Featured Video

Sabtu, 22 Desember 2012

Berlomba Menabur Free Wi-Fi di Nusantara

Ratusan pelajar melakukan akses internet di atas becak dengan memanfaatkan wifi di jalur "Hot Zone" sepanjang Are Car Free Day, Jl Slamet Riyadi, Solo, Minggu (12/2). Hot Zone yang dipasang sepanjang tujuh kilometer yang membentang di jalan Slamet Riyadi di Solo merupakan jalur internet gratis terpanjang di Indonesia. Tempo/Andry Prasetyo



Mengakses Internet lewat jaringan nirkabel sudah dianggap sebagai kebutuhan banyak orang, mulai pelajar hingga karyawan. Jenis perangkat yang digunakan beragam, tapi yang paling banyak dipakai adalah telepon seluler cerdas.

Harga ponsel cerdas yang semakin murah membuat orang kian akrab dengan Internet. Mahendri, mahasiswi Universitas Warmadewa, Bali, misalnya. Ia lebih banyak memakai ponsel cerdasnya untuk membuka Facebook. 

Yang menarik, Mahendri tak perlu pusing memikirkan soal pulsa yang bakal tersedot. Sebab, di kampusnya kini telah terpasang 31 hotspot yang memberinya akses Internet gratis.

Ternyata layanan hotspot tak hanya tersedia di kampus. Di Bali, tersebar sekitar 3.600 hotspot yang bisa diakses secara gratis dengan identitas Free@WiFiID. Menurut Suryadiningrat, petugas Telkom Bali, setiap titik berkapasitas 10 megabita per detik.

Secara umum, Indonesia tertinggal dibanding beberapa negara Asia dalam urusan layanan Wi-Fi gratis. Saat ini, baru terpasang sekitar 100 ribu titik Wi-Fi. Sedangkan Cina, misalnya, memiliki sekitar 6 juta hotspot.

Korea Selatan memiliki 2 juta titik Wi-Fi, sementara Singapura telah lebih dulu memasang sekitar 500 ribu hotspot. Padahal jumlah penduduk Negeri Jiran itu kurang dari setengah jumlah penduduk DKI Jakarta, yang mencapai 12 juta orang. Jumlah pengguna Internet Indonesia saat ini sebenarnya terus melonjak.

Korea Selatan memang dikenal maju dalam urusan penyediaan akses jaringan Internet bagi warganya. Saat ini, Negeri Ginseng itu telah memiliki sekitar 8,4 juta pengguna jaringan tercepat, yakni Long Term Evolution.

Dengan jaringan tersebut, kecepatan akses Internet bisa mencapai 40-100 megabita per detik. Indonesia mungkin baru akan menyediakan layanan ini pada tahun depan, setelah pemerintah melakukan lelang tender.

Di Jepang, kondisinya sedikit berbeda. Untuk mengakses Internet, warga negara itu cenderung menggunakan layanan vendor telekomunikasi alias membayar dengan membeli kartu atau membawa router Wi-Fi.

Namun, maraknya peranti mobile, seperti tablet dan ponsel cerdas terbaru, membuat beberapa perusahaan mulai menawarkan layanan Wi-Fi gratis. Imbalannya, mereka mendapat pemasukan dengan menampilkan iklan pada layar ponsel, tablet, atau laptop dari pengakses Internet lewat jaringan mereka.

s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar