Featured Video

Selasa, 15 Januari 2013

Pengurus Rogoh Kocek Sendiri


KOMPAS Images/TRIBUN MEDAN/DEDY SINUHAJI
Seorang bocah kedinginan saat menjadi anak gawang pada pertandingan Divisi Utama Liga Indonesia antara PSMS Medan melawan Pro Titan FC di Stadion Teladan, Medan, Sumatera Utara, Rabu (12/1/2011). Pertandingan yang sempat dihentikan karena lapangan banjir ini dimenangkan PSMS Medan dengan skor 2-0.


 Pengurus PSMS Medan, Sumatera Utara, hingga kini masih mencari sponsor untuk operasional klub. Untuk sementara, operasional klub ditalangi dari kocek pribadi pengurus hingga sponsor resmi didapat.

Sekretaris Umum PSMS Medan Iswanda di kantornya, Jumat (11/1/2013), mengatakan, untuk sementara kebutuhan operasional PSMS yang membutuhkan dana Rp 4 miliar hingga Rp 5 miliar tiap satu musim kompetisi diambil dari kantong pribadi pengurus, termasuk memberi panjar kepada sembilan pemain yang dikontrak oleh PSMS. ”Nanti kalau sudah mendapat sponsor, kan, diganti,” kata Iswanda.

Pihaknya juga sudah berkeliling mencari sponsor. ”Kami sudah mengajukan proposal ke berbagai perusahaan. Ada beberapa pihak yang sudah mendekat, tetapi sampai hari ini belum sepakat,” kata Iswanda.

Menurut Iswanda, pendekatan kepada sponsor semakin sulit karena terjadi dualisme kepengurusan di tubuh PSMS Medan, yakni PSMS pimpinan Benny Harianto Sihotang yang didukung Wali Kota Medan Rahudman dan PSMS versi Indra Sakti Harahap.

”Namun, kami optimistis, sebelum kompetisi berlangsung pada pertengahan Februari, sponsor sudah kami dapat,” kata Iswanda, yang timnya berkompetisi di Liga Primer Indonesia.

PSMS versi Indra Sakti Harahap, yang bertanding di Liga Super Indonesia, sementara juga mengandalkan kantong pribadi pengurus untuk operasionalisasi klub, dengan jumlah Rp 400-500 juta per bulan.

”Pokoknya kerja bersama- samalah dengan pencinta PSMS. Untuk peralatan sudah ada sponsornya. Kalau operasional, kami masih mencari,” kata Indra yang sudah mengontrak 26 pemain untuk mengikuti ISL pertengahan Februari nanti.

Konflik dualisme kepengurusan ini juga membuat Stadion Kebun Bunga, tempat PSMS berlatih, menjadi rebutan. PSMS versi Indra telah mendapat ultimatum untuk meninggalkan Stadion Kebun Bunga dari Wali Kota Medan. Selama ini, dua kepengurusan PSMS berlatih bergantian.

Indra dan Iswanda mengakui, polemik di tubuh PSSI melelahkan dan harus dituntaskan karena berimbas ke daerah. Keduanya menitipkan pesan agar Menpora yang baru bisa membereskan masalah di PSSI.

Masalah keuangan juga membuat PSM Makassar harus mengandalkan uang pribadi pelatih, Petar Segrt, untuk membayar gaji pemain yang tertunggak. Petar dua kali menalangi gaji anak buahnya senilai Rp 400 juta.

Putusnya dana aliran APBD yang berjumlah puluhan miliar rupiah membuat banyak klub kesulitan mencari sumber keuangan lain.


s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar