Featured Video

Jumat, 31 Agustus 2012

Polisi Terbakar Hidup-hidup-Di Lubukalung 6 Orang Disambar Petir



Dua peristiwa tragis terjadi di Sumbar kemarin (30/8). Kejadian pertama, seorang polisi tewas terbakar dalam kebakaran yang melanda asrama polisi (aspol) Mapol­sek Rao, Kecamatan Rao pada Kamis (30/8) dini hari. Kejadian kedua, enam orang disambar petir di Korong Ujuang­guguak, Nagari Pasialaweh, Keca­ma­tan Lubukalung, Kabupaten Pa­dang­pa­riaman.


Korban kebakaran adalah Briptu Ah­mad Ade Indra Nasution, 28, se­telah empat rumah di aspol terba­kar sekitar pukul 03.00.  Selain Brip­tu Ahmad Ade Indra, tiga ru­mah lain­nya dihuni Briptu RH Tarigan, Brip­tu Robi Pranata dan Brigadir Juni Sahputra. Dua sepeda motor je­nis Scoopy dan Honda Astrea juga ha­ngus dilumat si jago merah.

Menurut sejumlah saksi, keba­karan itu baru diketahui se­telah api membubung tinggi. War­ga dikagetkan teriakan orang minta tolong dari rumah di­nas milik  Ahmad Ade Indra. N­a­mun, warga tidak berani men­dekat karena api telah ber­kobar.

Upaya warga bersama ang­gota polisi memadamkan api ha­nya sia-sia, karena api telah mem­besar melumat deretan ru­mah yang berada tepat di bela­kang Mapolsek Rao terse­but. Api baru bisa dipadamkan setelah 2 unit mobil pemadam kebakaran da­tang ke lokasi. Tubuh Ahmad Ade Indra ditemukan dalam kondisi mengenaskan.

Saat kejadian, Ahmad Ade Indra tinggal sendirian di rumah. Se­dangkan istri dan anaknya ma­sih berada di kampung di Ke­camatan Panyabungan Utara, Madina.

Kapolres Pasaman AKBP Joko Santoso ketika mendatangi lo­kasi kebakaran bersama Wa­bup Pasaman Daniel menye­but­kan, dari olah TKP dan kete­rangan saksi, penyebab kebaka­ran diduga arus pendek di salah sa­tu rumah yang terbakar itu. Du­gaan sementara api pertama ber­asal dari atap rumah Briptu Ade Ahmad Indra.

Jenazah Briptu Ahmad Ade Indra sudah dijemput pihak ke­luarga untuk disemayamkan di rumah duka di Mumpang Jae, Ke­camatan Panyabungan Utara, Ma­dina. Korban yang baru ber­tu­gas 1,5 tahun di Polsek Rao itu, meninggalkan satu orang istri dan satu orang anak berumur 6 bulan. Sebelumnya, Briptu Ah­mad Ade Indra bertugas di Polresta Padang.

Kapolres mengingatkan mas­­­­yarakat selalu waspada da­lam mengantisipasi terjadinya ke­­bakaran. Apalagi, sebagian be­sar penyebab kebakaran kare­na terjadi hubungan arus pen­dek, kompor meledak dan pe­nye­bab lain­nya. Wabup sen­diri me­nye­rahkan santunan Rp 5 juta kepa­da korban kebakaran.

Disambar Petir

Sementara itu, enam orang di­­sam­bar petir di Korong Ujuang­­­g­uguak, Nagari Pa­siala­weh, Kecamatan Lu­bukalung, Ka­­bupaten Padangpariaman, Ka­­mis (30/8) sekitar pukul 15.00. Tak ada korban jiwa da­lam kejadian ini, namun dua orang korban harus dirujuk ke RSUP M Djamil Padang.

Keenam korban itu; Rosman alias Bogok, 60, Hasan Basri alias Mantuang, 67, Fahmi, 38, Zai­dir, 30, Jhoni, 45, dan Bu­yuang Kandang, 35. Bogok dan Mantuang terpaksa dilarikan ke­pada RSUP M Djamil Padang aki­bat luka serius dialaminya. Ke­enamnya merupakan kelom­pok petani julo-julo.

Informasi yang dihimpun Pa­d­ang Ekspres, kejadian ini ber­awal ketika keenam korban ber­teduh di sebuah teras rumah war­ga di Korong Ujuangguguak, Na­gari Pasialaweh, usai bekerja di ladang tak jauh dari lokasi ke­ja­dian yang merupakan kawa­san per­bukitan. “Saat itulah tiba-tiba ter­dengar suara petir sangat ke­ras, dan menyambar tubuh me­reka,” ungkap Camat Lubuk­alung Azmi Nur kepada Padang Ekspres kemarin.

Sebelum menyambar ke­enam petani itu, petir menyam­bar rumah tempat para korban berte­duh. Korban dilarikan ke pus­kes­mas terdekat di Nagari Lu­­buk­alung. ”Karena kondisi Bo­­gok dan Mantuang cukup pa­rah, ke­duanya di­rujuk ke RSUD Pa­dang­paria­man, lalu ke RSUP M Djamil Pa­dang,” ung­kap Azmi yang te­ngah meng­upayakan ke­dua kor­ban mendapatkan fa­si­litas Jam­kes­mas atau Jam­kes­da, kare­n­a ter­golong warga ku­rang mampu.

Wali Nagari Pasialaweh Lu­buk­alung, Adnan me­ngatakan, keem­pat korban lain sudah di­perbolehkan pulang setelah men­dapat perawatan di Puskes­mas Lubukalung.

Anismar, 50, istri Bogok ke­tika ditemui di IGD RSUD Pa­ria­man terlihat meng­khawa­tir­kan kon­disi suaminya. “Ajo su­dah sa­ya larang tadi menger­ja­kan sa­wah orang, kare­na hari bu­ruk. Ta­pi tidak apa-apa kata­nya. Ini ja­dinya, dapak musibah,” ratap Anis­mar dalam bahasa Piaman.

Kejadian serupa, menurut Asnimar, pernah terjadi dua ta­hun lalu. Waktu itu, adik bung­sunya meninggal dunia. Se­dangkan bagi Dahliar, 40, istri Man­tuang, musibah ini ibarat su­d­ah jatuh tertimpa tangga. Ia ter­catat korban gempa 2009 yang hingga kini belum men­dapat bantuan, dan Mei lalu rumahnya ambruk diterjang angin puting beliung.

”Langsung pingsan saya men­dengar kabar itu. Saya ini berpenyakit jantung. Tuhan juga yang akan tahu nasib saya,” ujar­nya sambil mengurut kaki sua­mi­nya.

Dokter jaga IGD RSUD Pa­ria­man, dr Dipo Mas Suyudi me­nye­butkan kedua korban me­nga­l­ami luka bakar sekitar 3 per­sen di kedua bahunya. 


sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar