Featured Video

Selasa, 15 Januari 2013

Bunuh Diri, Ibu Muda Tinggalkan Secarik Surat


Bunuh Diri, Ibu Muda Tinggalkan Secarik SuratTribunnewsbatam.com/WidodoIlustrasi
Kata-kata mengiris hati menyertai rasa duka mendalam yang dialami keluarga Manotar Simorangkir (32), warga perumahan Puteri Hijau, Sagulung, Batam. Sang istri, Maritan Manulang (30), ditemukan meninggal tergantung di ruang tengah rumahnya, Senin (14/1/2012) siang kemarin.


Tak jauh dari tempat itu keluarga pun menemukan secarik kertas yang berisi pesan-pesan terakhir Maritan kepada suami. Ia berpesan agar sang suami menyayangi kedua putrinya, Ika dan Putri. Bahkan jika tak sanggup mengasuh, Maritan berpesan agar keduanya dititipkan kepada orang yang dipercayai.

"Pa, maafkan langkahku ini. Kutitip Ika dan Putri, tolong jaga dan besarkan mereka dengan penuh kasih sayang, karena aku tak sanggup lagi menanggung malu ini," demikian sepenggal kalimat yang tertulis dalam surat wasiat yang dialamatkan kepada sang suami.

Kepada anak sulungnya, Maritan juga berpesan agar selalu menjaga dan menyayangi adiknya, Putri. "Ika, jaga Putri buat mama yah, sayangi adekmu yah. Maafkan mama, boru mama, aku tak sanggup lagi."

Maritan diduga nekat mengakhiri hidupnya dengan cara pintas gantung diri karena terimpit masalah ekonomi. Dalam pesannya, Maritan menyatakan pada Senin kemarin merupakan tanggal jatuh tempo membayar rumah. Padahal ia tak memegang uang lagi. Kepada suaminya ia juga meminta maaf karena tanpa memberitahukan sebelumnya, dirinya telah berutang kepada orang lain.

Kenekatan Maritan dilakukan ketika kedua anaknya, Ika dan Putri maupun suami sedang tidak ada di rumah. Dua anaknya ke sekolah, sedangkan suaminya bekerja di sebuah perusahaan galangan di Tanjunguncang, Batam. Semuanya baru terkuak saat adik sepupunya, Dumang Manulang datang dan berniat menemuinya. Namun ketika rumah digedor, ternyata kakaknya tak menyahut.

Dari celah-celah jendela, Dumang mengetahui Maritan telah tewas dengan posisi tergantung. Dumang yang tinggal satu kompleks dengan keluarga Manotar-Maritan, mengaku, kakak sepupunya itu sempat mengeluh demam. Karena itu, dirinya diminta untuk menjemput Putri dari sekolah.

Dumang mengaku, sebelum menjemput Putri di sekolah, dia berniat menemui Maritan sekaligus melihat kondisi sakitnya saat itu. "Saya gendor-gedor pintu, tetap tidak ada yang buka. Bahkan saya panggil-panggil tidak ada yang sahut. Penasaran saya coba lihat melalui celah celah jendela dan kakak saya sudah tergantung di pintu ruangan tengah yang jadi satu dengan dapur. Spontan saja saya teriak," ujar Dumang.

Diceritakan, bau menyengat obat anti serangga juga menyeruak menerpa seisi rumah, siang itu. Tak jauh dari tempat itu terdapat juga botol racun serangga dan piring yang diduga digunakannya. Karena kaget, Dumang histeris dan berteriak-teriak minta tolong. Warga pun langsung berdatangan dan mendobrak pintu rumah korban setelah mendengar tariakan itu. Namun upaya untuk memberikan bantuan sudah terlambat karena Marintan sudah meninggal dunia. "Kakak saya sudah tidak ada lagi, beberapa warga berusaha membuka pintu dengan menobrak, tapi terlambat. Kakak tak bisa tertolong," katanya.

Langsung pingsan
Manator yang sedang berada di tempat kerjanya langsung dijemput polisi dan warga. Pria itu langsung histeris melihat jasad istri yang sudah berada di dalam kantong jenazah. Manator langsung memeluk kepala istrinya sambil menangis. "Aku lagi kerja Mak, kenapa lakukan ini Mak. Bangun Mak. Bagaimana anak-anak kita," teriak Manator.

Tak lama kemudian Manotar jatuh pingsan. Setelah sadar, Manator pun tak kuasa membaca wasiat yang disampaikan istrinya. Hanya saudara-saudaranya yang kemudian membuka secarik kertas itu untuk selanjutnya diserahkan kepada polisi.

Secara lengkap surat itu berbunyi: "Pak, maafkan aku atas langkah yang kuambil ini, aku tak sanggup lagi menanggung penderitaan yang aku buat sendiri tanpa sepengetahuanmu. Aku banyak buat hutang. Sekali lagi aku mohon maaf, biarlah kesalahan yang aku lakukan ini kutanggung sendiri. Dan hari ini jatuh tempo pembayaran angsuran rumah, aku tak pegang apa-apa lagi. Kutitip Ika dan Putri, tolong jaga dan besarkan mereka dengan penuh kasih sayang, karena aku tak sanggup lagi menanggung malu ini."

"Ika, jaga Putri buat mama yah, sayangi adekmu yah, maafkan mama, boru mama aku tak sanggup lagi. Papa, jangan sampai kau biarkan Ika sama Putri menderita sepeningalku. Kalau kau tak sanggup mengasuh mereka, titipkan mereka sama orang yang kau percayai. Aku sangat sayang sama kalian, tapi aku tak mampu lagi".

Jenazah Maritan akhirnya dimakamkan di tempat pemakaman umum di Sagulung. Polisi masih menyelidiki kejadian ini. Kepala Polsek Sagulung AKP Edi Buce mengatakan diduga korban nekat gantung diri. Ia menggantung menggunakan seutas tali dari kain dengan mengenakan celana panjang jeans dan kaos putih yang dibalut jaket warna coklat.

Kuat dugaan korban terlebih dahulu minum cairan obat anti nyamuk. Di samping surat wasiat, juga ditemukan piring yang masih ada sisa cairan yang pekat dengan bau aroma cairan anti serangga. "Kita belum bisa pastikan penyebab korban nekat gantung diri. Tapi dari barang bukti berupa surat wasiat yang sengaja dibuat korban dan keterangan saksi, kuat dugaan korban bunuh diri," ujarnya.

Menurut para tetangganya, Maritan termasuk ibu rumah tangga yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial di lingkungannya. Ia bahkan juga ditunjuk sebagai bendahara grup arisan. Namun demikian, warga maupun keluarga tidak memastikan apakah tindakan ini juga ada kaitannya dengan posisinya itu atau tidak. Sebagai ibu rumah tangga, ia juga dikenal biasa-biasa saja. Selama ini suaminyalah yang bekerja untuk menopang keluarga sebagai karyawan di sebuah perusahaan galangan.
Sumber :
Tribun Batam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar