Featured Video

Senin, 05 September 2011

Urang Awak Mamacik di Maladewa

SAWIR PRIBADI

Urang Minang kalau di luar Sumbar disebut dengan istilah ‘orang Padang’. Kadang juga dikatakan dengan sebutan ‘urang awak’.
Diakui atau tidak, orang Minang atau si Padang ada di mana-mana. Tidak hanya di seluruh penjuru Tanah Air, tapi sampai ke berbagai negara di dunia.
Keberadaan si Padang di berbagai belahan dunia adalah bagian dari 3 juta lebih Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di luar negeri. Data yang pernah dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri menyebutkan hingga Desember 2010 lalu, jumlah WNI yang bekerja di luar negeri mencapai 3.294.009. Dari jumlah sebanyak itu, sekitar 60 persen di antaranya berada di Malaysia serta Arab Saudi.


Sebagaimana berita-berita selama ini, begitu banyak cerita sedih dari para pekerja Indonesia di luar negeri, terutama kalangan wanita. Namun banyak pula yang begitu sukses dan bahkan disegani atau dihormati di negeri orang.
Salah satu si Padang yang dihormati di negeri lain adalah Asdir, 43. Lelaki itu bekerja di negara Maladewa, sebuah negara kepulauan di kawasan Samudera Hindia.
Sebagaimana dikutip Kompas.com, bayaran dan kehidupan yang lebih baik dan menjanjikan serta suasana kerja dan perilaku atasan yang bersahabat setidaknya menjadi bagian alasan bagi WNI yang memilih bekerja di luar negeri.
Menurut data Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Colombo, Sri Lanka yang merangkap Republik Maladewa, terdapat hampir 1.000 WNI yang bekerja di Maladewa. Sekretaris I Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI di Colombo, Abdullah Zulkifli, menerangkan data pasti tentang jumlah pekerja WNI di Maladewa tidak bisa disebutkan karena ada sejumlah pekerja yang tidak mendaftarkan diri setelah disalurkan untuk bekerja di negara yang terletak di sebelah selatan-barat daya India, sekitar 700 km sebelah barat daya Sri Lanka ini.
Sebagian besar WNI bekerja di bidang pariwisata di negara dengan 1.192 pulau yang jumlah penduduknya hanya 390.000 jiwa atau tergolong sebagai jumlah penduduk terkecil di Asia itu.
Di Maladewa, Asdir berprofesi sebagai teknisi perawatan pesawat di Maldivian Air Taxi, salah satu operator seaplane terbesar di dunia. Lulusan Sekolah Tinggi Penerbangan Curug pada 1990 ini menjelaskan fasilitas yang dijanjikan terhadap dirinya dari perusahaan yang mempekerjakan 100 pilot itu jauh lebih tinggi ketimbang saat ia pernah mengabdikan diri pada salah satu maskapai nasional selama hampir 20 tahun.
Menurut Asdir yang telah berkarir dalam 3 tahun terakhir di Maldivian Air Taxi, tenaga teknisi berpengalaman untuk menangani armada pesawat Twin Otter seperti dirinya berhak untuk mendapatkan gaji hingga 6.500 dolar AS per bulan. Tunjangan kesejahteraan ini belum mencakup akomodasi gratis seperti menetap di apartemen yang terletak ibukota Maladewa, Male, serta 3 kali mendapatkan tiket pulang-pergi Maladewa-Indonesia dalam setahun.
“Biasa saya jalan-jalan ke Singapura kalau liburan dengan keluarga,” tutur si Padang yang keluarganya menetap di Surabaya ini.
“Kadang-kadang saya juga mengajak mereka ke sini,” tambah ayah dengan 3 anak yang mendapatkan diskon khusus dari perusahaannya untuk berliburan di salah satu resor ekslusif di Maladewa.
Bekerja selama 3 bulan dan liburan selama sebulan adalah kebijakan waktu kerja periodik per tahun yang dapat dinikmatinya dari perusahaan.
Asdir selalu menyempatkan waktu untuk berkomunikasi melalui fasilitas internet dari laptopnya dengan keluarga yang berada di Indonesia. Terbilang hemat karena terbiasa memasak sendiri untuk memenuhi kebutuhan harian termasuk makanan berbuka saat bulan puasa lalu, Asdir menjelaskan hanya menghabiskan sekitar 500 dolar AS per bulan untuk biaya kehidupan di Maladewa.
“Profesi lebih dihargai di sini. Kalau dilihat dari bobot pekerjaan di Indonesia dan di sini sebenarnya sama saja,” ujar Asdir saat menuturkan salah satu bahan pertimbangannya untuk memilih bekerja di luar negeri dan terpaksa menetap jauh dari keluarga.
(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar