Featured Video

Senin, 05 September 2011

Multiplier Effect Lebaran-Padang

MENYAMBUT Lebaran Idul Fitri 1432 Hijriah, tidak sedikit perantau Minang di Indonesia, maupun yang berdomisili di luar negeri pulang kampung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama (pulang basamo), atau orang luar Sumbar menyebutnya sebagai kegiatan mudik.

Kegiatan mudik menyimpan banyak potensi, terutama potensi kerakyatan. Karena prosesinya digelar oleh rakyat dan untuk rakyat. Kenapa demikian? Karena kegiatan mereka dilakukan dengan biaya sendiri, dan mereka yang menikmatinya (baca; dampak ekonomi) juga rakyat.
Mereka yang mudik, ada yang menggunakan pesawat terbang, bus umum, kendaraan pribadi. Selama berada di Sumbar, mereka tentunya membelanjakan uangnya di rumah makan/restoran, bagi yang berekonomi kuat juga akan menginap di hotel, mengunjungi kantong-kantong wisata, membeli makanan ringan khas, souvenir khas Sumbar untuk dibawa saat arus balik di mana mereka berdomisili.
Satu hal lagi, ada pula kebiasaan dari perantau Minang, baik secara pribadi maupun secara komunitas/organisasi memberikan sumbangan untuk nagari/jorong, seperti bantuan untuk pembangunan masjid/surau, serta bantuan ekonomi bagi sanak-saudara mereka yang kurang mampu.
Mudik lebaran menjadi magnet tersendiri bagi perantau. Sekurangnya tiga alasan mendasar. Pertama, banyak waktu libur. Cuti massal Idul Fitri 2011. Untuk yang mengambil cuti tahunan, maka liburan lebaran kali ini akan menjadi semakin panjang. Tak aneh, kalau selain mudik lebaran, tempat/lokasi wisata akan banyak dibanjiri pengunjung. Mereka, para perantau akan banyak membelanjakan uangnya di tempat itu.
Kedua, para pekerja/pegawai memperoleh pendapatan ekstra berupa THR /bonus lebaran di tempat mereka bekerja. Pendapatan tersebut dapat digunakan untuk konsumsi, memperbaiki rumah keluarga di kampung halaman, membeli tanah, ternak sebagai investasi di tanah kelahiran mereka, karena sebagian mereka menganggap kehidupan di kota bersifat temporer (sementara) dan masa tua mungkin akan kembali ke kampung halaman.
Banyak industri rumah tangga yang akan menuai panen. Industri kerajinan tangan, industri pakaian jadi, industri pertanian, peternakan, dan makanan, rumah makan, akan banyak diburu para perantau. Kalau demikian banyak sektor ekonomi yang terpengaruh dengan fenomena mudik, maka efek ganda ekonomi yang mampu tercipta juga akan semakin membesar.
Akhirnya, mudik lebaran tidak hanya ditunggu-tunggu oleh para perantau itu sendiri, namun juga para pelaku/dunia usaha yang senantiasa mendapatkan berkah. Meski musiman, para pebisnis yang jeli mempersiapkan diri dengan baik, sehingga bisa optimal pada saat hari H para pemudik membelanjakan uang sebanyak-banyaknya.
Ketiga, mudik juga dipakai sebagai ajang untuk bersilaturahmi serta bermaaf-maafan dengan keluarga di kampung halaman.
Melihat dampak ekonomi yang dihasilkan oleh mudik lebaran demikian besar, tidak terlalu mengherankan kalau fenomena ini ditunggu banyak kalangan. Rezeki lebaran, mereka biasa menyebutnya, akan memungkinkan banyak warga meningkat penghasilannya. Demikian demikian, multiplier effect yang dihasilkan dari fenomena mudik lebaran merupakan sesuatu yang bisa dihitung secara matematis, dan membawa dampak yang tidak kecil bagi perekomomian daerah tujuan.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar