Featured Video

Kamis, 19 Januari 2012

RANDANG MANJADI NATION BRAND INDONESIA


TANTANGAN DAN PELUANG
Secara sederhana brand (merek) diartikan sebagai sebuah nama, logo, simbol-simbol yang membedakan sebuah produk atau jasa dari produk pesaing (Susanto, 2004).
Sedangkan brand image (citra merek) adalah apa yang dipersepsikan di benak kon­sumen. nation brand (Mix 2011) merupakan keseluruhan persepsi suatu bangsa dalam pikiran para pemangku ke­pentingan internasional. 

Di­sini bisa saja terkadang beberapa elemen seperti orang, tempat, budaya/bahasa, se­jarah, makananfashion, wajah-wajah terkenal, merek global, dsb. Dengan demikian ada atau tanpa upaya mem­bangun nation brand, setiap negara memiliki kesan (image) dibenak pikiran audiens inter­nasional mulai dari kesan  lemah, jelas, atau tersamar.
Thailand merupakan  con­toh sebuah negara yang sukses membangun nation brand (me­rek national) tidak hanya dibidang masakan, seperti kare Mas­saman misalnya,  tetapi juga di bidang produk-produk per­tanian. Konsumen buah-buahan di Indonesia sangat akrab dengan nama papaya Bangkok,  jambu Bangkok, durian bangkok, mangga Bang­kok,   lengkeng Thailand, ayam Bangkok,  dsb.  Keberhasilan Thailand dalam membangun nation brand me­reka tidak terlepas dari du­kungan pe­merintah yang secara konsisten mem­promosikan produk-produk  negeri gajah putih itu. Salah satunya adalah melalui  pro­gram Global Thai­land yang telah berlangsung sejak tahun 2000.
Dinobatkannya rendang sebagai masakan terlezat di dunia oleh CNN merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk membangun na­tion brand di bidang ku­liner. Jika diibarat mem­bangun nation brand sama dengan mendorong mobil mogok, Thailand mulai men­dorong sejak mobil berhenti, sampai mesin hidup, dan melaju. Sedangkan Indonesia tidak perlu mendorong sedari mobil tersebut berhenti, tetapi mendorongnya setelah mobil bergerak maju. Mendorong mobil yang sudah bergerak maju  tentu lebih enteng dibandingkan dengan men­dorong mobil  sedari berhenti. Bagi Indonesia membangun rendang menjadi sebuah na­tion brand tentu lebih mudah karena dibantu oleh promosi CNN, dibandingkan dengan Thailand yang berjuang se­lama bertahun tahun guna mem­bangun nation brand mereka, apakah itu di bidang kuliner maupun produk-produk per­tanian.  Kita akan kehilangan momentum jika tidak segera menindaklanjuti apa yang telah dimulai oleh CNN.
Tantangan
Peluang Rendang untuk menjadi salah satu nation brand Indonesia cukup besar  sebanding dengan tantangan yang dihadapinya. “ pe­luang­nya selangit, tantangannya selaut, “ demikian istilah  entrepreneur legendaris, Bob Sadino. Masalahnya bagai­mana kita dapat merubah tantangan menjadi peluang. Berikut beberapa tantangan yang dihadapi  Rendang men­jadi nation brand Indonesia:
Tingkat Kesulitan dalam Proses Pembuatan
Ada dua kategori bumbu yang digunakan dalam pem­buatan rendang, yaitu bumbu dasar dan bumbu aromatik.  Bumbu dasar terdiri dari kelapa, cabe merah, bawang putih serta bawang merah, lengkuas, jahe, kunyit, serta sere. Sedangkan bumbu aro­matik terdiri dari dari ke­tumbar, peka atau bunga lawang, jintan, buah dan bunga pala,  adas,  kayu manis, cengkeh, serta daun salam. Meracik dan menemu­kan sedemikian banyak bum­bu tentunya menimbulkan kesukaran sendiri bagi kon­sumen rendang apalagi kon­sumen di manca negara yang  maunya serba praktis.
Kesulitan lainnya adalah selama proses pembuatan, rendang harus diaduk terus  agar tidak lengket dan hangus. Rendang yang berkualitas menurut Puti Reno Rhau­datuljannah Thaib, pewaris Istana Pagaruyung dan Guru Besar Unand, adalah rendang yang berwarna hitam, tidak gosong, dan tidak keras. Oleh sebab itu diperlukan ke­sabaran dan banyak tenaga dalam pembuatan rendang. Jika tidak,  rendang akan gosong dan keras.
Lamanya Waktu Pembuatan
Seperti yang dikemukakan oleh Prof. Puti Reno bahwa rendang yang berkualitas adalah rendang yang berwarna hitam, tidak gosong, dan tidak keras. Untuk membuat ren­dang seperti itu dibutuhkan kesabaran dan  waktu berjam-jam. Jika tidak maka hasil­nya  akan gosong dan keras.
Lamanya waktu yang di­habiskan dalam pembuatan rendang menjadi kendala yang menghambat rendang menjadi masakan yang mendunia. Hal ini bertentangan dengan gaya hidup masyarakat modern yang menginginkan hal-hal praktis dan hemat. Bisa dibayangkan betapa repotnya jika seorang ibu meng­habis­kan waktu berjam-jam di  dapur untuk mengolah ren­dang. Apalagi alat bahan bakar yang digunakan berupa  bahan bakar gas (LPG) yang harganya terus meningkat.
Ketersediaan Bumbu Da­sar dan Bumbu Aromatik
Seperti telah dijelaskan pada poin ke-1 bahwa ada dua macam bumbu rendang yaitu bumbu dasar dan bumbu aro­matik.  Bagi yang  tinggal di luar negeri, menemukan bumbu aromatik tidak terlalu sulit karena rempah-rempah tersebut tersedia toko etnik china mau­pun etnik India. Namun tidak demikian halnya dengan bumbu dasar, te­rutama kelapa. Bahan jenis ini sulit ditemukan diluar negeri. Kalaupun ada kualitas­nya tidak sebaik yang tersedia di Indonesia.
Peluang
Halangan dan tantangan ibarat dua sisi mata uang. Namun dibalik setiap  tan­tangan pastilah membentang peluang. Berikut peluang yang tersembunyi dibalik tantangan yang ada:
Faktor CNN
Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan diberitakannya rendang oleh CNN sebagai masakan terlezat semakin meningkatkan popularitas masakan ini  dikalangan au­diens internasional. Di­tinjau dari sisi komunikasi pe­ma­saran, berita CNN telah men­ciptakan  brand awarness rendang di antara pasar sa­saran. Terbukanya pasar ren­­dang di manca ne­gara  tentu akan mening­katkan ekspor pro­duk ini , dan di saat yang sama,  melalui masakan   turis ter­tarik untuk  berkunjung ke Indo­nesia, khususnya ke Ranah Minang tempat rendang berasal.
Rendang Merupakan Masakan yang Unik
Keunikan rendang terletak pada rasa pedesnya yang khas serta bumbu yang meyerap sampai ke dalam daging,  ditambah dengan sensasi aroma rempah-rempah yang melekat pada bumbu rendang (dadak randang bahasa Mi­nang) yang dapat me­mancing seseorang  ingin  mencicipinya. Rasa serta sensasi aroma yang khas ditambah dengan warna hitam keemasan mem­buat keunikan rendang se­makin menempel dibenak konsumen nasional maupun internasional.
Rendang Tahan Lama
Agar masakan rendang dapat tahan lama, maka orang Minang merendangnya sampai berwarna hitam. Kata merendang berasal dari kata dasar rendang. Bahasa Mi­nang­nya randang. Kata ran­dang kemudian di Indo­ne­sia­kan menjadi rendang.  Meren­dang berarti memanaskan sesuatu di atas tungku, biasa­nya yang direndang adalah kopi atau kacang goreng,  sambil tetap diaduk agar tidak hangus. Yang membuat rendang awet sampai jangka waktu berbulan bulan adalah kadar airnya hampir tidak ada  akibat dipanaskan se­lama berjam-jam.
Warga Negara Indonesia yang Tinggal di Luar Negeri
Union Migrant Indonesia, atau Serikat Pekerja Migran Indonesia, mencatat per tahun
2010,  tenaga kerja Indo­nesia yang bekerja di luar negeri berjumlah kurang lebih 6 juta orang yang tersebar di 42 negara. Besarnya jumlah WNI yang tinggal di luar negeri merupakan pangsa pasar potensial untuk beragam pro­duk Indonesia. Peluang rendang menjadi komoditi andalan Sumbar tentu akan lebih besar lagi, karena ren­dang me­rupakan jenis masa­kan yang menjadi top of mind bagi orang Indonesia. Lihat jejak pendapat yang di­la­kukan  harian na­sional Kom­pas tang­gal 25 September 2011.  Dalam jejak pendapat tersebut, lebih dari tiga pe­rempat responden me­­nyu­­kai rendang.
Pendamping Berbagai Jenis Makanan
Di Indonesia, rendang dikonsumsi  sebagai lauk dalam skala terbatas. Sebagai  lauk, rendang biasanya di­sandingkan  dengan  nasi, ketupat, atau lemang. Padahal rendang dapat disandingkan dengan berbagai jenis ma­kanan.  Sebagai pelopor, Mc­Donald ,restauran cepat saji global dari Amerika telah memperkenalkan burger de­ngan isi rendang sebagai salah satu varian produknya.  Tidak tanggung-tanggung, McDonald telah mendaftarkan burger rendang  mereka sejak tahun 2000 ke Dirjen HAKI dengan nama McRendang. Rendang juga dapat dimakan bersama makanan barat lainnya seperti Pizza atau Sandwich, dan masakan dari timur seperti roti jala  ataupun kebab. AB Susanto dalam buku Power Branding mengartikan brand sebagai  sebuah janji yang diberikan oleh pemasar untuk memenuhi keinginan calon kosumen. Agar rendang se­bagai nation brand Indonesia terpatri dibenak calon kon­sumen secara kuat, maka stake holder ren­dang Indonesia  harus segera memenuhi janji yang telah diucapkan.
Sing­kat­nya, calon kon­sumen ren­dang yang tinggal di manca negara harus di­mudahkan dalam membuat atau me­rasakan enaknya rendang. Tasting is believing. Layaknya secangkir kopi, bagaimana seorang bisa tahu apakah kopi itu pahit  atau manis jika dia belum men­cicipinya. Dan sangat naïf dalam mem­b­angun rendang sebagai se­buah nation brand hanya mengandalkan seorang Wi­lliam Wongso sebagai duta rendang. Jika  lambat me­nangkap peluang, maka untuk kesekian kalinya kita akan kembali  gigit jari karena Malaysia telah lama menge­kpor rendang ke Belanda. Bak bunyi sebuah pameo: “Kerbau punya susu, sapi punya nama.

M FUAD USMAN
Pendiri Padang Culiner Center (Social Entrepreneur)
http://www.harianhaluan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar