Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga. Itu guyonan lama yang masih relevan hingga kini. Siapa, coba, yang tak kepingin hidup (dan mati) senikmat itu?
Menjadi kaya boleh jadi merupakan mimpi standar orang dewasa. Bayangkan tinggal di rumah berlantai marmer impor dari Italia, berendam di bath tub seharga ratusan juta perak, naik limosin Hummer keliling kota, serta mendapat pelayanan ekstra istimewa dari bank ala Malinda Dee, jelas begitu menggoda. Siapa yang berani menampik anugerah hidup seperti itu?
Sayang sekali, menjadi kaya bukan garis hidup otomatis bagi semua orang. Kebanyakan dari kita harus berjuang ekstra keras agar menjadi kaya. Namun tak semua orang bisa tekun, sabar, dan gigih mengejar mimpi menjadi kaya.
Mungkin karena itu pula, banyak orang tergoda untuk kaya secara “instan”. Kalau tak menghimpun uang haram sebagai modal menumpuk harta, mereka mengandalkan utang sebagai senjata memupuk kekayaan. Bagi mereka kaya adalah harta. Semakin banyak harta yang mereka kuasai, semakin mereka merasa kaya.
Benarkah cara pandang seperti itu? Kalau Anda bertanya kepada para perencana keuangan, tentu mereka akan menjawab kompak: tidak!
Di dunia keuangan berlaku sebuah rumus ampuh: Harta = Utang + Modal. Banyak orang mengira bahwa status kaya identik dengan Harta sehingga mereka memupuk harta, apa pun caranya. Itu adalah anggapan salah. Status bukan berada di sisi Harta, melainkan pada sisi Modal.
Di dunia keuangan berlaku sebuah rumus ampuh: Harta = Utang + Modal. Banyak orang mengira bahwa status kaya identik dengan Harta sehingga mereka memupuk harta, apa pun caranya. Itu adalah anggapan salah. Status bukan berada di sisi Harta, melainkan pada sisi Modal.
Meski menghuni townhouse berharga miliaran dan mengendarai sedan cabriolet saban sore, Anda bukan orang kaya apabila membiayai semua itu dengan utang.
Sebaliknya, Anda berhak mengklaim sebagi orang kaya walau cuma mengendarai bebek matik, selama semua harta Anda beli dengan uang sendiri.
Sebaliknya, Anda berhak mengklaim sebagi orang kaya walau cuma mengendarai bebek matik, selama semua harta Anda beli dengan uang sendiri.
Kesalahan mengidentifikasi status diri sendiri ini bisa berakibat fatal. Orang yang “kaya” dari utang bisa melarat tiba-tiba ketika gagal membayar angsuran.
Jadi, apakah Anda termasuk golongan orang yang kaya modal atau kaya utang?
Jadi, apakah Anda termasuk golongan orang yang kaya modal atau kaya utang?
Silakan temukan jawabnya dengan mengidentifikasi status diri sendiri melalui aplikasi Financial Diagnosis di IFEF (Indonesia Financial Expo & Forum) 2012 nanti. IFEF merupakan ajang pameran dan edukasi yang digelar oleh KONTAN dan Debindo. Acara ini akan berlangsung pada tanggal 5 Oktober - 7 Oktober 2012 di Jakarta Convention Center (JCC). Acara ini gratis.
sktn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar