Featured Video

Senin, 03 Juni 2013

Timnas Ideal Versi Jacksen F Tiago


Jacksen F. Tiago (VIVAnews/Fernando Randy)
 Beda pelatih, beda metode. Itulah yang terjadi di tim nasional Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Setiap pelatih punya cara tersendiri dalam membimbing dan membangun Tim Merah Putih.


Di zaman Alfred Riedl, skuad Garuda wajib memiliki disiplin tinggi. Barang siapa yang bertindak macam-macam, akan dikeluarkan dari timnas. Ini pernah terjadi pada penyerang Persipura Jayapura, Boaz Salossa.

Di SEA Games 2011, beda lagi. Rahmad Darmawan yang memimpin timnas U-23 tak pernah mengekang pemainnya. Ia juga sering memberikan kebebasan pada Titus Bonai dan kawan-kawan.

Lalu, bagaimana timnas Indonesia di tangan Jacksen F Tiago. Jacksen selama ini dikenal sebagai pelatih yang kalem, namun kadang juga suka meledak-ledak di lapangan.

"Kalau saya, orangnya fleksibel. Saya orang Brasil. Budaya kami mengutamakan hasil di lapangan. Saya memiliki sisi disiplin karena saya pernah ikut wajib militer di Brasil, tapi saya mau tim saya lebih mengutamakan respek," kata Jacksen di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Minggu 2 Juni 2013.

"Tim bisa sukses jika saling menghargai batas-batas kewajaran yang ada. Semua pemain itu atlet dan mereka tahu kewajiban masing-masing. Mereka harus berada dalam kondisi prima."

Di mata Jacksen, tak ada gunanya menerapkan "jam malam" saat pelatnas. "Karena, pemain tetap bisa berhubungan dengan dunia luar melalui internet. Intinya, kita harus membangun hubungan di mana kita saling menghargai. Karena, tujuan utamanya adalah membawa Indonesia berprestasi."

Selama melatih Persipura, Jacksen mampu menciptakan tim yang solid. Ia pun ingin melakukan ini di Tim Merah Putih. Bagi Jacksen, timnas yang ideal adalah timnas yang memiliki keseimbangan.

"Menyerang dan bertahan harus seimbang. Tim saya juga harus punya karakter. Selain itu, kita wajib mempelajari kekuatan dan kelemahan lawan. Kita harus memanfaatkan kelemahan mereka."

Mengenai formasi di lapangan, Jacksen tak terlalu mementingkannya. Baginya, formasi cuma sekedar pola di atas kertas. "Karena kalau sudah di atas lapangan, segalanya berubah. Yang penting adalah kinerja dan tugas masing-masing pemain."

"Mereka harus tahu apa yang dilakukan sebagai tim saat memegang bola dan saat kehilangan bola," ucapnya. 

s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar