Featured Video

Sabtu, 03 November 2012

SIJUNJUNG DAN PASAMAN BERDUKA-9 Nagari Diondoh Galodo


Di kabupaten Sijunjung dan Pasaman, sekitar 9 nagari dilanda banjir bandang atau galodo. Tak ada korban jiwa. Kerugian miliaran rupiah. Pembalakan hutan ditengarai faktor penyebab.



Musibah banjir silih berganti dan susul menyusul melanda beberapa daerah di Sumatera Barat. Hujan deras yang melanda, menyebabkan be­berapa sungai meluap, dan merendam beberapa wilayah, memutuskan jalur trans­portasi, serta mengisolasi masyarakat.
Dua hari lalu, Solok Sela­tan diondoh banjir besar dan galodo yang menyebakan ratu­san rumah warga dan persa­wahan tak bisa dipanen. Tiga ribu lebih warga mengung­si. Pemerintah Kabupaten Solok Selatan menetapkan tanggap darurat dua pekan. Kerugian miliaran rupiah.
Setelah Solok Selatan, banjir bandang atau pun galodo memporak-porandakan wilayah enam nagari di Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung. Banjir bandang  berawal hujan yang tak henti-henti mengguyur sejak Rabu (31/10) hingga dini hari, Kamis (1/11) yang menyebabkan Batang Sumpu meluap. Tak ada korban jiwa dalam ben­cana tersebut. Kerugian menca­pai Rp8 miliar.
Pada saat yang sama juga,  di Kabupatena Pasaman juga terjadi banjir bandang dan juga longsor di tiga nagari, yakni Tanjung Betung, Kubu Baru, dan Rambahan.
Dari pantauan Haluan di lapa­n­gan, nagari terparah dihantam banjir bandang itu adalah Nagari Unggan dan Silantai. Jalan sepan­jang 3 km di Pangusian rusak total karena terban dan longsor.
Sarana transportasi berupa infrastruktur dua buah jembatan rusak total, 2 irigasi dan 2 bendu­ngan air bersih hanyut dan jebol. Rumah yang terendam 53 buah dan rusak berat 12 buah. Sejumlah  200 kelapa keluarga lebih  mengungsi.
“Dari pantauan di lapangan, tidak ada korban jiwa dari banjir bandang yang melanda enam nagari di Sumpur Kudus. Yang paling parahnya itu di Nagari Silantai, gerbang masuknya itu ada jem­batan di atas Sungai Batang Sumpu sepanjang 18 meter, putus. Korban material masih kita kumpulkan datanya,” kata Syahrial, Kepala BPBD Kabupaten Sijunjung kepada Haluan, Kamis (1/11) .
Dijelaskanya, Tim SAR gabu­ngan saat ini telah melakukan evakuasi warga dan material banjir di daerah tersebut. “ Saat ini kita dari BPBD bekerja sama dengan instansi lainnya seperti PU dan SAR yang ada tengah memberikan pertolongan pertama di lapangan untuk mengamankan lokasi banjir,” lanjut Syahrial.
Dia menambahkan, Tim SAR gabungan hingga kemarin masih beberada di lokasi yang terkena banjir bandang itu, perahu karet serta baju pelampung telah disia­gakan.
Dia menambahkan, masyarakat yang bermukim di sejumlah aliran sungai serta berada di kawasan perbukitan untuk tetap waspada. “Masyarakat untuk waspada terha­dap tanah longsor, dan juga meluap­nya aliran sungai, dimana intensitas curah hujan diprediksi masih tinggi,” katanya.
Banjir bandang yang menye­babkan putusnya jembatan tersebut menjadikan Nagari Silantai dengan tiga jorongnya terisolasi, untuk sementara masyarakat membuat jembatan darurat dari batang pohon kelapa.
Wakil Bupati Sijunjung, Muchlis Anwar yang langsung datang ke lokasi banjir bersama unsur muspi­ka mengatakan bahwa akan menca­ri penyebab banjir yang terjadi dan menyebabkan putusnya akses jalan ke satu nagari di Sumpur Kudus.
“Kita turut sedih dengan kea­daan ini, banjir bandang namun syukurnya tidak ada korban jiwa. Yang namanya musibah bukan kuasa kita sebagai manusia menda­tangkan atau menolaknya. Hanya saja kita perlu berbenah dan mengevaluasi barangkali bencana yang terjadi berasal dari perlakuan kita terhadap palam,” ujar Muchlis Anwar.
Muchlis Anwar meminta warga tetap waspada datangnya banjir susulan.
Terkait permasalahan adanya pembalakan hutan di Kecamatan Sumpur Kudus yang berdampak pada banjir bandang, Muchlis Anwar akan memastikan kebenaran informasi tersebut.
“Terkait penyebab banjir ini adanya pembalakan hutan di daerah bagian selatan Sumpur Kudus, atau hulu sungai, kita tidak bisa lang­sung memonis demikian. Nantilah kita cari kepastian informasinya. Kalau ternyata benar tentu kita akan usut permasalahan ini hingga tuntas,” tambah Wakil Bupati Sijunjung ini.
Andridol, salah seorang tokoh pemuda  di Sumpur Kudus menga­takan, ini baru pertama terjadi banjir bandang di Sumpur Kudus. “Kita sedih dengan musibah ini, banjir bandang dan kita juga berpikir ini akibat illegal logging, perlu diusut tuntas,” katanya.
Jembatan yang putus meru­pakan satu-satunya akses trans­portasi bagi warga, dibangun tahun 1990-an dengan panjang 18 meter. Kalau untuk kondisi saat ini, jika dibangun lagi memakan biaya sebesar Rp1 miliar lebih
“Sebenarnya, dulu pernah putus jembatan di sini juga karena banjir. Nah, untuk kali ini kita juga akan lakukan tindakan secepatnya akan pembangunan kembali jembatan baru. Sebab dengan terisolir tanpa akses jalan kita turut merasakan susahnya,” ujar Kepala Dinas PU Kabupaten Sijunjung, Surya Efendi.
Dengan putusnya akses utama ke beberapa jorong di Nagari Silantai. Sebanyak 200 KK lebih akan terisolir untuk beberapa waktu. “ Di Nagari Silantai itu ada sekitar 200 lebih kepala keluarga. Sayang sekali apabila tidak ada akses jalan,” kata Yenuarita, Kepala Kantor Catatan Sipil Kabupaten Sijunjung.
Akses ke Mapattunggul Selatan Putus
Dari Pasaman juga dilaporkan terjadi musibah sejenis yang melan­da. Hujan yang mengguyur nagari Tanjung Betung sejak pukul 20.00 wib Rabu malam (31/10) sampai pagi Kamis (1/11) membuat bebe­rapa kampung banjir dan longsor. Longsor terjadi di kampung Sawah Torok sedangkan banjir melanda beberapa kampung lainya di nagari Tanjung Betung itu yakni Tanjung Betung, Kubu Baru dan Rambahan.
Longsor yang terjadi di Sawah Torok itu memutuskan akses jalan menuju Kecamatan Mapattunggul Selatan dari Padang Gelugur dan Rao Selatan. Setengah badan jalan itu roboh dibawa air. Padahal bagi masyarakat yang pulang pergi ke Mapattunggul Selatan yang meng­gunakan kendaraan roda empat jalan satu-satunya hanya itu.
Haniful Khairi, salah seorang tokoh masyarakat nagari Tanjung Betung kepada Haluan di lokasi longsor mengatakan,  hujan yang turun seharian membuat debit air bertambah banyak.  Sehingga bandar tempat aliran sungai tidak sanggup lagi menahannya dan air menggenangi perumahan warga. Begitu juga dengan longsor, curah hujan yang deras dan lama mem­buat endapan air tidak tertahan lagi oleh pepohonan yang ada sehingga tanahnya ikut bersama air.
Dari perkiraan sementara kata Haniful Khairi, kerugian ditaksir mencapai Rp400 juta, karena perkebunan dan persawahan warga terendam banjir, satu rumah yang sudah ditinggal penghuninya juga turut terkeba longsor. Selain kerugian yang berhubungan langsung dengan warga, aset pemerintah seperti jalan juga amblas.
Di Kubu Baru, Jorong Tanjung Betung masih Nagari Tanjung Betungjuga terendam banjir. Pulu­han rumah, lima puluh hektare sawah dan puluhan kolam serta satu kantor kesehatan terendam banjir.

sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar