Featured Video

Sabtu, 15 Desember 2012

Karyanya Dikoleksi Sejumlah Kepala Negara-Syaiful Adnan, Maestro Kaligrafi Islam Indonesia





Tak seperti dunia seni lukis modern, jumlah pelukis kaligrafi Islam dalam peta seni rupa di Indonesia yang tetap eksis berkarya, berpameran dan berkarya lagi, dapat dihitung dengan jari. Salah satunya adalah Syaiful Adnan, 55, pelukis urang awak yang kini bermukim dan berkarya di Yogyakarta sejak puluhan tahun silam.


Kelangkaan pelukis kaligrafi Islam di tanah air itu, menjadikan nama Syaiful Ad­nan tercatat sebagai salah satu pelukis yang masih tetap eksis dan bertahan menekuni kepe­lu­kisan kaligrafi Islam di tanah air, bahkan ke beberapa negara berpenduduk muslim.

Banyak iven-iven nasional bahkan internasional diikuti­nya guna menampilkan luki­san hasil penjelajahan kreati­vitasnya dalam seni lukis kalig­ra­fi Islam. Di antaranya, pame­ran visual art Festival Seni Melayu Asia Tenggara 2012 (See MAAF) yang baru usai diselenggarakan Badan Kerja Sama-Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKS-PTSI) se-Indonesia serta sejumlah pergu­ruan tinggi negara te­tang­ga di antaranya University Tekno­logi MARA Malaysia, Rajabhat University Thailand di graha serambi Mek­kah, Padang Pan­jang akhir November 2012 lalu.

Syaiful Adnan yang meru­pakan alumni jurusan seni lukis SSRI/SMSR (SMKN 4) Padang (1975) kelahiran Sa­niang­baka, Solok, 5 Juli 1957 itu menyebutkan, dalam per­tum­buhan dan perkembangan seni lukis modern di tanah air, seni lukis kaligrafi Islam diakui tidak sedahsyat seni lukis secara umum.

Sebab, pelukisnya harus memahami dunia seni lukis baik secara fisik, nonfisik yang di-back uppenguasaan isi Al-Quran serta maknanya. Kemu­dian, mampu menulis khat seperti gaya Thuluth, Naski, Muhaqqaq, Raihani, Riqai, Taq­wi atau Magribi yang ma­sing-masingnya memiliki karakter.

Bagi Syaiful, melukis dida­sari kesadaran kulturalnya de­ngan menempatkan kali­grafi sebagai pilihan guna merep­resentasikan memori pribadi dan memori kolektif yang me­nyenangi dan menda­lami kali­grafi sebagai pilihan kerja lukis melukis. Yaitu, ranah este­tis artistik didasari pemahaman kuat terhadap aspek-aspek ele­menter berupa garis, warna, bidang, ruang, komposisi dan lainnya dengan mengolah ayat-ayat suci Al Quran menjadi tampilan baru karya seni lukis.

“Hal yang terpenting, luki­san-lukisan juga merupakan ekspresi zikir visual, membaca dan mewujudkan terus mene­rus tentang ayat-ayat Allah,” ujarnya saat ditemui di sela-sela kesibukannya memberi workshopkaligrafi Islam Festival Seni Melayu Asia Teng­gara (See MAAF) di Padang­panjang beberapa waktu lalu.

Syaiful menjelaskan, kee­sa­an Allah SWT dapat dipa­hami melalui rangkaian ayat-ayat suci Al Quran yang me­muat tentang segala ke­ma­habesaran, ke­ma­ha­a­gungan, kemahaindahan dan lain seba­gainya.

Dikoleksi Kepala-kepala Negara

Selama karirnya sebagai pe­lukis, alumni SMSR (SMKN4) Padang ini termasuk salah satu pelukis cukup kuat dalam pe­ngayaan kecenderungan realis dan naturalis. Peralihan ke kaligrafi Islam sebagai profesi kerja lukis-melukis mulai ia dalami jelang menyelesaikan kuliahnya di kota gudeg itu.

Tepatnya, ketika dia me­ngi­kuti pameran perdana ka­ligrafi Islam pada MTQ (Mu­sabaqah Tilawatil Quran) na­sional di Semarang, Jawa Te­ngah tahun 1979 silam. Sejak itu pula, nama dan kar­ya-karya Syaiful Adnan terus meroket di tanah air, bahkan ke sejumlah negara berpenduduk muslim lainnya.

Ketika ditanya apa yang melatarbelakanginya mene­kuni seni kaligrafi Islam se­bagai pilihan kerja lukis-me­lukis, menurut Syaiful, melukis bagi­nya tidak semata meng­geluti masalah estetik dan artistik, melainkan juga me­miliki pers­pektif lain, yakni memberikan sesuatu pesan guna mem­beri­kan motivasi kepada penik­mat sekaligus meneruskan adat kebiasaan menciptakan dan meneruskan makna kehidupan masyarakat dalam bentuk ima­jinatif yang memuat persoalan estetis, artistik hingga ke per­soalan etis.

Melalui karya-karyanya, Syaiful Adnan sejak tahun 1978 hingga kini telah puluhan kali berpameran di dalam maupun luar negeri dalam iven-iven besar regional, na­sional bahkan internasional seperti di Jeddah dan Riyaad (Arab Saudi), Je­pang, Hong­kong, Singapura, Thailand, Brunei Darusalam, Malaysia dan lainnya. Di antara karya-karya masterpiece yang diha­silkannya terdapat se­jumlah kepala negara yang men­jadi­kan lukisannya sebagai koleksi, baik koleksi negara maupun pribadi.

Di antaranya, Mahatir Mu­hamad dan Museum Negara Malaysia, Presiden Republik Islam Pakistan, Zia Ul Haq, Sultan Halsanah Bolkiah (Bru­nei Darusallam) serta sejum­lah orang penting dunia seperti Dr Karel A Steenbrink (AS), Mr Dieter Amsler (Canada). Di dalam negeri kolektor karya Syaiful Adnan tercatat antara lain Istana Negara RI, H Adam Malik (alm), Jend AH Nasu­tion, Azwar Anas, Alamsyah Ratu Prawiranegara, Dewi Montik Pramana, dan lainnya.

Tak Terhipnotis Budaya Sekuler

Di tengah-tengah bertabu­ran persoalan finansial karya-karya seni rupa saat ini baik di Indonesia maupun di sejumlah negara yang memiliki kecen­derungan mengoleksi karya-karya dari Indonesia, Syaiful Adnan tidak terhipnotis de­ngan budaya sekuler.

“Menekuni seni lukis kali­grafi Islam tidak sepatutnya didasari tujuan duniawi, baik untuk ketenaran, meraup ma­teri maupun alasan lainnya. Yang penting bagaimana ke­mam­puan berolah seni lukis kaligrafi mem­buat seseorang makin dekat dengan Allah SWT dan Rasulnya kemudian mampu mengolah lukisan kali­grafi Islam menjadi sajadah panjang yang menuntun pe­nik­matnya kedalam keesaan Allah SWT dengan segala ben­tuk ciptaan-Nya di muka bumi ini,” ujar pria yang merupakan salah seorang dewan hakim (khat) Daerah Istimewa Yog­ya­karta itu. (***)
Muharyadi, pendidik, kurator dan pegiat seni rupa tinggal di Padang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar