MUHASABAH PENUH TANGIS
Keluarga besar SMAN 1 Batang Anai hingga hari ini masih berduka menyusul kecelakaan lalu-lintas tragis yang terjadi Selasa lalu di jalur Padang – Lubuk Alung.
Kecelakaan itu merenggut nyawa empat orang siswa dan seorang guru SMAN 1 Batang Anai tersebut adalah Magistra Afdlalur Rahman, duduk dikelas XII-IPA-2 yang berasal dari Lubuk Buaya, Yunisa Afridisma, duduk di kelas XII IPA-3 berasal dari Duku, Citra Wulandari , duduk dikelas XI IPA-1 yang berasal dari Padang Sarai Permai. Sedang guru SMA tersebut yang juga jadi korban adalah Jalimar yang sehari-hari mengajar bidang studi matematika.
Beberapa korban lainnya dari siswa SMAN 1 Batang Anai kini sedang dirawat di RSUP Dr. M.Djamil Padang. Mereka adalah Deni Ariska Putri, duduk di kelas X-6 yang berasal dari Talang Jala dan Fanny Andika, duduk dikelas XII IPA-3. Serta yang mengalami patah kaki dan tangannya sedang rawat jalan. Kemudian Tisha Septria, duduk kelas XI-IPA-1 berasal dari Anak Air, Padang dan Wira Mardila, kelas XI-IPS-5 yang berasal dari Talang Jala.
Wartawan Haluan yang menelusuri SMA 1 Batang Nai memperoleh cerita bahwa mereka adalah murid-murid yang pintar dan berprestasi di kelasnya. Seperti Yunisa Afridiswa adalah utusan Kabupaten Padang Pariaman ke tingkat Sumatera Barat untuk olimpiade kebumian pada tahun 2011 lalu. Serta Wira Mardila yang merupakan utusan Sumatera Barat untuk Jambore Raimona di Papua di tahun 2012 lalu.
Sementara itu selain siswa, SMA N 1 Batang Anai juga kehilangan seorang guru matematika, Jalimar yang telah mengajar selama tujuh tahun di SMAN 1 Batang Anai. Sebelumnya dia mengajar selama tiga belas tahun di SMAN 1 Batu Basa, Aur malintang, Sungai Geringging, Padang Pariaman. Guru tersebut adalah pengajar senior yang mudah dipahami oleh para siswa.
Kemarin para siswa tak bisa menahan isak tangis saat dilaksanakan muhasabah di lapangan upacara SMAN 1 Batang Anai. “Seolah tak percaya dengan kepergiannya kawan-kawan itu yang begitu cepat. Karena pada hari senin (14/1) mereka masih saling bercerita, sama-sama belajar dikelas,” kata salah seorang siswa perempuan.
Dia bahkan mengaku baru kemarinnya mendapat pelajaran hitung-hitungan dari guru matematikanya.
Saat kejadian pada hari Selasa (15/1) Kepala SMAN 1 Batang Anai, Drs. Mulyadi.R, MM meliburkan sekolah dan mengajak seluruh siswanya untuk membezoek, melayat, dan bertakziah pada malamnya di rumah duka teman-teman dan gurunya yang telah meninggal dunia.
Pada hari Rabu (16/1) pagi, seluruh siswa dan majelis guru berkumpul di lapangan upacara untuk bermuhasabah atas kehilangan teman-teman dan gurunya. Acara tersebut dilanjutkan dengan shalat ghaib bersama yang diimami oleh guru agama, Taufik Sabirin. Hal ini dikarenakan dalam penyelenggaraan jenazah tidak semuanya yang mengikuti karenakan para korban dan rumah duka terpisah-pisah tempat tinggalnya.
Sementara itu Reza Silvia Ningsih, siswa yang berasal dari Kasang baru dikebumikan di waktu siang (16/1) setelah shalat zuhur. Seluruh para murid dan majelis guru hadir di rumah duka, untuk berpartisipasi dalam memandikan, mengafani, menyolatkan dan mengantarkannya ke tempat makam.
Bendahara siswa dikelas XII-IPA-3 ini tidak dapat diselamatkan nyawanya karena operasi dibagian rahim. Hingga pada jam 19.30 ia dinyatakan dokter telah meninggal dunia. Seluruh Majlis guru dan para siswa pergi melayat sekaligus berpartisipasi menyelenggarakan jenazah almarhum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar