Featured Video

Jumat, 07 Juni 2013

Anggota Pol PP Ajak Komandan Duel

PAYAKUMBUH – Perseteruan antara komandan dan anak buah ternyata tidak hanya terjadi di Bukittinggi. Jika di Bukittinggi Wakapolres melakukan aksi tembak terhadap seorang bintara, maka di Payakumbuh, mencuat kasus komandan Pol PP yang diduga memukuli lima anggotanya.

Insiden ini terjadi Selasa (4/6) pagi di halaman balaikota, dipicu hal sepele. Pasukan Penegak Perda yang kena tampar, dinilai salah besar karena lupa memasang ID card atau kokarde. Komandan Pol PP Fauzi Firdaus yang dikenal berdisiplin tinggi itu, tidak terima dengan sikap anggotanya. Tak hayal, tangan kanan Fauzi langsung memukul bagian perut korban.
Kontan saja, pukulan penyandang pangkat tiga melati ini membuat anak buahnya tapurangah. Satu dari lima korban, yakni Jhoni, pegawai yang pada tahun 2009 lampau telibat adu jotos dengan mantan wakil Walikota Payakumbuh Syamsul Bahri di rumah dinas Wawako, Labuah Basilang, meminta komandan Pol PP tersebut berduel dengannya. Satu lawan satu.
Tidak itu saja, karena terpancing emosi, Jhoni ikut memecahkan kaca di pintu masuk balaikota. Asisten I Pemko Payakumbuh, Yoherman, membenarkan persiteruan yang menurutnya, hanya terjadi karena salah paham. “Memang ada salah paham, tapi sudah diselesaikan secara internal. Jadi, sudah tidak ada masalah lagi,” sebut birokrat senior tersebut, kepada sejumlah wartawan Kamis (6/6).
Sumber Singgalang di Balaikota Payakumbuh menyebutkan, sebelum heboh, di hari bersamaan, pasukan penegak Perda mengikuti apel pagi sebanyak dua kali. Dalam apel pertama, mereka bergabung dengan pegawai yang bertugas di satuan kerja lain. Sedangkan dalam apel kedua, personel Satpol PP hanya berkumpul sesama mereka, untuk membahas program harian, termasuk rencana penegakan Perda.
Apel kedua ini, dipimpin langsung oleh Fauzi Firdaus, komandan Pol PP yang baru saja pulang dinas dari luar daerah. Konon menurut sumber tadi, mengawali apel, Fauzi menanyai Kasi Penyidik Bismar, tentang rencana kerja harian. Mendengar pertanyaan tersebut, Bismar yang sebelumnya dipolisikan oleh seorang gadis asal Piobang, Limapuluh Kota dengan kasus dugaan porno aksi itu, menjawab ringkas saja. “Tidak ada, komandan,” kata dia.
Diduga kesal terhadap jawaban tersebut, Fauzi Firdaus mengajukan pertanyaan serupa kepada Kasi Operasional Bafitri Andi. Oleh Bafitri, dijelaskanlah program harian yang sudah direncanakan. Usai menyampaikan rencana kerja harian di hadapan anggota Satpol PP, Bafitri balik bertanya kepada Fauzi, apakah ada arahan atau informasi tambahan? Fauzi lantas maju ke depan, sambil mempersilahkan Bafitri mundur ke belakang.
Tidak ada hujan, tak ada badai, Fauzi Firdaus tiba-tiba memeriksa kelengkapan atribut seluruh anggotanya. Sebanyak 5 personel Satpol PP, kedapatan tidak memakai kokarde. Yakni, Arianto, Fadli Kurniawan, Akhyanto, Con dan Jhoni. Mereka dinilai tidak berdisiplin dalam menjalankan tugas, sehingga dihadiahi Fauzi dengan pukulan di bagian perut. Mendapat pukulan dari komandan, Arianto, Fadli, Akhyanto dan Con, hanya bisa diam.
Tapi tidak dengan Jhoni, lelaki jago karate ini mulai naik pitam. Dia mempertanyakan sikap Fauzi Firdaus. “Ambo tanyoan, eh, kok main tinju seh Pak? Dijawek dek Pak Fauzi tu, indak sanang ang? (Saya tanyakan, kenapa main pukul saja pak? Bapak Fauzi menjawab, kamu tidak senang),” ucap Jhoni, dihubungi Singgalang tadi malam. Jhoni mengaku, dirinya sangat tidak terima pukulan yang dilayangkan Fauzi Firdaus terhadap dia dan rekan-rekannya.
Alasan Jhoni, kesalahannya bersama teman-teman, hanya karena tidak memakai kokarde. Sementara dalam aturan, kokarde tidak termasuk atribut Satpol PP. “Kalau diberi sanksi fisik, seperti push-up, pasti saya terima dan laksanakan. Tapi, kalau dipukuli, apalagi di hadapan orang ramai, saya memang tidak bisa menerima. Sumpah tidak bisa saya menerimanya,” sebut Jhoni lagi.
Lanjut cerita, Jhoni mengaku langsung membuka baju dan menantang Kasatpol PP berduel. Tapi sejumlah temannya, terutama personel PSD (Provost Satpol PP), dengan cepat melerai. Jhoni diminta keluar dari barisan apel, disuruh masuk ke balaikota dan duduk di meja piket. Sedangkan Fauzi tetap melanjutkan apel kedua. Tidak lama, apel kedua itu pun dibubarkan. Setelah apel bubar, salah paham kembali terjadi.
“Usai apel, Kasatpol PP menunjuk saya yang berada di meja piket. Beliau bilang, saya tunggu kamu di lantai tiga. Karena emosi, saya langsung mengikuti beliau. Dan bertemu di depan ruang Adum, tapi dilerai teman-teman,” kata Joni.
Di saat aksi duelnya dengan Fauzi Firdaus dilerai PSD dan sejumlah personel Pol PP. Empat orang rekannya yang tadinya mendapatkan pukulan dari Komandan Pol PP memberikan dukungan.
Beruntung, ribut-ribut di lantai II Balaikota Payakumbuh itu terdengar oleh Asisten I Pemko, Yoherman. “Pak Asisten I yang mendengar ada ribut-ribut keluar dari ruang kerjanya dan meminta kami bubar. Setelah itu, kami diminta turun. Karena masih emosi, saya memang sempat menendang dan memukul apa yang dapat, sehingga ada kaca yang pecah,” kata Joni bercerita apa adanya.
Dinginkan saja
Terpisah, Komandan Pol PP Fauzi Firdaus kepada wartawan memastikan, jika tindakannya tersebut dilakukan semata-mata untuk menegakkan disiplin terhadap anak buah. “Saya hanya melakukan pembinaan. Tapi, ada anggota yang salah paham. Sekarang, mereka sudah minta maaf. Persoalan ini sudah diselesaikan secara internal oleh Asisten I. Kalau bisa, tolong didinginkan saja,” kata Fauzi Firdaus. 

s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar