Taman Jam Gadang.
Pendirian pos pengamanan Lebaran di Simpang Stasiun tersebut guna mengantisipasi kemacetan kendaraan dari arah Padang menuju pusat Kota Bukittinggi.
“Kita sudah menurunkan petugas lalu lintas pada titik potensi terjadi kemacetan di kawasan jalur menuju Kota Bukittinggi. Diminta pengguna jalan untuk mentaati rambu-rambu lalu lintas,” harapnya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar