Featured Video

Sabtu, 08 Oktober 2011

Pojok Harian Singgalang- Serius untuk Tidak Serius


+ Sebidang parak lado dipanen maling
- Waang liang, sumbarang daruak se

+ Potensi daerah harus dikembangkan
- Potensi-potensi cek apak lai, lado den alah habih ko-a
(Pojok Singgalang, Senin, 3 Oktober 2011)

Saya yakin, banyak yang tertawa atau paling tidak tersenyum setelah membaca Pojok Singgalang yang dikutip ini. Entahlah kalau sedang sakit gigi, sulit untuk buka mulut untuk sekadar tersenyum.
Ini serius. Pojok Singgalang setiap edisinya, paling tidak selalu membuat pembaca senyum dikulum-kulum. Rubrik satu ini patut selalu ada dan perlu dijaga. Jangan terhapus begitu saja.
Di sela-sela berita yang serius, memang setiap media mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda. Pojok, sebuah rubrik yang mencoba untuk mengakali agar pembaca tidak melulu serius berhadapan dengan bacaan yang disajikan. Lalu mengernyit jidat. Setiap media punya rubrik seperti ini, mengomentari berita yang terpilih dan bisa dikomentari dengan sedikit kalimat nakal.
Jika di Singgalang namanya Pojok, di Republika namanya Rehat. Sedangkan di Kompas, disebut Mang Usil. Sifatnya sama, namanya berbeda.
Saya sering membaca rubrik seperti ini, selain rubrik yang bercerita tentang redaksi. Biasanya, bernama Salam Redaksi, Surat Dari Buncit (detik.com), Dari Redaksi, dst. Rubrik seperti ini, bagi saya, yang pernah di media, memiliki peran unik di antara banyak berita yang serius untuk dibuat dan dibaca. Ia memberi tawaran yang berbeda. Serius, santai, enak dibaca. Tentu saja, menghibur pula hendaknya.
Di tengah persaingan media cetak yang makin ketat, kreativitas awak redaksi memang terus dituntut selalu bernas. Mulai dari pilihan berita hingga rubrik yang dise diakan. Rubrik memiliki kekuatan khas untuk mempertahankan daya beli. Apalagi bila pembaca dan pembeli juga memiliki kepentingan, misalnya menggandrungi, menyukai, jenis dan gaya tulisan yang dihidangkan.
Nah. Pojok Singgalang ini telah mampu menyita waktu, khususnya saya, agar setiap pagi menyediakan kesempatan untuk melirik ke Pojok. Konon, pojok ini dibuat secara serius oleh awak redaksi, untuk melahirkan yang tidak serius. Bocoran ini saya tanya ke redaksi, bagaimana cara membuatnya. Hingga pembaca suka dengan Pojok dan dengan beberapa kata dan kalimat saja, mampu membuat saraf tawa kita tergugah.
Kadang tak hanya tertawa, tapi juga sedih, juga ikut marah. Jadi, lumayan mempengaruhi emosi setelah membacanya. Yang paling acap, memang berjenis cemeeh dan menimbulkan decak, tawa, juga haru. Begitulah, ceritanya sebuah Pojok di Singgalang.
Berikut dua pojok lagi:

+ Jualan goreng pisang, agunan harus rumah
- Mode ko, patah skonde wak mah
+ Di luar Jawa, Sumbar penukar receh terbesar
- Patuiklah, nan badarai se sampai ka awak
(Pojok Singgalang, Rabu 24 Agustus 2011)

+ Wapres dan Sri Mulyani dilaporkan ke KPK
- Lah bosan lo deyen iko-iko se nan dibahas
+ Jika dihukum, PNS bisa diberhentikan
- Sumbarang apak lah
(Pojok Singgalang, Sabtu, 10 September 2011)
Saya suka. Benar, saya suka. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar