Featured Video

Jumat, 18 November 2011

TROPI-TROPI KESEPIAN DI BALAIKOTA


RAGAM keberhasilan Kota Padang dalam berbagai bidang kegiatan, tak hanya ditun­jukkan dengan sejumlah piagam dan plata. Namun juga dibuktikan dengan kehadiran puluhan tropi dari berbagai instansi dan lembaga pemerintah serta swasta.

Tropi-tropi yang selama ini disusun berjajar dalam sebuah lemari kaca  di ruang tunggu Walikota Padang di lantai dua bangunan usang buatan Belanda di Jalan M Yamin No 70 Padang itu seakan menunjukkan bahwasanya Kota Padang bukanlah sebuah daerah tanpa prestasi sama sekali.
Kehebatan dan prestasi menju­lang yang direpresentasikan dalam puluhan tropi tersebut, jelas menjadi kebanggaan daerah. Tak hanya pemerintah yang bangga, namun seluruh elemen warga Kota Padang.
Musibah gempa besar berkekua­tan 7,9 SR pada 30 September 2009 lalu, ternyata tak hanya merubuhkan kehebatan daerah dengan gedung-gedung hebatnya, sarana ekonomi yang maha canggih serta infrastruktur pendukung lainnya. Tapi juga meru­buh­kan kesombongan “rumah” dari puluhan tropi tersebut.
Bagai tak bertulang, etalase dua tingkat berwarna coklat tua itu patah dua dan puluhan tropi serta plakat dan piagam yang selama ini berdiri “sombong” didalamnya berhamburan ke luar dengan kondisi yang mem­­i­ris­kan. Sebagian ada yang penyok, ada pula yang patah dua bahkan tak sedikit yang harus dibuang ke tong sampah karena sudah tak berbentuk lagi.
Sebagaimana halnya rumah-rumah warga yang “belum” terdaftar oleh tangan-tangan gemulai petugas pendata gempa atau yang biasa disapa fasilitator yang tetap dibiarkan ambruk, rusak dan tak berbentuk, rumah tropi-tropi tersebut juga berada dalam keadaan yang mengkha­watirkan.
Meski tetap tersusun dalam sebuah etalase yang tak lagi berkaca yang diurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil, namun sesung­guhnya tropi-tropi tersebut dirundung sepi berkepanjangan.
“Rumah” megahnya yang telah hilang, kaca hiasnya yang telah pecah, belum jua terganti. Meskipun peme­rintah daerah telah melaksanakan rehab rekon bagi seluruh infrastruktur yang rusak sejak awal 2010 lalu, namun sang piala tetap dibiarkan berdingin-dingin dalam ruang tak berdinding.
Rehab rekon yang dilakukan pemerintah ternyata tak menyentuh rumah tropi kebanggaan, sehingga kebanggaan daerah itu menjadi lebih akrab dengan debu, dengan nyamuk dan senyum sinis masyarakat selaku tamu kepala daerah terhadap tropi jika kebetulan tatapannya mampir di ujung barat ruang tunggu sang walikota.
Tropi memang benda mati, namun sebagai kebanggaan daerah tentu layak kiranya dia mendapatkan perhatian agar tak terus bergelimang sunyi dalam debu yang terus me­ngeru­bunginya.
Sejumlah petinggi daerah yang lalu lalang di koridor atas gedung Balaikota Padang, bagaikan tak tersentuh untuk memperhatikan nasib si tropi. Padahal, saat diterima dia adalah sebuah perlambang kehebatan Kota Padang.
“Etalase tropi-tropi tersebut dalam pembuatan, mudah-mudahan dalam waktu dekat telah selesai,” kata seorang petugas kebersihan yang tetap dengan setia menyeka dan membersihkan sang tropi dari gumulan debu yang memeluknya. Teddy Gustedria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar