Featured Video

Kamis, 12 Januari 2012

JELANG PILKADA, DUKUN LARIS


Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar mengatakan, di era reformasi dan globalisasi dewasa ini ada fenomena yang makin menguat di tanah air bahwa menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) praktik perdukunan makin menguat dengan diiringi permainan “amplop” atau pemberian uang.

Hal ini merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan, kata Nasaruddin Umar di hadapan ratusan warga Kementerian Agama Provinsi Riau saat berlangsung Hari Amal Bakti (HAB) ke-66 kemen­terian tersebut, di Pekanbaru, Minggu (8/1) malam.
“Praktik mistik dan dukun laris di Pilkada,” kata Nasaruddin yang tiba-tiba disambut tepuk tangan riuh para tamu undangan. Hadir pada acara tersebut Ka Kanwil Kemen­terian Agama Provinsi Riau, H. Asyari Nur dan para pejabat di lingkungan kementerian setempat.
Wamenag mengaku prihatin dengan kejadian tersebut. Sebab, selain merusak nilai-nilai agama juga membawa pengaruh buruk bagi kehidupan berbangsa. Semen­tara di sisi lain ia melihat para calon yang bertarung dalam Pilkada merasa tak percaya diri jika tidak didukung dukun. Mereka merasa tak punya pegangan. Padahal perbuatan demikian telah menyeret yang bersangkutan terjerumus ke tindakan musrik.
Pada saat bersamaan Pilkada berlangsung, lanjut Wamenag, permainan sogok atau amplop ikut mengiringi. Semua harus berbau amplop untuk memuluskan keingi­nan yang pada akhirnya secara tak sadar membawa keruntuhan akh­lak, etika dan nilai agama.
Jika kejujuran dan bertindak di luar koridor tuntunan agama, kata Nasaruddin Umar,sehingga jangan heran kekerasan atas nama agama pun ikut mewarnai, seperti terorisme.
Dukun/paranormal semakin laris. Fungsi dan peran mereka yang dulu ditutup-tutupi kini sengaja dibuka lebar-lebar. Kini mereka berani tampil di muka umum dan pasang iklan di media cetak atau elektronik. Praktik paranormal/dukun kini menjadi profesi.
Gejala lari ke dukun, paranormal atau “orang pintar” kini semakin mengakar kuat di setiap lini masyarakat. Entah berapa banyak pejabat, pengusaha, kalangan profesional, intelektual dan rakyat biasa telah menjadi konsumen atau pelanggan jasa perdukunan. Kondisi ini merupakan lahan subur bagi dunia perdukunan dan paranormal. Mereka kian gencar beriklan tentang kemampuan dan kesaktiannya yang disertai gelar atau nama yang aneh, berbau magis dan terkadang nyele­neh. Mengapa dunia perdukunan semakin subur? Ironisnya ini terjadi di masyarakat yang mengaku religius dan agamis.
Maraknya perdukunan disebab­kan, di antaranya: lemah iman dan kurangnya pemahaman agama.
Lemah iman (kurangnya keya­kinan bahwa Allah adalah tempat meminta segala keperluan) adalah faktor utama bagi seseorang untuk mencari alternatif lain untuk menyelesaikan permasalahan hidup. Meminta pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat merupakan solusi Islami dan tepat untuk menyelesaikan masalah. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153)
Membungkus dunia perdukunan dengan agama. “Kami tak melaku­kan apa-apa, hanya berdoa kepada Allah, dan atas ridhaNyalah doa kami itu terkabul”, tutur seorang paranormal di sebuah media. Ungkapan di atas dan semisalnya adalah ucapan klise yang sering keluar dari mulut paranormal/dukun. Mereka berlindung di balik kata “doa” dan nama “Allah” untuk mengelabui orang dan meyakinkan bahwa kemampuan yang dimiliki­nya itu adalah pemberian dari Allah dan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Untuk membantah syubhat (kerancuan) ini, perhatikanlah firman Allah: “Iblis menjawab, ‘Demi kekuasaan (izzah) Engkau,aku akan menyesat­kan mereka semua-nya’.” (Shad: 82).
Iblis makhluk yang telah nyata kekafirannya kepada Allah (Al-Baqarah: 24) menggunakan sifat Allah (Al-Izzah) dalam bersumpah. Maka bukan suatu hal aneh jika mereka menggunakan nama Allah, membaca (potongan) ayat-ayat Al-Qur’an sebagai mantera. Penggu­naan simbol-simbol agama bukan ukuran kebenaran. Bukankah iblis yang menggunakan sifat Allah ketika bersumpah tidak menjadi pembe­naran bahwa ia sesungguhnya tidak sesat dan menyesatkan. Selain itu, mereka mengatakan bahwa ilmu yang diberikan berdasar pada agama (Al-Qur’an). Tapi pada saat yang sama, mereka juga membe­rikan syarat, azimat dan amalan-amalan yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an atau tidak diajarkan oleh Al-Qur’an.
Ajaran Sufisme
Ajaran Sufisme mempunyai andil dalam memupuk mistikisme. Lipstik agama yang membungkus ritual sufisme banyak mengelabui umat. Cerita-cerita mistik tentang hal-hal ghaib -Allah, malaikat, jin dll- banyak mewarnai ajaran mereka.
Kepercayaan masyarakat yang suka mistik adalah sisa-sisa pengaruh dari ajaran anismisme -kepercayaan kepada roh-roh yang mendiami semua benda-, dina­misme -kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia- kemudian ajaran Hindu (tentang roh dan dewa-dewi). Termasuk budaya sinkretisme yang mencam­puradukkan ajaran berbagai agama untuk mencari penyesuaian. (h/berbagai sumber)http://www.harianhaluan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar