Featured Video

Jumat, 21 Desember 2012

Keindahan Nusantara dari Mata Kita


KOMPASKeindahan nusantara dari mata kita.
 Menjelang akhir tahun, setelah menjalani ujian akhir sekolah, kita pasti ingin santai. Pelatihan jurnalistik dengan tema Keindahan Nusantara menjadi salah satu kegiatan yang dipilih MuDAers dari Bekasi, Jawa Barat.


Sambil menikmati pameran foto Ekspedisi Cincin Api yang digelar di lobi Kantor Redaksi Kompas, Jalan Palmerah Selatan 26-28, Jakarta, mereka mendapat pengetahuan tentang jurnalistik.

Sejak sekitar pukul 09.00, Rabu (19/12), sekitar 100 siswa SMA An Nur, Madrasah Aliyah (MA) Unggulan An Nur, dan SMK Mandiri, Bekasi, sudah memenuhi lobi gedung. Mereka bersiap mengikuti pelatihan jurnalistik yang digelar di antara foto-foto hasil Ekspedisi Cincin Api yang dilakukan Kompas di Tanah Air, selama setahun lalu.

Pelatihan jurnalistik buat MuDAers tersebut, merupakan kerja sama Kompas dengan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara, Bekasi.

Selama sekitar dua jam, peserta pelatihan mendapat materi pengenalan jurnalistik dasar dari wartawan Kompas, Agus Hermawan. Mereka juga mendapat pengetahuan tentang fotografi dari pewarta foto Kompas, Raditya Helabumi.

Suasana pelatihan memang seru dan heboh. Apalagi setiap penanya, mendapat suvenir dari Kompas MuDA. Enggak cuma mendapat pengetahuan baru tentang jurnalisme warga dan fotografi, tetapi peserta pelatihan juga langsung mempraktikkannya. Dalam waktu sekitar satu jam, mereka diminta untuk menulis dalam selembar kertas dan membuat foto dari kamera masing-masing.

Ada peserta yang dengan kesungguhan hati menulis dan memotret sebaik mungkin. Tetapi sebagian lainnya ada yang sekadar memenuhi ”kewajiban”. Misalnya, ada peserta yang hanya menulis dalam dua alinea pendek, kisahnya berkaitan dengan apa yang terjadi di Tanah Air.

Namun salah satu peserta, Eryan Razha Syuhada dari MA An Nur, bahkan sudah menyiapkan karya fotonya dari rumah. Dia memotret suasana di sekitar rumahnya, kawasan Kaliabang, Bekasi.

Sementara sekelompok siswi SMA An Nur sibuk berdiskusi mengenai apa yang hendak mereka tuliskan tentang keindahan Nusantara. Beberapa di antara mereka menuliskan kerangka tulisan, yang lainnya urun bicara tentang apa saja isi tulisannya.

”Menulis itu gampang-gampang susah ya,” kata Novi Agustina, siswi SMA An Nur yang baru berhasil menuliskan beberapa kalimat dalam waktu hampir satu jam.

Menggali potensi


Salah seorang panitia acara tersebut, Egis Yulianti, mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara mengungkapkan, pelatihan jurnalistik bagi siswa setingkat SMA ini menjadi alternatif kegiatan untuk mendorong pelajar mengembangkan bakat dan minatnya di dunia jurnalistik.

”Anak muda sudah terbiasa dengan media sosial, jadi mereka sebenarnya bisa menulis. Sayang kalau potensi yang sudah ada itu tak berkembang hanya karena mereka tidak tahu bagaimana caranya,” kata Egis.

Untuk itu, panitia membebaskan siapa pun siswa mengikuti pelatihan jurnalistik. Kesempatan ini tak hanya dibuka bagi pelajar yang aktif mengisi majalah dinding di sekolah, atau mengikuti ekskul jurnalistik.

Destriani (16), siswi kelas XII SMK Mandiri, bercerita, dia langsung mendaftarkan diri ikut pelatihan jurnalistik setelah kesempatan itu diumumkan di sekolahnya. ”Saya pengin tahu dunia jurnalistik, meskipun selama ini di sekolah saya mengambil ekskul teater dan tari saman,” ujar Destriani.

Setelah mendapatkan pengetahuan tentang jurnalistik, dia berkomentar, ”Jadi penulis itu berarti kita mesti punya wawasan yang luas, mesti rajin membaca. Menulis memaksa kita jadi suka membaca ya...”

Sari Utami (16), juga siswi kelas XII SMK Mandiri, menambahkan, kiat menuangkan dulu semua isi pikiran baru kemudian memilah-milahnya, adalah tip baru baginya. Saat diminta menulis dan mengirimkannya kepada Kompas MuDA, jawab dia, ”Saya baru belajar, takut enggak bisa memenuhi standar Kompas.” Padahal enggak gitu kok, ayo berani menulis nanti pasti tim Kompas MuDA membantu dan membimbing.

Sementara bagi Muhammad Farhan Rizaldy (16), siswa kelas X MA An Nur, waktu yang disediakan panitia terlalu singkat. Dia tak punya kesempatan bertanya tentang sudut pandang yang harus dipilih seseorang saat mengambil foto.

Adapun Mochamad Devghan (17), siswa kelas XI MA An Nur, justru lebih tertarik dengan pameran foto Ekspedisi Cincin Api. ”Foto-fotonya menarik, sayang informasi tentang kisah-kisah di balik foto itu kurang banyak. Info yang pasti ada cuma tempat dan waktu foto itu dibuat,” ujar Devghan.

Bagi Maulana, salah seorang guru pendamping dari MA An Nur, kegiatan semacam ini menjadi rangsangan bagi para siswa untuk belajar menuliskan isi pikirannya. Dari hasil tulisan siswa pun, guru bisa mengetahui seberapa jauh pengetahuan siswa tentang suatu hal.

”Anak muda umumnya enggak suka membaca koran, mereka lebih senang menonton televisi. Ini membuat pengetahuan mereka pada berbagai hal jadi terbatas,” kata dia.

Buat MuDAers, meski belum pernah mengikuti pelatihan jurnalistik, tetapi belajar menulis itu tidak ada ruginya. Kita cuma perlu semangat dan tekad untuk memulainya...


s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar