Featured Video

Selasa, 08 November 2011

Daging Kurban untuk Daerah Bencana


ALWI KARMENA

Benarkah kita serasa? Berdunsanak seperinduan. Cubit di kanan, kiri terasa. Menangis tetangga, mata kita juga jadi sabak. Kalau benar, sudah mendengar kabar kan? Dunsanak kita di Pesisir Selatan dan Pasaman Barat terkena bencana banjir. Sudah tentunya. Mereka kini masih tidak bisa berlindung dari hujan dan panas. Rumah mereka hanyut, atau terendam setinggi pinggang. Mereka lapar, karena tidak bisa bertanak. Beras mereka hanyut. Jangankan beras, anak-anak, saudara mereka ada yang hanyut. Sampai kini entah dimana tersangkutnya.
Badawi Sutan teman dekat saya mengeluh: Antah baa lah ko ha, muak ambo jo daging. Setengah kulkas ambolah barisi dagiang sae. Katanya. Ia banyak dapat kupon daging kurban.
Lah dibuat randang setenong, dendeng berlado se panci gadang, tak termakan makan juga. Libak. Sudah jenuh melihat daging. “Tahun lalu saja, karena tak bisa tahan di kulkas, terpaksa kami buang,” katanya
Keluhan Badawi di atas, kita persandingkan dengan kabar dari daerah bencana. Korban bencana sudah dua kali teraniaya. Sudahlah kehilangan harta dan bahkan nyawa, sekarang yang akan dimakan saja, luar biasa sulitnya. Sudah banyak yang mengamuk. Dari pada bacakak dengan galang-galang, biarlah bacakak dengan panitia. Betapa tidak akan kalebuik? Ada bantuan, tapi payah sampai ke perut orang orang yang lapar. Porsedurnya berbelit. Tunggu kordinasi ini itu. Tunggu bupati atau camat. Tunggu wartawan TV atau media lain yang akan mengodak. Sementara parut ini ndak perlu liputan. Tunggu ada yang akan mati lagi?
Kita, sembilan dari sepuluh keluarga yang tak terkena musibah, sekarang ini agaknya seperti Badawi, rata-rata berkelebihan sambal daging. Kita baru “sendewa” kekenyangan habis memakan sambal enak. Tapi, di Pesisir Selatan, di Pasaman Barat, saudara kita menangis. Mereka terbenam oleh banjir. Beras mereka hanyut. Sawah pada tergenang. Dapur terendam air.
Masih enakkah oleh kita rendang dan dendeng yang di bawah tudung itu. Masih. Tapi, kalau kita kirimkan agak sepotong dua potong untuk mereka, pastilah enak juga bagi mereka. Masing-masing satu rumah (kita yang tak terkena musibah) berkorban satu atau dua potong rendang atau dendeng. Cari koordinator seperti Pemda, PMI atau LSM yang mau membantu. Kita kirimkan lewat bus, atau mobil sambal buatan rumah tangga kita. Insyaallah, dibanding supermi atau roti, randang akan lebih badaso bagi mereka. Langsung ke sasaran dan mudah-mudahan akan jadi darah daging.
Percayalah. Usul ambo ini tidak akan menyusahkan benar. Tidak akan kekurangan sambal pula kita olehnya. Sepekan ini meraka masih butuh uluran tangan yang instan. Bergeraklah. Asal ikhlas, ambo percaya akan ada pahalanya. Bismillah.
Di sekitar Hari Raya Kurban, menjelang peringatan Hari Pahlawan, berbuat baik kepada saudara sendiri, semimpi dan segamang, karena sekampung dan se halaman. Dunsanak yang tengah menderita. Itu adalah juga perjuangan yang punya nilai kemanusiaan. (*)
(singgalang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar