Dua peristiwa tragis terjadi di Sumbar kemarin (30/8). Kejadian pertama, seorang polisi tewas terbakar dalam kebakaran yang melanda asrama polisi (aspol) Mapolsek Rao, Kecamatan Rao pada Kamis (30/8) dini hari. Kejadian kedua, enam orang disambar petir di Korong Ujuangguguak, Nagari Pasialaweh, Kecamatan Lubukalung, Kabupaten Padangpariaman.
Korban kebakaran adalah Briptu Ahmad Ade Indra Nasution, 28, setelah empat rumah di aspol terbakar sekitar pukul 03.00. Selain Briptu Ahmad Ade Indra, tiga rumah lainnya dihuni Briptu RH Tarigan, Briptu Robi Pranata dan Brigadir Juni Sahputra. Dua sepeda motor jenis Scoopy dan Honda Astrea juga hangus dilumat si jago merah.
Menurut sejumlah saksi, kebakaran itu baru diketahui setelah api membubung tinggi. Warga dikagetkan teriakan orang minta tolong dari rumah dinas milik Ahmad Ade Indra. Namun, warga tidak berani mendekat karena api telah berkobar.
Upaya warga bersama anggota polisi memadamkan api hanya sia-sia, karena api telah membesar melumat deretan rumah yang berada tepat di belakang Mapolsek Rao tersebut. Api baru bisa dipadamkan setelah 2 unit mobil pemadam kebakaran datang ke lokasi. Tubuh Ahmad Ade Indra ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Saat kejadian, Ahmad Ade Indra tinggal sendirian di rumah. Sedangkan istri dan anaknya masih berada di kampung di Kecamatan Panyabungan Utara, Madina.
Kapolres Pasaman AKBP Joko Santoso ketika mendatangi lokasi kebakaran bersama Wabup Pasaman Daniel menyebutkan, dari olah TKP dan keterangan saksi, penyebab kebakaran diduga arus pendek di salah satu rumah yang terbakar itu. Dugaan sementara api pertama berasal dari atap rumah Briptu Ade Ahmad Indra.
Jenazah Briptu Ahmad Ade Indra sudah dijemput pihak keluarga untuk disemayamkan di rumah duka di Mumpang Jae, Kecamatan Panyabungan Utara, Madina. Korban yang baru bertugas 1,5 tahun di Polsek Rao itu, meninggalkan satu orang istri dan satu orang anak berumur 6 bulan. Sebelumnya, Briptu Ahmad Ade Indra bertugas di Polresta Padang.
Kapolres mengingatkan masyarakat selalu waspada dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran. Apalagi, sebagian besar penyebab kebakaran karena terjadi hubungan arus pendek, kompor meledak dan penyebab lainnya. Wabup sendiri menyerahkan santunan Rp 5 juta kepada korban kebakaran.
Disambar Petir
Sementara itu, enam orang disambar petir di Korong Ujuangguguak, Nagari Pasialaweh, Kecamatan Lubukalung, Kabupaten Padangpariaman, Kamis (30/8) sekitar pukul 15.00. Tak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun dua orang korban harus dirujuk ke RSUP M Djamil Padang.
Keenam korban itu; Rosman alias Bogok, 60, Hasan Basri alias Mantuang, 67, Fahmi, 38, Zaidir, 30, Jhoni, 45, dan Buyuang Kandang, 35. Bogok dan Mantuang terpaksa dilarikan kepada RSUP M Djamil Padang akibat luka serius dialaminya. Keenamnya merupakan kelompok petani julo-julo.
Informasi yang dihimpun Padang Ekspres, kejadian ini berawal ketika keenam korban berteduh di sebuah teras rumah warga di Korong Ujuangguguak, Nagari Pasialaweh, usai bekerja di ladang tak jauh dari lokasi kejadian yang merupakan kawasan perbukitan. “Saat itulah tiba-tiba terdengar suara petir sangat keras, dan menyambar tubuh mereka,” ungkap Camat Lubukalung Azmi Nur kepada Padang Ekspres kemarin.
Sebelum menyambar keenam petani itu, petir menyambar rumah tempat para korban berteduh. Korban dilarikan ke puskesmas terdekat di Nagari Lubukalung. ”Karena kondisi Bogok dan Mantuang cukup parah, keduanya dirujuk ke RSUD Padangpariaman, lalu ke RSUP M Djamil Padang,” ungkap Azmi yang tengah mengupayakan kedua korban mendapatkan fasilitas Jamkesmas atau Jamkesda, karena tergolong warga kurang mampu.
Wali Nagari Pasialaweh Lubukalung, Adnan mengatakan, keempat korban lain sudah diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan di Puskesmas Lubukalung.
Anismar, 50, istri Bogok ketika ditemui di IGD RSUD Pariaman terlihat mengkhawatirkan kondisi suaminya. “Ajo sudah saya larang tadi mengerjakan sawah orang, karena hari buruk. Tapi tidak apa-apa katanya. Ini jadinya, dapak musibah,” ratap Anismar dalam bahasa Piaman.
Kejadian serupa, menurut Asnimar, pernah terjadi dua tahun lalu. Waktu itu, adik bungsunya meninggal dunia. Sedangkan bagi Dahliar, 40, istri Mantuang, musibah ini ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Ia tercatat korban gempa 2009 yang hingga kini belum mendapat bantuan, dan Mei lalu rumahnya ambruk diterjang angin puting beliung.
”Langsung pingsan saya mendengar kabar itu. Saya ini berpenyakit jantung. Tuhan juga yang akan tahu nasib saya,” ujarnya sambil mengurut kaki suaminya.
Dokter jaga IGD RSUD Pariaman, dr Dipo Mas Suyudi menyebutkan kedua korban mengalami luka bakar sekitar 3 persen di kedua bahunya.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar