Featured Video

Jumat, 21 Oktober 2011

Pasar di Nagari Punya Peran Sosial


Tanah Datar, Singgalang
Walinagari Rao-Rao, Kecamatan Sungai Tarab, H. Firman Bakar Syarief Dt. Sinaro Sati, kurang sependapat bila dikatakan pasar nagari tidak terurus.
Perannya sebagai pusat transaksi anak nagari dan antarnagari, hingga kini tidak akan tergantikan oleh mall atau swalayan dan minimarket yang marak berkembang di kawasan perkotaan.
“Pasar nagari itu bukan pasar modern. Kondisinya tidak bisa dipermak menjadi pasar modern. Pasar nagari, selain berfungsi sebagai pusat aktivitas perekonomian di suatu nagari, juga punya fungsi sosial, yakni tempat bertemunya anak nagari dari berbagai jorong, kalau tidak dua kali sepekan, setidak-tidaknya sekali dalam sepekan,” ujarnya, Kamis (20/10), di ruangan kerjanya.
Walinagari Rao-Rao dimintai komentar terkait pendapat salah seorang pengamat ekonomi Sumbar, Herzadi Lazran, yang menyatakan keinginannya untuk menjadikan pasar nagari layak dikunjungi kalangan berada, sehingga masyarakat dapat masukan ekonomi yang besar.
Dikatakan, ada persepsi yang keliru dalam memaknai pasar nagari dalam konteks hubungannya dengan keinginan orang-orang kaya kota untuk berbelanja di pasar-pasar modern. Pasar nagari itu, tegasnya, bukan pasar yang didominasi mata dagangan yang banyak dibutuhkan orang kaya. Artinya, pasar nagari tidak mengutamakan prestise, tetapi lebih kepada makna sosial ekonomi dan budaya.
“Orang-orang kaya yang gemar berbelanja di mall dan supermarket itu kan hanya ada di perkotaan. Mustahil pula mereka akan datang ke pasar-pasar nagari untuk berbelanja kebutuhan harian. Yang diperdagangkan di pasar nagari adalah kebutuhan anak nagari yang standar ekonomi mereka di bawah rata-rata orang kaya kota. Pasar nagari bukan semata-mata untuk menjual atau membeli,” tegasnya.
Ia mencontohkan keberadaan Pasar Nagari Rao-Rao yang diramaikan setiap Rabu dan Sabtu. Aktivitas sudah dimulai semenjak siap subuh hingga siang. Biasanya kalau sudah Zuhur, pasar akan berangsur-angsur sepi. Warga yang telah beberapa hari bekerja di sawah dan ladang, mereka berkunjung ke pasar untuk menjual hasil tanaman mereka, seraya berbelanja kebutuhan harian, semisal garam, gula, ikan asin dan kebutuhan hidup lainnya.
Sementara pedagangnya bukanlah pedagang besar dengan modal ratusan juta rupiah. Pedagang di pasar nagari, imbuhnya, adalah panggaleh babelok yang menjual berbagai barang P&D dari pekan ke pekan. Bersamaan dengan itu, biasanya di pasar nagari itulah anak nagari dari berbagai jorong saling bertemu, bertukar cerita dan bertegur sapa. Kalau ada seorang warga yang sudah beberapa kali tidak bertemu di pasar, terangnya, warga akan segera tahu, mungkin dia sedang sakit atau pergi menemui sanak famili di perantauan.
Berbicara soal kondisi Pasar Nagari Rao-Rao saat ini, Walinagari Dt. Sinaro Sati menjelaskan, untuk mengelola kebersihan, ketertiban dan keamanannya, pemerintah nagari telah menunjuk pengeloa dengan suatu surat keputusan.
“Ada lima orang yang terlibat di sini, yakni ketua, dua orang tenaga kebersihan dan dua orang petugas pemungut retribusi,” tandasnya.
Ke depan, pihaknya akan melakukan revisi terhadap peraturan nagari tentang pengelolaan Pasar Nagari Rao-Rao. Selain setiap pedagang akan dikenakan retribusi pasar Rp2 ribu, pihaknya juga tengah merancang retribusi untuk ojek yang mangkal di tempat yang telah ditetapkan setiap hari pasar, Rabu dan Sabtu.
Ia berharap, bila perna itu telah berhasil direvisi, dengan pedagang yang melebihi angka 200 orang, pihaknya berharap akan ada pendapatan nagari yang jelas dari sektor pasar. (211)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar